Bab 5 ~ Hannya bisa sabar ~

Amira menyiapkan makanan di meja sepeti yang mertuanya minta,setelah merasa semuanya beres dia kembali ke ruang tamu dan memanggil mereka untuk makan malam.

"Bu..Makanan sudah siap." Ucap Amira.Mereka semau mengabaiakan ucapan Amira lalu bergegas ke meja belakang.Kursi tidak cukup untuk mereka semua apalagi dapur terlihat sangat sempit membuat semuanya terasa sesak.

"Amira kamu makan belakangan saja,kamu kan tau adik ipar dan kedua keponakan mu sudah capek dan lapar jadi biarkan mereka makan lebih dulu." Ucap mertuanya.

"Sudahlah ma..Biarkan Amira makan bersama kita,bukan kah dia sudah menyiapkan ini semua ini untuk kita." Dimas masih membela Amira dan terkadang itu sebagai penyemangat buat Amira untuk tetap bertahan sampai saat ini.

Walau kadang suaminya tidak setulus yang dia bayangkan setidaknya menghargainya walau sedikit membuatnya mereka dihargai.

"Itu sudah tanggung jawabnya sebagai menantu di rumah ini,sudah tidak bisa cari uang,terus tidak bisa juga mengerjakan pekerjaan rumah,terus gunanya dia di rumah ini apa?" Maya membentak Dimas bahkan sengaja dengan kasar membanting piring ke atas meja membuat Amira semakin merasa tidak dianggap oleh mertuanya.

"Sudah mas,kalian makan saja nanti aku makan,perkara makan kita harus ribut." Jawab Amira menghibur diri sendiri.

"Itu karena kamu menantu tidak berguna,coba kamu lihat makanan dimeja,setiap hari menunya ini saja,apa kamu tidak bisa sesekali masa ayam,muak banget setiap hari makan bayam sama tempe.Makanya kalau jadi menantu itu cari uang biar bisa bantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga." Mertuanya mengoceh panjang.Amira sudah sabar selama ini menghadapi sikap mertuanya tapi entah kenapa semakin hari dia merasa mertuanya semakin berlebihan.

"Sudahlah Bu....Amira,belikan telor tiga butir lalu masak sekarang untuk ibu."Ucap Dimas lalu meletakkan uang sepuluh ribu di atas meja.

Tidak ingin mendengar semua ocehan mertuanya,Amira bergegas mengambil uang dari atas meja lalu keluar dari rumah rasanya dia sudah sangat sesak satu ruangan dengan orang-orang yang tidak tau malu.

Amira pergi ke warung yang lumayan jauh dari rumahnya dengan jalan kaki,karena dia tidak bisa membawa sepeda motor dia memang gadis yang sangat susah dari lahir hingga bawa sepeda motor saja dia tidak mampu.

"Bukan kah itu Amira menantunya Bu Maya,kelihatanya saja dia polos dan pendiam tapi otaknya kotor,sudah tidak punya pekerjaan gaji suami di nikmatnya sendiri kalau aku jadi Bu Maya aku tendang itu keluar dari rumah." Ucap Melinda saat Amira melewati mereka.

Amira menghentikan langkah kakinya lalu menoleh kearah mereka berdua.Walaupun suaranya kecil dia mendengar semua apa yang di katakan Melinda.

"Bu...Apa mertuaku berbicara seperti itu kepada kalian?"

"Tentu saja,seharunya kamu tau diri lah kamu kan tidak bisa seperti menantu ku,punya penghasilan setidaknya jangan kamu habiskan gaji suami mu hingga kamu hannya menyajikan tempe sama bayam tiap hari." Jawab Melinda dengan wajah yang sangat membuatnya kesal.

Amira menghela napas berat,tidak ingin semakin panjang masalah akhirnya dia meninggalkan kedua wanita yang selalu nyinyir kepadanya setiap mereka bertemu dan itu terjadi karena mertuanya selalu menjelekkan dia kepada semua orang.

Kedua wanita itu masih terus mengoceh sampai dia jauh meninggalkan mereka,dia merasa kedua wanita itu sok tau tentang rumah tangga orang lain.

"Dasar orang-orang kurang kerjaan,setiap hari bisanya hannya mengurus urusan orang lain.Memangnya sampai kapan menantu mu tahan bekerja banting tulang memenuhi kebutuhan mertua pamer seperti mu." Ujarnya dia sangat kesal padahal hari sudah malam tapi orang-orang satu kompleknya masih banyak yang ngerumpi.

Amira kembali dari warung,sebelum membuka pintu dia mendengar tawa yang sangat ramai di meja belakang mungkin mereka sedang menceritakan yang lucu hingga bisa tertawa lepas seperti itu.

Jujur saja,hati Amira sangat panas mendengar semua itu,mertuanya bisa berbicara sangat lembut dengan anak-anak dan cucunya sementara pada saat dia sedang bersama mereka barusan dia terlihat sangat marah.

"Lama sekali menantu sialan itu,jujur saja Dimas melihat istrimu tidak berguna seperti itu membuatku sangat marah setiap melihat wajahnya.Harusnya dia berpikir bagaimana caranya biar dia bisa menghasilkan uang bukan cuma santai disini.Kamu tegur istrimu,apalagi adikmu sudah tinggal bersama kita itu artinya dia harus bisa menghasilkan uang." Amira menghentikan langkahnya yang hampir masuk kedalam rumah.

Mendengar kata-kata pedas dari mertuanya semakin membuatnya merasa sedih dan kecewa,sekarang dia menyesal menikah dengan suaminya Dimas.

Tidak ingin mendengar kata-kata yang lebih menyakiti hatinya lagi,Amira langsung masuk kedalam rumah lalu mulai memasak telor yang baru saja dia beli.Setelah itu dia menghidangkan di atas meja dan meninggalkan mereka menuju belakang.

Amira kembali ke ruang makan saat semua keluarganya sudah pergi ke depan dan menonton bersama di ruang tamu.Ayah mertuanya sudah dua hari ini pergi bekerja di proyek tapi dia pria yang sangat pelit,semenjak Dimas menghasilkan uang dia tidak pernah mau memberikan uangnya kepada siapa pun termasuk istrinya.

Amira menelan ludah saat melihat meja makan yang berantakan,mereka sama sekali tidak menyisakan sedikit pun untuk Amira,padahal dia sudah sangat lapar karena seharian sibuk bekerja di rumah dan di belakang rumah.

Amira sengaja mengelola sedikit lahan perkebunan di belakang,dia menanam bermacam-macam sayuran dan juga cabai dia melakukan itu supaya beberapa bulan ke depan uang yang seharunya dia bisa pakai untuk beli cabai dan sayuran bisa dia tabung.

Melihat semua makanan yang sudah habis,Amira membuat teh untuk dirinya,untuk menahan rasa lapar di perutnya.Rasa kecewa dihatinya untuk suaminya semakin dalam dia merasa suaminya memang tidak menghargai dan memikirkan perasaannya di rumahnya.

Setelah menghabiskan minuman dan membereskan meja makan,Amira langsung menutup pintu dapur dan mematikan lampu setelah itu dia masuk kedalam kamar dan mengabaikan semua keluarganya yang masih menonton di ruang tamu.

Sekali pun dia duduk bersama mereka,paling juga mertuanya hannya bisa menyindir dan menyakiti perasaannya.Amira memejamkan matanya berharap dia bermimpi menjadi seorang Cinderella yang memiliki kehidupan yang indah dan bahagia.

Amira sangat lelah dengan kehidupannya yang belum pernah merasakan kebahagian.Terkadang Amira merasa Tuhan tidak adil baginya tidak memiliki orang tua sudah membuatnya menderita dari kecil sekarang memiliki kehidupan rumah tangga yang tidak membuatnya bahagia.

Pada saat matanya terlelap tiba-tiba Dimas membuka pintu kamar lalu menaiki ranjang dan memeluknya dari samping karena dia tidur miring.

💗💗💗bersambung 💗💗💗

Terpopuler

Comments

Siti Mutrikah

Siti Mutrikah

ikut sedih ya

2025-04-13

0

Wanita Aries

Wanita Aries

Sakitnya hati seorang istri kl di dzolimi bgtu.

