Setelah itu tak ada suara lagi, yang ada hanya suara gemercik air yang berjatuhan dan Marlin masih tetap saja menempel di pintu bagaikan cicak.
Klek
Bruak
"Mama/Nyonya!" ucap Surya dan Sinar bersamaan yang menatap Marlin dengan mata lebar mereka saat Marlin terjatuh dengan gwrakan pintu yang terbuka.
"Auh!" Seru Marlin.
Sinar segera beranjak membantu Marlin yang tersungkur di depan mereka.
"Nyonya! Anda baik-baik saja?" tanya Sinar yang membantunya bangkit.
"Auh, pinggangku sakit Sinar," aduh Marlin.
"Mama, lagian, ngapain di depan pintu?" tanya Surya.
"Kau ini!" kesal Marlin.
"Mari, Nyonya. Saya bantuh ke sana!" pintah Sinar dan Marlin mengangguk.
"Tuan, Anda tunggu di sini," ujar Sinar.
Setelah Sinar kembali, dia segera mendorong kursi roda Surya untuk keluar.
"Tunggu!" pinta Surya.
"Kenapa?"
"Aku harus membuka ini dulu," ujar Surya menunjuk celananya yang masih basah.
"Oh, iya. Sini saya bantuh," ucap Sinar.
"Tidak! Ambilkan handuk!" tolak Surya.
"Memang Anda bisa?" tanya Sinar dengan menatapnya.
"Dari tadi, kamu bertanya terus, memang bisa, memang bisa! Kau meledek ku?" ujar Surya dengan nada kasar.
"Hm, tidak meledek, hanya memastikan," jawab Sinar. "Ini. Lakukanlah!" pinta Sinar, lalu membalikan badannya menghadap dinding.
Dengan segala upaya, walau sebelah lengannya masih terasa nyeri. Surya berusaha mengganti celananya yang basah dengan handuk yang di berikan Sinar padanya.
"Sudah!" ujar Surya masih dengan ketus.
Sinar berbalik menatap Surya dengan handuk yang lingkarkan dengan tidak teratur dari pinggang hingga paha yang tertutup. Beruntunglah handuk yang di berikan Sinar pangjang dan lebar, jadi, walaupun handuk itu terlingkar bagaikan mie instan yang sudah di masak tapi bisa menutupi bagian yang tak ingin Surya perlihatkan.
"Apa yang kau lihat?" bentak Surya.
"Hihihi, tidak ada." jawab Sinar yang cekikikan karena melihat handuk yang melingkar di tubuh bagian bawah Surya.
Surya kini telah berbaring di kasur dengan di bantuh oleh Sinar, sedangkan Marlin masih berada di sofa kamar itu.
"Tuan, nanti saya kembali untuk membantu memakai bajumu." ujar Sinar dan beranjak ke arah Marlin.
"Nyonya, saya akan membantuhmu kembali ke kamar. Mari, Nyonya." ujar Sinar pada Marlin.
"Huu, ini bukan pekerjaanmu!" kesal Marlin, tapi bukan pada Sinar, melainkan pada dirinya sendiri karena ceroboh.
"Tidak apa, Nyonya." baru saja Marlin ingin berdiri, namun pintu kamar itu sudah terbuka.
"Mama!" sapa Keila.
"Ayang, Beb!" pekik Jia saat tubuhnya masuk ke dalam kamar itu.
Jia terus berlari menuju Surya yang berada di kasur dan memluknya setelah sampai pada pria yang di panggilnya ayang beb itu.
"Hei! Di sini ada istrinya!" ungkap Marlin dengan setengah berteriak.
Jia terkejut dan melepas rangkulannya di tubuh Surya dan menatap Marlin.
"Siapa?" tanya Jia lalu kembali menatap Surya.
"Sudahlah, Ma. Ini hanya formalitas," ucap Surya.
"Keila, siapa yang menyuruh dia ke sini?" tanya Marlin ketus.
"Maaf, Ma. Jia memaksa!" jawab Keila.
"Hei, ini istrinya. Ingat Surya, walaupun ini hanya formalitas, tapi kamu tidak bisa seenaknya seperti itu. Hargai sedikit Sinar, dia akan selalu bersamamu sampai kau sembuh nanti!" ujar Marlin.
"Sudah, Nyonya. Tidak apa. Benar kata Tuan." ucap sinar.
"Nggak! Nggak bisa gitu, dong. Walaupun hanya formalitas, tapi juga harus pakai etikanya!" jawab Marlin kesal.
"Sudah. Kamu di sini saja, bantuh Surya berpakaian! Keila! Bantuh Mama," ucap Marlin meminta Keila membantuhnya untuk keluar.
"Mama kenapa?" tanya Keila heran, mamanya berjalan dengan menekan pinggangnya.
"Surya, ada apa ini?" tanya Jia dengan memicingkan matanya.
.
.
.
.
Ayo, di coment yang enak, ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments