"Sinar, selesai makan siang, bersiap-siaplah kita akan pergi ke rumah ibumu," ucap Marlin saat mereka berjalan menuruni tangga.
"Baik," jawab Sinar lirih.
Mobil yang di kendarai supir Marlin melaju menuju kampung tempat tinggal ibunya Sinar. Tak berapa lama, Marlin dan Sinar turun dari dalam mobil menuju rumah kecil di depan mereka.
"Ibumu tinggal sama siapa, di sini?" tanya Marlin.
"Saya punya adik laki-laki, Nyonya. Masih kuliah, dan tinggal di sini, bersama ibu," jawab Sinar dan Marlin hanya mengangguk mendengar jawabannya.
Pintu rumah itu sudah terbuka tanpa terlihat siapapun dari luar rumah.
"Assalamualaikum, Bu!" panggil Sinar seraya masuk ke dalam rumah, di ikuti Marlin di belakangnya.
Sinar terus berjalan masuk, membuka pintu kamar ibunya dan benar saja pikiran Sinar, ibunya sedang berbaring di tempat tidur.
"Bu," sapa Sinar.
Wanita paruh baya itu membuka matanya yang tadi tertutup rapat, menatap kedatangan putrinya.
"Sinar," sapa ibu Sinar. "Kamu di sini, Nak? Nggak kerja?"
"Kerja, kok Bu. Aku datang sama nyonya Marlin. Ada di luar, Bu," jawab Sinar.
"Mau apa, Nak?" tanyanya heran.
"Nggak Bu. Cuma mau jenguk," jawab Sinar.
Ibu Sinar menderita penyakit gagal ginjal sejak 2 bulan lalu, dan setelah di bawah ke dokter, dia di sarankan untuk melakukan cuci darah tepat waktu, dan itu harus di lakukan setiap 2 kali dalam seminggu sekali, karena penyakit ginjal yang di derita ibunya sudah cukup parah dan itu sangat menguras biaya untuk Sinar.
Ibu Sinar dan sinar keluar dari dalam kamar, menuju ruang tamu yang di mana Marlin berada.
"Nyonya, silahkan duduk," ucap Sinar.
Sofa yang sudah kusam terletak di ruang tamu itu, membuat Marlin menatap seisi rumah itu.
"Maaf, Nyonya. Keadaan rumah kami hanya seperti ini," lanjut Sinar.
"Tidak apa. Di mana adikmu?" tanya Marlin.
"Dia sedang kuliah, Nyonya. Baru smester satu, usianya baru 19 tahun," jawab Ibunya Sinar mengambil alih jawaban Sinar.
"Oh! Bagaimana keadaan Ibu?" tanya Marlin lagi sekedar berbasa-basi, karena dia harus menyampaikan maksudnya.
"Ya, beginilah keadaan saya, Nyonya. Saya sudah sakit-sakitan, tidak kuat bekerja lagi. Makannya sekarang Sinar menjadi tulang punggung kami dalam mencari nafkah," jelasnya dan Sinar hanya diam mendengarkan.
"Ibu...,"
"Rosma, Rosma Suryana." sambung Rosma ibunya Sinar karena Marlin binggung harus memanggilnya bagaimana.
"Iya, maaf Bu Rosma sebelumnya. Saya datang ke sini punya maksud," ucap Marlin.
"Maksud?" Rosma memandang Sinar dengan penuh tanda tanya, yang berada di sampingnya.
"Iya, saya ingin meminta ijin pada Ibu Rosma. Sinar akan saya pekerjakan sebagai perawat putra saya," jawab Marlin.
Rosma menjadi semakin bingung.
"Perawat? Apa nyonya ini punya anak lagi?" batin Rosma bertanya-tanya.
"Begini, Bu Rosma. Putra saya kecelakaan dan baru keluar dari rumah sakit habis di operasi, tulang pahanya patah dan sekarang pakai kursi roda, saya ingin Sinar menjadi perawat untuk putra saya." jelas Marlin lagi yang melihat Rosma tanpak bingung.
Rosma manatap Sinar sebentar dan kembali menatap Marlin yang berada di depannya.
"Saya, ingin bertanya. Berapa usia putra, Nyonya?" tanya Rosma untuk menghilangkan segala kebingungannya.
"Putra saya 26 tahun."
"Haa!!" kejut Rosma dengan menutup mulutnya. Dia menyangka Sinar akan merawat anak-anak usia 10 tahun ke bawah, tapi ternyata seorang pria dewasa.
"Iya, Bu. Saya harap Bu Rosma menginjinkan. Saya juga akan memberikan Sinar gaji 3 kali lipat dari gajinya sekarang." ucap Marlin lagi.
"Nyonya, apakah putra anda sudah menikah? Kalau sudah menikah, sebaiknya istrinya yang merawatnya." usul Rosma.
"Putra saya belum menikah, Bu," jawab Marlin lagi.
"Bagaimana, ya? Bukannya saya tidak ingin memberi ijin, tapi...."
"Katakan saja, Bu. Saya akan mendengarkan dan akan mencari solusi, jika Bu Rosma keberatan.
"Nyonya, begini. Sinar ini Masih gadis dan putra Anda itu seorang pria dewasa, apa kata orang nanti jika Sinar merawat seorang oria dewasa seperti anak Nyonya. Saya tau bagaimana pekerjaan sebagai perawat, saya juga dulu merawat seorang lansia, tapi waktu itu saya sudah janda dan Sinar belum menikah sekarang, apa yang akan di katakan orang-orang nanti dan bagaimana jika dia menikah nanti, pria yang tahu dengan pekerjaannya tidak akan sudih menikah dengan gadis yang pernah bekerja seperti itu," jelas Rosma panjang lebar.
Marlin terdiam dengan penjelasan Rosma. Ada benarnya, apa yang di katakan Rosma. Sinar masih gadis, dan akan ada rasa tidak ikhlas jika nantinya, Sinar bekerja sebagai perawat untuk Surya.
Rosma memandang Sinar yang berada di samping.
"Apa kau ingin pekerjaan sebagai perawat itu?" tanya Rosma pada Sinar yang di tatapnya.
Sinar berpikir sejenak, apa yang akan di jawabnya. Sebenarnya dengan gaji itu dia dapat membiayai perawatan Rosma, juga dapat membiayai kuliah adiknya, pikir Sinar.
"Kalau kamu kamu mau, ibu punya syarat untuk itu!" lanjut Rosma yang melihat diamnya Sinar.
Sinar terkejut dengan ucapan ibunya, begitu pun Marlin yang menatap Rosma, menunggu kelajutan ucapannya.
"Apa itu, Bu Rosma?" tanya Marlin dengan penasaran.
"Nikahkan mereka!" ucap Rosma serius.
.
.
.
.
Di subcribe, ya. Simpan di favorit kalian🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
sinar hrs menikah dl sm surya....
2023-04-03
1