Mayra me re mas tangannya semakin kuat, lagi-lagi hatinya terlalu banyak berharap. Bisa-bisanya ia berpikir kalau Daniel marah karena cemburu padanya, nyatanya pria itu hanya mementingkan dirinya sendiri.
"Baik, aku akan menjaga sikapku mulai sekarang," sahut Mayra tegas.
"Bagus, jangan sampai aku melihatmu dekat dengan pria lain," ujar Daniel cukup lega Mayra mau menurut padanya.
"Lalu, apakah kau juga akan melakukan hal yang sama, Tuan?" Tanya Mayra kali ini menatap Daniel dengan pandangan tidak biasa.
"Maksudmu?"
"Apa kau juga tidak akan mendekati wanita lain diluar sana untuk menjaga nama baikmu? Sekarang statusmu masih suamiku 'kan?" ucap Mayra membalikkan kata-kata Daniel.
Daniel menyipitkan matanya, ia tidak menyangka jika Mayra akan menanyakan hal seperti itu padanya. "Aku sangat tahu apa yang harus aku lakukan," sahut Daniel dingin.
"Baiklah, apakah masih ada lagi yang ingin Tuan katakan? Jika tidak, aku harus masuk untuk istirahat. Besok aku ada acara kampus ke Bogor, jadi harus cukup istirahat," ucap Mayra seraya beranjak dari hadapan Daniel.
"Kau mau ke Bogor?" Daniel memutar tubuhnya hingga menatap ke arah Mayra kembali.
"Ya, tour tahunan untuk kunjungan kerja," jawab Mayra seadanya.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi?" ucap Daniel langsung berubah wajahnya.
"Haruskah aku izin Tuan? Bukankah tugasku disini hanya sebagai istri kontrak yang bisa memberimu anak? Diluar perjanjian itu, aku tetap boleh melakukan apa yang aku inginkan bukan?"
Ucapan Mayra itu berhasil membuat Daniel bungkam seribu kata. Apa yang dikatakan Mayra sepenuhnya benar, kenapa sekarang jadi ia yang tidak rela membiarkan Mayra. Kenapa ia bisa menjadi seperti ini.
"Kau benar, tapi memastikan mu tidak kelelahan adalah bagian dari tugasku. Kau tahu jika orang kelelahan akan susah punya anak, aku tidak mau hal itu terjadi karena Mama sudah sangat menginginkan cucu," ucap Daniel mencari-cari alasan agar Mayra tidak pergi bersama teman-temannya.
Mayra tersenyum kecut dan begitu menyakitkan. "Umurku sudah 22 tahun Tuan, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan," ujar Mayra menggunakan kalimat yang sama dengan Daniel untuk membuat pria itu bungkam.
Daniel akhirnya hanya diam dengan tangan mengepal. Sepertinya hatinya mulai lemah jika berhubungan dengan Mayra. Ia paling tidak suka jika ada wanita yang membantahnya.
"Lihat saja nanti, akan ku buat kau menyesal karena melawanku, Mayra." Daniel mengeram rendah dengan wajahnya yang memerah.
******
Pagi-pagi Mayra sudah terbangun dari tidurnya, ia mengemas semua keperluannya di Bogor untuk menginap selama dua hari. Semalam ia sebenarnya tidak bisa tidur dengan tenang karena terus kepikiran ucapan Daniel, padahal ia sudah berusaha keras untuk tidak kepikiran dengan pria itu.
Setelah semuanya siap, Mayra langsung mandi dan turun ke lantai bawah. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi tapi langit masih terlihat gelap karena hujan ringan. Mayra melihat sosok Daniel yang sudah duduk tenang di meja makan.
Tanpa menyapa Daniel, Mayra langsung duduk di meja makan lalu mengambil piringnya dan memulai sarapan.
"Bisakah kau bertingkah lebih sopan?" tegur Daniel melirik Mayra tajam.
"Maaf, selamat makan, Tuan." Mayra langsung menyahut tanpa membantah.
"Kau jadi pergi?" Tanya Daniel melirik koper Mayra yang terletak disamping wanita itu. Sebenarnya tidak ingin perduli, tapi ternyata tidak semudah itu dia mengabaikan Mayra.
"Ya," sahut Mayra singkat.
Hening, tidak ada obrolan apapun lagi antara keduanya, Mayra begitu fokus makan karena ingin secepatnya pergi. Sedangkan Daniel sibuk dengan pikiran-pikirannya sendiri. Ia membayangkan Mayra akan berduaan dengan pria lain saat disana tadi.
