Aldrick tampak berpikir dengan ucapan Hendra yang terakhir. Dia terdiam memikirkan apa yang di katakan Hendra.
"Mungkin benar. Kenapa aku meragukan Sinar?" batin Aldrick.
"Benar! Jika Surya bisa berhubungan dengan Jia saat ini, kenapa aku tidak bisa menjalin hubungan dengan Sinar. Akan kutembak dia segera!" ucap Aldrick serius.
"Apa kau sudah gila! Kau mau membunuh orang!" bentak Hendra.
"Maksudku, menyatakan perasaanku!" jelas Aldrick kesal.
"Hm, ku kira kau akan menembak Surya," ucap Hendra sambil cekikikan.
"Aku balik!" Aldrick segera beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan Hendra bersama wanita-wanitanya.
*
*
Siang ini, Aldrick kembali ke mansion Surya. Dia sudah membulatkan tekadnya untuk menyatakan perasaanya pada Sinar, walau saat ini Sinar masih istri dari sahabatnya.
Sinar dan Surya sedang menonton di ruang tv, tiba-tiba Aldrick datang dan duduk di antara mereka.
"Aldrick!" kejut Surya. Dia berpikir jika Aldrick tidak akan kembali setelah kejadian kembali.
"Sorry, kemarin aku marah-marah tanpa sebab. Sekarang aku ngerti keadaan kalian dan aku minta ijin buat menjalin hubungan dengan Sinar," ucap Aldrick, membuat Surya melebarkan matanya menatap Aldrick yang bicara dengan serius saat ini.
"Mas Aldrick, apa yang kau katakan?" ucap Sinar yang mendengar ucapannya.
"Aku bersungguh-sungguh, Sinar. Aku mencintaimu!" ucap Aldrick meyakinkan Sinar.
"Mas Aldrick! Kamu tidak menghargaiku, bagaimana bisa kau mengatakan itu saat aku berstatus istri orang?" ucap Sinar tak percaya yang telah berdiri mengahadap Aldrick.
"Kenapa memangnya? Bukankah pernikahan kalian hanya sebatas formalitas. Dan lagi pula Surya juga masih berhubungan dengan Jia, lalu kenapa kau tidak bisa?"
"Ya, itu karna dia tidak menghargai formalitas kami. Tapi aku tetap menghargai pernikahan yang sebatas formalitas ini. Aku tidak akan menjatuhkan harga diriku, untuk itu!" tegas Sinar dan ucapan itu, sangat menusuk di hati Surya. Bagaimana tidak, Sinar seakan menjatuhkannya dari tinggian saat mengucapkan itu.
Aldrick terdiam tak menjawab ucapan Sinar lagi. Dia membenarkan ucapan Sinar, namun hatinya juga tidak rela untuk di tolak.
"Mas Aldrick, kuharap ini yang terakhir kali kau mengatakan itu... saat aku masih berstatus istri sahabatmu. Jika bisa pun, tidak perlu menemuiku saat kau masih dengan niatmu itu." Sinar akan pergi dari, namun Aldrick mencegahnya.
"Tidak! Maafkan aku Sinar. Aku janji tidak akan mengatakannya saat kau masih istri Surya, tapi jangan larang aku menemui sebagai teman. Aku akan menunggu hingga kau dan Surya resmi berpisah." ucap Aldrick dengan menggenggam tangan Sinar.
"Baiklah. Jika kau menghargaiku, tolong jaga perasaanmu dan perasaanku juga."
Sinar berlalu dari hadapannya menuju dapur dan Surya hanya dapat menatap kepergian Sinar dari sana. Ada rasa yang berbeda di hati Surya, jantungnya bsrdetak cepat mendengar ulasan dari Sinar. Rasa yang lain, rasa takut jika Sinar benar-benar menerima Aldrick dan mereka akan berpisah.
Rasa kesal menyelimuti pikirannya saat ini. Dia kesal dengan dirinya yang tak mampu berbuat sesuatu bahkan berdiri atas kakinya sendiri pun, tak bisa.
*
*
Beberapa bulan berjalan. Saat ini Surya telah menjalani terapi, dan mulai bisa berdiri sendiri, walau hanya untuk beberapa saat saja, namun itu membuat Sinar cukup puas karena pekerjaannya semakin ringan sekarang.
Marlin sudah kembali dari Amsterdam, dan sedikit-sedikit bisa membantu pekerjaan Sinar, walau hanya untuk menemani Surya untuk jalan-jalan keliling mansion.
"Nggak terasa, ya. Sudah 6 bulan, tapi perkembanganmu cukup bagus. Mama tidak salah memilih Sinar untuk merawatmu," ujar Marlin saat sedang duduk di ruang tamu.
"Nyonya, minumnya." Sinar meletakan dua cangkir minuman yang di bawahnya, ke hadapan Marlin dan Surya.
"Sinar, ini kan, bukan kerjaan kamu. Biar pelayan lain yang membuatnya, kamu fokus aja sama Surya. Saya senang, Surya sudah berdiri sendiri, walau tak lama, tapi artinya sudah ada perkembangan." Marlin menatap Sinar dengan penuh harap dan kembali bertanya "Apa setelah Surya sembuh, kamu akan berhenti bekerja di sini?"
"Itu..., saya belum memikirnya, Nyonya."
"Apa kalian tidak pernah bicara serius?" tanya Marlin lagi, namun kini pada keduanya.
"Maksud Mama?" tanya Surya yang menatap Marlin penuh arti.
"Ya, siapa tau saja, kalian ingin melanjutkan pernikahan kalian," ucap Marlin penuh harap.
Sinar dan Surya saling tatap mendengar ucapan Marlin. Sebenarnya hubungan mereka selama 2 bulan terakhir, baik-baik saja. Surya sudah tidak ketus lagi pada Sinar dan Sinar pun sudah tak kesal, malahan mereka sering bercanda jika hanya berdua saja. Tapi, untuk hal yang di tanyakan Marlin pada mereka, tak pernah sedikit pun mereka terpikirkan dengan hal itubatau mencoba memikirkannya.
.
.
.
.
Jangan lupa kasih gift buat author😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments