Sinar menatap Marlin, hatinya bimbang, namun kebutuhannya saat ini mungkin akan memaksa dia menerimanya.
"Akan saya pikirkan lagi, Nyonya," jawab Sinar.
Mobil yang ditumpangi Sinar dan Marlin masuk ke gerbang mansion. Sinar turun begitu pun Marlin. Sinar meneruskan langkahnya menuju paviliun dan Marlin menuju kamarnya.
Marlin akan menunggu Dennis untuk membicarakan apa yang di minta oleh Rosma, tapi sekarang dia harus bicara dengan Surya terlebih dahulu.
Saat ini Surya sedang berada di kamarnya, dia hanya berbaring memikirkan keadaanya sekarang yang tidak bisa apa-apa tanpa bantuan orang lain.
Marlin tak datang ke kamarnya setelah kejadian tapi pagi. Dia tahu Marlin sudah sangat lelah mengurusnya tanpa ada bantuan orang lain. Papanya bekerja dari pagi hingga malam hari bahkan pulang di tengah malam karna banyaknya pekerjaan dan Keila dia harus mengurus anaknya dan sangat jarang terlihat di mansion.
Klek
Surya menatap seseorang yang membuka pintu kamarnya. Marlin berjalan mendekat ke arah Surya yang hanya diam menatap kedatangan Marlin.
"Surya, mama mau bicara sama kamu," ujar Marlin setelah duduk di sisi kasur milik Surya.
Surya mengangguk dan menunggu ucapan selanjutnya dari Marlin.
"Surya, mama ingin kamu menikah dengan Sinar!" ungkap Marlin dari lubuk hatinya.
"Apa, Ma?" kejut Surya, tiba-tiba mamanya datang dan meminta untuk menikahi seorang pelayan. "Mama tidak salah bicara 'kan?"
"Tidak Surya. Mama baru kali ini meminta pdmu, tapi pernikahan ini tak seperti pernikahan yang sesungguhnya. Mami sudah bicara dengan ibunya Sinar, kalian hanya menikah untuk formalitas saja. Mama ingin jika Sinar menjadi perawatmu, tapi ibunya Sinar ingin kalian dinikahkan lebih dulu. Itu semua untuk menjaga nama Sinar, dan mama akan tetap menggajinya seperti biasa." jelas Marlin.
"Tapi, Ma. Bagaimana dengan Jia?" tanya Surya.
"Jika Jia memang mau menjadi istrimu sekarang, mama akan nikahkan kalian," jawab Marlin, yang dia sendiri tau jika kekasih Surya itu tidak akan mau.
"Baiklah. Aku akan meminta Jia untuk datang!" jawab Surya.
"Baiklah. Mama tunggu jawabanmu sampai besok!"
Surya menatap kepergian Marlin dari kamarnya. Mamanya permintaannya aneh-aneh, pikirnya sambil mengeleng-gelengkan kepala.
Surya meraih ponselnya yang berada di atas nakas dengan tangan kirinya, karena lengan kanan yang satunya masih terasa sakit jika bergerak akibat benturan yang terjadi saat kecelakaan.
Surya menekan panggilan cepat di ponselnya dan dengan sekali tekan panggilan terhubung pada Jia.
Tut tut tut tut
Beberapa kali panggilan menyatakan terhubung dengan Jia, tapi tak terdengar suara Jia di balik ponsel Surya.
"Kenapa Jia tak mengangkat telvonku?" batin Surya bertanya.
Kembali dia menekan nomor Jia di ponselnya, namun lagi-lagi tidak ada jawaban dari Jia, hingga membuat Surya kesal.
"Ada apa dengannya?" gumam Surya kesal.
Akhirnya Surya memutuskan untuk mengirim chat watsaap dari ponsel.
'Jia, kenapa kau tak mengangkat telvonku?'
'Jia, aku ingin bicara denganmu. Ini masalah penting. Datanglah ke mansion sebelum besok!'
Isi pesan Surya untuk Jia, berharap akan mendapatkan balasan dari chat itu.
"Mungkin dia sedang bekerja," gumam Surya.
Dia kembali meletakan ponselnya di atas nakas, karena kini lengannya terasa karena sedikit gerakan untuk mengetik.
*
Sedangkan yang sedang dihubungi oleh Surya, berada di sebuah mall dengan seorang pria, memasuki sebuah toko sepatu branded.
"Jia, pilihlah yang kau mau!" pinta pria itu.
"Tentu saja!" jawab Jia dengan tersenyum.
Terdengar suara ponsel berdering dari dalam di tas Jia, namun pikiran sedang tertuju pada sepatu-sepatu branded yang berada di rak, tersusun rapi dengan harga-harga puluhan juta rupiah.
*
Malam hari di mansion Haditama, Marlin pergi menuju dapur untuk mencari Sinar di sana.
"Bi Nem, di mana Sinar?" tanya Marlin.
"Sinar di paviliun, Nyonya," jawab bi Inem yang sedang membereskan sisa-sisa makan malam mereka.
"Tolong panggilkan Sinar, Bi. Suruh temui saya di ruang kerja Tuan!" pinta Marlin.
"Baik, Nyonya." Bi Inem meninggalkan pekerjaannya dan pergi memanggil Sinar yang berada di paviliun.
Sedangkan Sinar yang berada di paviliun, berada di kamarnya, sedang memikirkan tawaran dari Marlin.
Dia sangat membutuhkan uang itu, ibunya sakit dan setiap 2 kali dalam seminggu harus melakukan cuci darah dan uang semester Bintang harus ssgera dilunasi karena sudah mendapatkan beberapa kali surat peringatan.
"Apa aku harus menerima pekerjaan ini? Tapi menikah? Apa harus dengan menikah?" gumam Sinar bertanya-tanya.
"Sinar, kamu di panggil nyonya!" seru bi Inem padanya.
Sinar memalingkan wajahnya menatap bi inem yang berada di sampingnya.
"Nyonya pasti akan bertanya tentang jawabanku. Apa yang akan ku jawab?" batin Sinar.
.
.
.
.
Ayo di coment ya, yang enak😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Surya setuju aja menikah sm sinar,,,sinar orgnya sangat baik tulus....
2023-04-03
1