"Saat ini penyakit Ibumu sudah parah Mayra, kita harus secepatnya melakukan operasi. Kalau dibiarkan terus seperti ini, nyawa ibu kamu bisa tidak tertolong."
"Bibi, aku mau Ibu di operasi, tapi aku tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu malam."
Mayra mende sah frustasi, malam ini benar-benar menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Saat ia bekerja, tiba-tiba ia mendapatkan kabar jika Ibunya yang selama ini mengidap penyakit kanker paru-paru pingsan di dalam kamar. Penyakit Ibunya memang sudah sangat parah dan harus segera di operasi.
Namun, karena keterbatasan ekonomi membuat Mayra hanya bisa membelikan Ibunya obat-obatan biasa. Itu pun ia harus berhutang sana sini karena harga obat itu tidak mudah. Sekarang kemana lagi dia harus mendapatkan biaya sebesar itu untuk operasi Ibunya.
"Lalu bagaimana? Apa kita bawa pulang saja? Tidak mungkin 'kan?" ujar Rika Bibi Mayra, wanita itu yang selama ini merawat Ibunya selama Mayra bekerja.
"Tidak ada cara lain, Bi. Aku harus menemui pria itu," ucap Mayra menatap Bibinya.
"May, kamu jangan gila, mereka tidak akan mau tahu urusan Ibumu. Bibi nggak mau kamu dimaki-maki oleh perempuan itu lagi," kata Rika menggeleng tidak setuju.
"Dia juga berhak tahu Bi. Selama ini sudah cukup aku membiarkan dia lepas tanggung jawab terhadap aku, sekarang aku hanya ingin dia membantu Ibuku. Biarkan aku kesana, Bi." Mayra mengusap air matanya yang sejak tadi mengalir, tidak ada cara lain selain meminta kepada pria yang paling dia benci seumur hidupnya.
"Tapi May-"
"Bibi tenang saja, jika dia memang benar-benar Ayahku, dia pasti mau membantuku. Jika tidak, anggap saja aku kurang beruntung dan aku akan benar-benar menganggapnya tidak pernah ada di dunia ini," ucap Mayra terdengar penuh kebencian, namun sorot matanya juga memancarkan kerinduan yang begitu dalam.
Mayra Adelia, wanita sederhana yang tinggal bersama Ibunya yang penyakitan. Mayra tumbuh besar tanpa sosok seorang Ayah karena dulu Ibunya merupakan seorang wanita malam yang sering bergonta-ganti pasangan. Kelahirannya juga bukan kesengajaan, dia hanya anak hasil dari bibit rame-rame yang entah siapa pelaku utamanya.
Namun, selama ini Ibunya sering bercerita jika dia adalah anak dari seorang pria yang bernama Brandon Malvis. Seorang petinggi polisi yang bertugas di Kapolres kota Surabaya. Mayra hanya pernah menemuinya sekali, itupun saat ia kecil dan pria itu datang memberikan Ibunya uang.
Ketika ia bertanya, Ibunya tidak pernah bercerita panjang. Hanya sekedar jawaban sambil lalu yang membuat Mayra sendiri enggan untuk bertanya. Dalam lubuk hatinya, Mayra sangat membenci kedua orangtuanya, ia benci karena harus lahir tanpa ikatan pernikahan. Bahkan selama ia hidup di dunia ini, hidupnya tak henti menjadi bahan cemoohan orang-orang di sekitarnya.
Hal itu juga yang mempengaruhi pria Mayra yang menjadi sosok wanita keras tapi jauh dilubuk hatinya, Mayra merupakan wanita yang penuh kasih sayang.
"Ingin bertemu siapa?"
Mayra sudah sampai di depan bangunan rumah yang terlihat begitu megah, ia sempat gugup saat melihat rumah itu, namun ia sudah bertekad ingin menemui pria yang menjadi Ayahnya itu.
"Aku ingin bertemu Pak Brandon," ucap Mayra kepada seorang satpam yang bertugas di depan rumah.
"Kamu siapa? Ini sudah malam, kenapa baru bertamu?" Satpam itu menatap Mayra dari atas sampai bawah, pandangannya penuh selidik seolah Mayra adalah pencuri.
"Katakan saja kepada dia, Mayra datang. Dia pasti tahu," kata Mayra tak sabar.
"Tuan Brandon tidak bisa diganggu, beliau lagi sibuk," ucap Satpam itu begitu ketus.
"Aku bilang ingin bertemu dengannya, cepat panggil dia kemari!" Bentak Mayra mulai emosi karena tidak diizinkan masuk.
