Mayra menatap bangunan babershop yang terlihat cukup ramai itu. Harusnya ia tadi pergi ke kampus, tapi Daniel mengajaknya pergi untuk potong rambut. Mayra pun tidak punya alasan untuk menolak karena tahu jika Daniel orang yang tidak suka dibantah.
"Duduklah disana dan pesan minuman," ujar Daniel menunjuk bangku kosong untuk menunggu dirinya.
Mayra mengangguk singkat, ia memperhatikan beberapa orang yang datang ketempat itu seraya menunggu Daniel potong rambut.
"Mau style yang mana, Tuan?" Tanya Stylish yang menangani rambut Daniel.
"Mana yang sekiranya aku terlihat muda," jawab Daniel datar saja.
"Hahaha, Tuan bisa saja, Tuan kan memang masih muda," ujar Stylish dengan tawa renyahnya.
Daniel mendengus kesal, ia lalu melirik Mayra yang khusuk diam ditempatnya. "Coba tanyakan pada Istriku," kata Daniel.
"Istri Tuan yang mana?" Stylish itu terlihat bingung saat Daniel berkata seperti itu.
"Ck, begitu saja tidak tahu," gerutu Daniel uring-uringan sendiri. "Mayra!" panggil Daniel dengan suara pelan.
Mayra tidak begitu mendengar, ia asyik melamun menikmati alunan lagi yang diputar. Melihat hal itu Daniel mengerutkan dahinya.
"Mayra?" panggilnya lagi tapi Mayra masih belum menyahut.
"Sayang!" Daniel akhirnya berteriak agar Mayra mendengarnya.
Terbukti Mayra langsung tersentak kaget, ia menatap Daniel dengan wajahnya yang penuh tanya. Siapa yang dipanggil Sayang oleh Daniel? Ia bingung dan malah menatap sekelilingnya.
"Tuan memanggilku?" Tanya Mayra seperti orang bo doh.
"Memangnya siapa lagi?" Daniel mendengus kesal, sudah dipanggil Sayang juga, masih tidak peka, gerutu Daniel dalam hati.
Mayra tersenyum kikuk, ia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Daniel. "Ada apa Tuan?" Tanya Mayra.
"Pilihkan aku gaya rambut yang cocok," ujar Daniel.
"Kenapa harus aku?" Mayra kembali bertanya dengan kerutan di dahinya.
Sumpah demi apapun rasanya Daniel ingin mengumpat kata-kata kasar saat ini. Kenapa Mayra ini lemot sekali?
"Cepat pilihkan dan jangan banyak bertanya," kata Daniel menatap Mayra tajam.
Mayra masih mengerutkan dahinya, ia menatap wajah Daniel lekat-lekat lalu memilih mana model yang cocok untuk wajah dingin itu.
"Yang ini saja," kata Mayra menunjuk salah satu model rambut yang menurutnya cocok.
"Ini sangat aneh, yang lain saja," kata Daniel tidak begitu suka.
"Ck, kenapa sih Tuan tidak memilih sendiri?" gerutu Mayra.
"Kau berani membantahku?" Daniel segera melayangkan tatapan tajamnya pada Mayra membuat wanita itu tersenyum kikuk.
Mayra menurut, ia memilih model rambut lain tapi Daniel kembali tidak menyukainya. Sampai pilihan Mayra yang keempat kalinya, Daniel masih tidak suka membuat kesabaran Mayra habis.
"Kalau mau itu yasudah, potong botak aja sekalian!" seru Mayra sangat jengkel.
"Apa katamu? Botak?" Daniel tak kalah jengkelnya, ia menarik tangan Mayra dengan sedikit kasar hingga wanita itu jatuh ke pangkuannya.
"Tuan!" Keduanya sama-sama terkejut dengan tingkah impulsif itu, apalagi sekarang mereka sedang berada di babershop.
"Baru ditarik begitu saja sudah jatuh." Daniel pura-pura menggerutu seraya melepaskan Mayra.