Memikirkan hal itu membuat hati Daniel sangat gusar, ia sesekali menatap Mayra yang pagi itu terlihat sangat cantik meskipun hanya menggunakan Hoodie biasa dengan rambut terikat.
"Aku sudah selesai, selamat pagi Tuan, aku akan berangkat dulu," ucap Mayra meminum susunya lalu bangkit membawa barang-barangnya pergi meninggalkan Daniel.
Daniel tidak menyahut, tapi matanya terus memperhatikan Mayra sampai wanita itu lenyap dari pandangannya.
"Sial!" Umpat Daniel membanting sendok dan garpunya dengan kasar hingga menimbulkan suara berbisik.
"Aku tidak bisa terus seperti ini," gumam Daniel mengambil ponsel di saku jasnya lalu menghubungi asistennya.
"Halo Rik, kosongkan jadwalku selama dua hari ini, dan datanglah ke rumahku yang ada di east park sekarang, kita akan pergi hari ini." Daniel langsung menerocos memberikan perintah kepada Riko tanpa memberi pria itu waktu untuk sekedar menarik nafas.
"Kenapa mendadak sekali Tuan? Kita akan kemana?" Riko memberanikan diri untuk bertanya karena ia yang harus kelimpungan mengatur jadwal Daniel.
"Jangan banyak bertanya, waktumu 60 menit dimulai dari sekarang!" bentak Daniel mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.
Setelah Stella menolak dirinya dan memilih Xander, Daniel menjadi orang yang sangat disiplin dalam pekerjaannya. Ia tidak pernah meninggalkan pekerjaan meski dengan alasan apapun. Ia bahkan hampir tidak pernah libur selama bertahun-tahun.
Namun, hari ini Daniel mengabaikan prinsip hidupnya itu, ia ingin pergi untuk mengikuti Mayra ke Bogor.
******
Semua mahasiswa satu tingkatan yang sama dengan Mayra sudah berkumpul di dalam bus nya masing-masing. Ada dua bus yang akan berangkat lagi itu, setelah memastikan semuanya lengkap, maka mereka akan segera berangkat.
"May, aku duduk disini ya, kosong 'kan?" Heaven tiba-tiba menghampiri Mayra yang asyik melamun menatap pemandangan luar.
"Tadi disini ada Febri, kemana dia?" Mayra mengernyit, ia celingukan mencari teman wanitanya yang tadi duduk bersamanya.
"Febri udah duduk sama Della, aku disini ya May." Heaven langsung mendudukkan tubuhnya disamping Mayra sebelum wanita itu sempat memprotes.
Mayra hanya mengangkat bahunya, ia malah memaki heandset lalu menutup kepalanya menggunakan Hoodie yang ia pakai. Mood-nya sejak kemarin sudah benar-benar buruk, ia malas sekali untuk sekedar berbicara.
"Semuanya sudah lengkap 'kan? Kita akan berangkat ke Bogor sekarang ya, jangan lupa membaca do'a agar kita selamat sampai tujuan," ujar Dosen yang memimpin acara tersebut.
"Baik Pak!" Semuanya langsung menyahut serempak dan tak lama kemudian bus segera bergerak meninggalkan halaman kampus.
"May, kalau kamu pegel tiduran aja, pundak aku juga nganggur," seloroh Heaven mengulas senyum bergulanya untuk menggoda Mayra.
Mayra sama sekali tidak perduli, ia asyik mendengarkan musik dan menikmati perjalanannya ke Bogor. Mungkin disana nanti ia bisa menenangkan diri, itulah yang ada dipikiran Mayra.
Sedangkan Daniel yang sejak tadi berada didalam mobilnya, terus mengawasi bus itu. Ia menggunakan kaca mata hitamnya dan pergi bersama Riko.
"Ikuti busnya Rik, jangan sampai kehilangan jejak," perintah Daniel dengan suara dinginnya. Hatinya semakin gusar saat tadi ia tidak sengaja melihat teman Mayra yang kemarin mendekatinya itu ikut bersama Mayra.
Sekarang mereka pasti sedang berduaan di bus, sialan!
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Afternoon Honey
⭐
2023-11-11
1
Samsia Chia Bahir
😆😆😆😆😆😆😆😆
2023-08-20
1
ghina amd
fix! ini mah cemburu..🤣🤣🤣
2023-07-21
2