"Kau ini tuli ya? Tuan Brandon tidak bisa di ganggu, kau pergi saja dari sini," kata Satpam itu lagi.
"Brengsek! Aku bilang panggil dia! BRANDON, KELUAR KAU! AKU TAHU KAU ADA DI DALAM!" Mayra yang sudah hilang kesabaran langsung berteriak sangat keras, ia tidak perduli sudah membuat keributan. Malam ini ia harus menemui Ayahnya san mendapatkan uang untuk biaya operasi Ibunya.
"Dasar wanita kurang ajar! Tutup mulutmu dan pergi darisini." Satpam itu juga tidak tinggal diam, ia mencekal tangan Mayra dengan kasar.
"Lepas! Aku ingin bertemu atasanmu, cepat panggil dia. BRANDON!" Mayra berontak seraya terus berteriak-teriak keras.
"Kau pikir Tuan Brandon mau menemui wanita rendahan sepertimu? Jangan harap!" Satpam itu juga tidak mau kalah, ia terus menarik tangan Mayra lalu mendorongnya hingga tersungkur di aspal.
Mayra tidak menangis, ia hanya mengepalkan tangannya erat. Ia baru saja ingin mamaki, namun ia urungkan saat melihat pria paruh baya yang masih tampak gagah berjalan kearahnya.
"Kurdi, apa yang kau lakukan?" Brandon membentak penuh kekesalan saat melihat Mayra jatuh tersungkur gara-gara ulah Kurdi.
"Wanita ini hanya ingin membuat kekacauan, Pak. Saya hanya ingin mengusirnya," kata Kurdi si Satpam songong membela dirinya.
"Lain kali jangan seperti itu, dia putriku." Brandon menatap satpam itu semakin kesal, ia lalu mendekati Mayra yang sudah bangkit dan menepuk-nepuk celananya.
Kurdi si satpam songong itu terkaget-kaget mendengar ucapan atasannya. Ia menelan ludahnya kasar, entah kenapa ia merasa takut sekarang karena sudah bersikap seenaknya.
"Mayra, Ayah sudah menunggu waktu ini. Ayah sangat merindukanmu, Nak." Brandon mengulas senyum manisnya pada sosok putrinya yang selama ini ia sia-siakan.
"Aku tidak mau basa-basi, aku kesini ingin meminjam uang untuk biaya berobat Ibuku. Jika kau menganggap dirimu Ayahku, kau tentu bisa membantuku kali ini," kata Mayra datar, wajahnya begitu dingin membuat siapapun membeku.
Brandon menghela nafas panjang, ia tidak kaget jika Mayra bersikap seperti ini padanya. Ini memang salahnya, dosa masa lalu yang tidak ia tebus dan kini sedang berdiri menantangnya dengan begitu berani.
"Pasti, Ayah pasti akan membantumu. Sebaiknya kau masuk dulu, ini sudah malam," kata Brandon perhatian.
"Tidak perlu, cukup berikan aku uangnya saja. Aku tidak punya cukup waktu untuk singgah di rumah mewah mu, lagipula aku juga tidak mau mengotori rumahmu dengan kedatangan anak haram sepertiku," kata Mayra tajam menusuk membuat Brandon terdiam.
"Mayra, jangan berkata seperti itu, Nak. Ini salah Ayah, tolong maafkan Ayah, jangan terus membenci Ayah seperti ini," ucap Brandon sendu tatapannya.
Mayra berdecih sinis, tangannya mengepal erat menyimpan emosi yang mendalam. "Sudah terlambat, jika kau memang benar-benar mengaku Ayahku. Tolong bantu aku kali ini saja, Ibuku membutuhkan uang dan harus di operasi," kata Mayra pelan.
"Ayah pasti hantu, tapi kamu masuk dulu," kata Brandon memberanikan diri merangkul pundak putrinya untuk membawanya masuk kedalam rumah.
Mayra menepis tangan Ayahnya kasar, tapi pria itu begitu kuat membuat Mayra hanya diam tidak berkutik. Ia mengikuti kemana Ayahnya membawanya pergi.
Namun, sebelum ia menginjak pintu utama, terdengar suara wanita yang berteriak dengan penuh amarah.
"JANGAN COBA-COBA MENGINJAKKAN KAKIMU DI RUMAHKU ANAK HARAM!"
Happy Reading.
TBC.
Bonus Visual Daniel dan Mayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Afternoon Honey
seru, lanjut baca📖
2023-10-27
1
Saiya Arput
Cantik dan ganteng visualnya/Good//Good//Ok/
2023-10-08
1
Saiya Arput
Gantik dan ganteng visualnya../Good//Good//Ok/
2023-10-08
1