2024-08-18

0

Bzaa

Bzaa

kasian banget

2024-07-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Pengenalan ~
2 Bab 2 ~ Bahan gosip ~
3 Bab 3 ~ Cari masalah ~
4 Bab 4 ~ Mendekati ~
5 Bab 5 ~ Hannya bisa sabar ~
6 Bab 6 ~ Perasaan yang sudah mulai memudar ~
7 bab 7 ~ Bertemu teman baik ~
8 Bab 8 ~ Kehilangan uang ~
9 Bab 9 ~ Tidak mau kalah ~
10 Bab 10 ~ Kepercayaan ~
11 Bab 11 ~ Semakin mantap ~
12 Bab 12 ~ Memberinya ijin ~
13 Bab 13 ~ Kehidupan baru ~
14 Bab 14 ~ Aku mencintai mu ~
15 Bab 15 ~ Kebohongan ~
16 Bab 16 ~ Pamer ~
17 Bab 17 ~ Semakin tidak tau diri ~
18 Bab 18 ~ Di marahi ~
19 Bab 19 ~ Kejadian yang tidak terduga ~
20 Bab 20 ~ Enaknya jadi orang kaya ~
21 Bab 21 ~ Menikah siri ~
22 Bab 22 ~ Setuju ~
23 Bab 23 ~ Gelisah ~
24 Bab 24 ~ Menjaganya ~
25 Bab 25 ~ Sangat marah ~
26 Bab 26 ~ Sangat sedih ~
27 Bab 27 ~ Pria Arongan ~
28 Bab 28 ~ Mulai terlihat aslinya ~
29 Bab 29 ~ Pria penuh sandiwara ~
30 Bab 30 ~ Mulai menyesal ~
31 Bab 31 ~ Wanita Bodoh ~
32 Bab 32 ~ Kebohongan ~
33 Bab 33 ~ Aku tidak peduli lagi ~
34 Bab 34 ~ Aku minta maaf ~
35 Bab 35 ~ Tidak ada kata maaf untukmu ~
36 Bab 36 ~ Emang enak ~
37 Bab 37 ~ Menjijikkan ~
38 Bab 38 ~ Kabur ~
39 bab 39 ~ Kehidupan yang berantakan ~
40 Bab 40 ~ Tampa dia aku sudah bahagia ~
41 Bab 41 ~ Pertemuan ~
42 Bab 42 ~ Serba salah ~
43 Bab 43 ~ Aku tidak tau dia anak siapa ~
44 Bab 44 ~ Calon nyonya besar ~
45 Bab 45 ~ Menyesal ~
46 Bab 46 ~ Menemui Amira ~
47 Bab 47 ~ Wanita tidak tau malu ~
48 Bab 48 ~ Kehilangan berlian ~
49 Bab 49 ~ Tanggung jawab ~
50 Bab 50 ~ Pria kejam ~
51 Bab 51 ~ Kamu sombong ~
52 Bab 52 ~ Ikhlas ~
53 Bab 53 ~ Semua ada waktunya ~
54 Bab 54 ~ Sehari bersama anak ~
55 Bab 55 ~ Korban ~
56 Bab 56 ~ Hancur ~
57 Bab 57 ~ Akhirnya menderita ~
58 Bab 58 ~ Bertemu keluarga mantan ~
59 Bab 59 ~ Kesibukan ~
60 Bab 60 ~ Menyadari ~
61 Bab 61 ~ Rahasia Tuhan ~
62 Bab 62 ~ Kesabaran berbuah manis ~
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1 ~ Pengenalan ~
2
Bab 2 ~ Bahan gosip ~
3
Bab 3 ~ Cari masalah ~
4
Bab 4 ~ Mendekati ~
5
Bab 5 ~ Hannya bisa sabar ~
6
Bab 6 ~ Perasaan yang sudah mulai memudar ~
7
bab 7 ~ Bertemu teman baik ~
8
Bab 8 ~ Kehilangan uang ~
9
Bab 9 ~ Tidak mau kalah ~
10
Bab 10 ~ Kepercayaan ~
11
Bab 11 ~ Semakin mantap ~
12
Bab 12 ~ Memberinya ijin ~
13
Bab 13 ~ Kehidupan baru ~
14
Bab 14 ~ Aku mencintai mu ~
15
Bab 15 ~ Kebohongan ~
16
Bab 16 ~ Pamer ~
17
Bab 17 ~ Semakin tidak tau diri ~
18
Bab 18 ~ Di marahi ~
19
Bab 19 ~ Kejadian yang tidak terduga ~
20
Bab 20 ~ Enaknya jadi orang kaya ~
21
Bab 21 ~ Menikah siri ~
22
Bab 22 ~ Setuju ~
23
Bab 23 ~ Gelisah ~
24
Bab 24 ~ Menjaganya ~
25
Bab 25 ~ Sangat marah ~
26
Bab 26 ~ Sangat sedih ~
27
Bab 27 ~ Pria Arongan ~
28
Bab 28 ~ Mulai terlihat aslinya ~
29
Bab 29 ~ Pria penuh sandiwara ~
30
Bab 30 ~ Mulai menyesal ~
31
Bab 31 ~ Wanita Bodoh ~
32
Bab 32 ~ Kebohongan ~
33
Bab 33 ~ Aku tidak peduli lagi ~
34
Bab 34 ~ Aku minta maaf ~
35
Bab 35 ~ Tidak ada kata maaf untukmu ~
36
Bab 36 ~ Emang enak ~
37
Bab 37 ~ Menjijikkan ~
38
Bab 38 ~ Kabur ~
39
bab 39 ~ Kehidupan yang berantakan ~
40
Bab 40 ~ Tampa dia aku sudah bahagia ~
41
Bab 41 ~ Pertemuan ~
42
Bab 42 ~ Serba salah ~
43
Bab 43 ~ Aku tidak tau dia anak siapa ~
44
Bab 44 ~ Calon nyonya besar ~
45
Bab 45 ~ Menyesal ~
46
Bab 46 ~ Menemui Amira ~
47
Bab 47 ~ Wanita tidak tau malu ~
48
Bab 48 ~ Kehilangan berlian ~
49
Bab 49 ~ Tanggung jawab ~
50
Bab 50 ~ Pria kejam ~
51
Bab 51 ~ Kamu sombong ~
52
Bab 52 ~ Ikhlas ~
53
Bab 53 ~ Semua ada waktunya ~
54
Bab 54 ~ Sehari bersama anak ~
55
Bab 55 ~ Korban ~
56
Bab 56 ~ Hancur ~
57
Bab 57 ~ Akhirnya menderita ~
58
Bab 58 ~ Bertemu keluarga mantan ~
59
Bab 59 ~ Kesibukan ~
60
Bab 60 ~ Menyadari ~
61
Bab 61 ~ Rahasia Tuhan ~
62
Bab 62 ~ Kesabaran berbuah manis ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!