"Tuan yang menariknya terlalu kuat," tukas Mayra tidak mau disalahkan.
"Jadi aku yang salah?"
Stylish yang sejak tadi berada diantara keduanya malah bingung melihat mereka malah asyik berdebat.
"Hello, apakah ini jadi potong rambutnya?" tegurnya merasa sudah cukup lama menunggu.
"Jadi, potong saja semua rambutnya," sahut Mayra masih kesal rupanya.
"Kau-" Daniel masih ingin berdebat tapi ia mengurungkan niatnya. "Potong aku seperti model yang dipilihnya pertama kali tadi," kata Daniel akhirnya menjatuhkan pilihan pada yang pertama Mayra pilihkan.
"Baiklah." Stylish itu mengangguk menyanggupi.
"Tadi katanya nggak mau?" celetuk Mayra menyindir.
"Diamlah.".
Mayra mengulas senyum mengejeknya, ia lalu kembali duduk seraya menunggu Daniel selesai potong rambut.
Tidak sampai 15 menit, akhirnya Daniel sudah selesai potong rambut. Pria itu terlihat semakin tampan dan segar dengan potongan rambut barunya. Mayra yang melihatnya tanpa sadar hingga tidak berkedip.
Daniel menarik sudut bibirnya, terlihat ia sangat puas melihat ekspresi Mayra. "Bagiamana? Apa sekarang aku sudah terlihat seperti umur 20 tahun?" Daniel bertanya dengan begitu percaya diri.
Mayra mengangkat alisnya, ia menahan senyumnya saat mendengar pertanyaan Daniel yang menurutnya sangat lucu. "Hahaha, ya tidak jugalah Tuan, cuma sekarang Tuan sudah lebih rapi," kata Mayra.
"Akui sajalah, iya kan?" ujar Daniel tidak terima.
"Baiklah-baiklah, Tuan Daniel semakin tampan dan keren sekarang," kata Mayra menuruti saja apa keinginan Daniel.
"Aku tahu itu," sahut Daniel malah menyugar rambutnya kebelakang seraya mengulas senyum sombongnya membuat Mayra memutar bola matanya malas.
"Sudah 'kan? Kita langsung pulang?" Tanya Mayra.
"Kita makan dulu, setelah ini dari baju untuk pergi ke pesta pertunangan temanku," kata Daniel mengulurkan tangannya pada Mayra bermaksud mengajak wanita itu bergandengan.
Mayra hanya melihatnya sekilas tapi tidak menyambutnya, ia malah memilih berjalan terlebih dulu. "Dimana kita akan membelinya?" Tanya Mayra seraya berjalan pergi.
Daniel menatap uluran tangannya, kenapa ia merasa tidak suka dengan cara Mayra yang seperti ini. Rasa kesal dalam dirinya tiba-tiba langsung muncul, ia langsung saja menghampiri Mayra lalu memeluk pinggang wanita itu dengan sangat posesif.
"Tuan?" Mayra terkejut tentunya.
"Jangan berjalan sendiri, tempat ini banyak sekali orang jahat," ujar Daniel dengan tatapan lurus ke depan agar Mayra tidak curiga dengan alibi yang dibuatnya.
Mayra hanya diam, dalam hatinya berpikir apakah yang dikatakan Daniel itu benar? Padahal tempat itu terlihat memiliki penjagaan ketat.
Mayra tidak mau memikirkannya, ia hanya diam saja dan mengikuti kemana Daniel membawanya pergi. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah sebuah toko pakaian ternama, disana terlihat banyak sekali gaun indah yang berjajar sangat rapi.
"Selamat siang Tuan Daniel, ada yang bisa Saya bantu?" Seorang pegawai toko langsung menghampiri saat mereka datang.
"Ya, carikan aku gaun yang terbaik di butik ini untuknya," ujar Daniel menunjuk Mayra dengan matanya.
