"Apa itu, Bu Rosma?" tanya Marlin dengan penasaran.
"Nikahkan mereka!" ucap Rosma serius dengan perkataannya.
Sinar dan Marlin sangat terkejut mendengar ucapan Rosma, mereka terdiam tak bisa bersuara lagi dengan permintaan Rosma.
"Bu," panggil Sinar, dia keberatan dengan permintaan ibunya.
"Itu jika kalian mau dan setuju, jika tidak saya tidak memaksa. Saya tau bagaimana pekerjaan itu, sangat berat untuk dilakukan, apalagi untuk seorang gadis dan pria dewasa yang belum menikah, akan menjadi fitnah unyuk Sinar nantinya, orang-orang akan mempertanyakan harga dirinya. Saya juga pernah merasakan itu. Walau saya seorang janda, namun sakit rasanya mendengar ucapan-ucapan yang keluar dari mulut mereka." tutur Rosma dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Assalamualaikum," sapa ssorang pria muda dari depan pintu dan di jawab oleh Rosma. "Kak Sinar," sapanya setelah masuk.
"Kamu baru pulang kuliah?" tanya Sinar dan adiknya pun mengangguk.
"Kak, aku ingin bicara," ucap Bintang, adiknya Sinar.
"Ayo, kita ke dapur saja. Kakak mau buat minum juga," ajak Sinar yang tidak mau mereka mendengar pembicaraan antara adik dan kakak itu. "Ada apa, Bin?" tanya Sinar setelah mereka sampai di dapur.
"Kak, aku mau berhenti kuliah aja!" ungkap Bintang pada Sinar, kakaknya.
"Apa! Kenapa?" kejut Sinar.
"Kak, aku belum bayar uang semester. Dekan sudah memperingatkan beberapa kali, dan ibu... juga sekarang sedang sakit. Kita butuh biaya banyak, dari mana Kakak akan dapatkan uangnya. Aku akan bekerja saja," ucap Bintang.
"Nggak, ya Bintang. Kamu harus kuliah. Cari kerja dengan tamatan sma sekarang susah. Kamu mau kerja apa? Pokoknya, kamu tidak usah mikirin masalah uang, itu jadi urusan kakak! Dan kamu harus tetap selesaikan kuliahmu!" tegas Sinar.
"Tapi, Kak...."
"Tidak ada tapi-tapian! Kamu harus kuliah, titik." ujar Sinar yang tak mau dibantah.
Sinar telah membuat teh untuk ibunya dan Marlin yang berada di depan, setelahnya dia membawahnya dengan nampan.
"Kamu jangan banyak pikiran, velajar yang bener, biar bisa cepat lulus kuliahnya," ucap Sinar di tengah langkahnya.
"Nyonya, Saya buatkan teh. Maaf tidak seenak di mansion Nyonya." ujar Sinar.
"Trima kasih. Saya sangat senang loh, Bu, sama Sinar. Dia anaknya Rajin dan cekatan!" ungkap Marlin.
"Baguslah, Nyonya kalau begitu. Saya minta maaf, kalau Sinar ada kesalahan dan banyak merepotkan." jawab Rosma.
"Enggak kok. Saya malah seneng, tanpa di perintah Sinar sudah tau pekerjaannya."
"Sinar, apa kita bisa kembali sekarang?" tanya Marlin.
"Iya, Nyonya," jawab Sinar dengan anggukan juga.
"Bu Rosma, saya akan membicarakan ini dengan suami saya. Saya yakin dia akan setuju, Sinar juga. Saya akan bicara dengannya nanti, di rumah." ucap Marlin.
"Iya, Nyonya. Maaf sudah repot untuk datang ke sini."
"Tidak, Bu. Saya senang bisa silahturahim ke rumah Bu Rosma." Marlin mengeluarkan amplop dari dalam tas yang di bawahnya dan menyerahkan pada Sinar. "Sinar, beri ini untuk ibu kamu!"
"Apa ini, Nyonya?" tanya Sinar dengan tatapan penasaran.
"Sudah kasih aja!" pinta Marlin dan Sinar mengangguk setuju.
"Bu, ini dari Nyonya Marlin. Katanya kasih ke ibu," ujar Sinar dengan menyerahkan amplop ke tangan ibunya.
"Apa ini, Nak?" tanya Rosma.
"Nggak tau, Bu."
Rosma menatap marlin dengan tatapan penuh tanya, dia tidak ingin mengikat Sinar dengan segalah budi dari mereka, dan Sinar akan terpaksa menerima permintaan mereka karena balas budi. Risma membuka amplop itu dan melihat isi di dalamnya.
"Maaf, Nyonya! Saya tidak bisa menerima ini," tolak Rosma dengan mengembalikan amplop yang berisi sekelebat uang itu.
"Bu Rosma. Saya memberi ini, tidak ada maksud apa-apa. Saya ikhlas, hanya sekedar untuk membantuh." ucap Marlin.
"Tidak Bu. Saya tidak akan bisa membalasnya," ucap Rosma lagi.
"Saya mohon, Bu Rosma terima ya. Saya tidak bermaksud apa-apa," ucap Marlin lagi.
"Tapi...."
"Terima aja, Bu. Anggap saja itu bonus untuk Sinar yang sudah telaten bekerja di mansion saya," ucap Marlin lagi dan Rosma hanya menatap Sinar yang mengangguk.
"Baiklah." Rosma kembali menerima amplop itu dan menyimpannya di meja.
Sinar dan Rosma berpamitan dan segera kembali ke mansion.
"Sinar, apa kamu setuju dengan usul ibumu tadi?" tanya Marlin setelah berada di mobil menuju mansionnya.
Sinar menatap Marlin, hatinya bimbang, namun kebutuhannya saat ini mungkin akan memaksa dia menerimanya.
"Akan saya pikirkan lagi, Nyonya," jawab Sinar.
.
.
.
.
Ayo di like, ya, karya author😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
sinar harus menikah dengan Surya...
2023-04-03
1