"Eh? Untukku Tuan?" Mayra memandang Daniel dengan tatapan kagetnya.
"Ya, pilihlah mana yang kau suka, aku akan menunggumu disana," kata Daniel menunjuk sofa panjang yang ada di depan ruang ganti.
"Mari Nona," ujar pegawai toko mengerahkan Mayra ketempat mode pakaian.
Meski kebingungan, Mayra tetap mengikuti pegawai itu. Ia diberikan banyak sekali pilihan gaun yang menurutnya sangat mewah. Mayra sampai bingung harus memilih yang mana.
"Mungkin Nona bisa mencobanya terlebih dulu agar Tuan Daniel bisa menilai mana baju yang cocok," ujar Pegawai toko.
"Baiklah, aku akan mencobanya dulu." Mayra mengangguk setuju, ia segera membawa gaun-gaun yang dipilihkan lalu mencobanya dan menunjukkannya pada Daniel.
"Tuan, bagaimana dengan gaun ini?" Mayra berjalan keluar ruang ganti lalu berdiri dihadapan Daniel.
Daniel yang tadinya bermain ponsel langsung mengangkat wajahnya, ia kaget bukan kepalang saat melihat sosok Mayra yang begitu cantik menggunakan gaun berwarna putih dengan belahan dada yang sangat rendah.
"Gaun apa ini? Sangat jelek sekali, cepat ganti," kata Daniel tiba-tiba kesal membayangkan jika para pria diluar sana akan menatap istrinya.
"Bukannya ini bagus Tuan?" Mayra mengernyit, padahal gaun itu sangat bagus menurutnya.
"Aku bilang ganti."
"Baiklah-baiklah, dasar cerewet." Mayra menggerutu kesal, ia kembali masuk ke ruang ganti untuk mencoba gaun yang lain.
Kali ini gaun dengan model Sabrina memiliki belahan dikakinya hingga setengah paha. Saat ia keluar, lagi-lagi Daniel tidak menyukainya membuat Mayra sangat-sangat kesal.
"Lalu aku harus pakai baju apa? Semua-semua salah, kenapa Tuan tidak membiarkanku tidak memakai baju saja?" seru Mayra sudah mulai habis kesabarannya.
"Apa?" Daniel justru semakin kesal, ia mendorong Mayra hingga keduanya masuk kedalam ruang ganti yang sempit ini. "Katakan sekali lagi kalau kau tidak ingin memakai baju?"
"Tu-an ... ." Mayra menelan ludahnya kasar, ia gugup sekali saat melihat sosok Daniel berdiri menjulang di depannya.
"Kau ingin tahu alasanku melarang mu memakai baju ini? Karena ini memiliki belahan yang rendah, aku tidak suka ada pria lain yang melihat tubuhmu selain aku, kau mengerti?" kata Daniel dingin dan begitu tegas.
"Tapi ehmppttttttt-"
Daniel langsung membungkam mulut Mayra dengan ciuman panasnya sebelum wanita itu sempat memprotes. Entahlah ia sudah begitu kesal meski hanya membayangkan Mayra menjadi pusat perhatian nanti, kalau bisa ia ingin mengikat saja Mayra dirumah agar wanita itu tidak ada yang melihat.
"Sekali lagi kau membantah, aku akan melakukan yang lebih dari ini. Sekarang pilih baju yang tertutup, aku akan menunggu diluar," ucap Daniel mengusap bibir Mayra yang basah karena ulahnya lalu pergi begitu saja.
Mayra memegang bibirnya yang baru saja dicium Daniel, ia lalu memegang dadanya yang berdegup sangat keras.
Perasaan ini?
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Afternoon Honey
💖💖💖
2023-11-11
1
Samsia Chia Bahir
Akhirrrxxxx 😆😆😆😆😆😃😃😃😃
2023-08-20
1
Nona Muda❤️
Daniel kalau mode posesif bahaya 😀😀😀
2023-03-11
4