"Aakh!" pekik Surya lagi saat perih itu terasa kembali.
"Surya!" sapa Marlin.
Klek
"Surya!" sapa Seorang wanita dengan pakaian yang sungguh seksi. "Surya, maaf. Aku baru tau jika kau kecelakaan. Ini aku bawahkan bunga untukmu. Cantikan?" lanjutnya.
Marlin yang melihat wanita itu hanya mengelengkan kepalanya, bahkan saat masuk dia tak menyapa Marlin sama sekali.
"Jia..," ujar Surya yang masih dengan keadaan lemah.
Jia Kirana, dia adalah seorang model di perusahaan Haditama Group dan dia adalah kekasih Surya. Marlin sangat tidak suka dengan Jia, namun Surya sangat keras kepala. Dia tidak mau tahu, jika Jia hanya memanfaatkannya.
Klek
Lagi-lagi pintu terbuka dan beberapa orang masuk ke dalam kamar rawat itu.
"Papa!" seru Marlin saat melihat suaminya datang bersama anak pertamanya.
"Bagaimana keadaan Surya?" tanya Dennis, suami dari Marlin.
"Kata dokter harus di operasi, Pa," jawab Marlin. "Keila, di mana Kevin?" lanjut Marlin pada putri pertamanya, menanyakan keberadaan sang cucu.
"Kevin nggak ikut, Ma. Nanti repot kalau dia ikut," jawab Keila, Kakak Surya dan marlin hanya menganggukan kepalanya.
"Sur, bagaimana keadaan kamu?" tanya Keila.
"Sakit," jawab Surya bergumam dan masih dapat di dengar oleh Keila.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Keila ketus.
"Kak, Keila. Aku menjeguk calon suamiku," jawab Jia.
"Apa? Calon suami! Jangan kepedean, aku nggak suka sama kamu!" ucap Keila, yang memang dia tidak suka dengan Jia yang sok dekat dengan mereka.
"Walau Kak Keila, tidak suka. Tapi Surya sangat menyukaiku," jawab Jia dengan penuh percaya diri.
"Sudah-sudah. Jia, sebaiklah kamu datang lagi nanti. Ini rumah sakit, tidak baik jika ribut di sini." Lerai Dennis pada putri dan kekasih Surya.
"Heng...," kesal Jia pada Keila. "Baiklah, Om. Aku akan kembali nanti," lanjut Jia, kemudian keluar dengan mengejek Keila.
"Keila, jagalah sikapmu. Kau sudah dewasa bukan abg labil lagi," ujar Dennis pada Keila.
"Jika dia wanita baik-baik, aku bisa jaga sikap," jawab Keila dengan kesal.
Surya masih bisa mendengar percakapan mereka dengan baik, namun saat ini dia tidak punya kekuatan untuk berdebat dengan mereka.
*
*
Dua minggu kemudian Surya sudah pulang dari rumah sakit. Surya di dorong di kursi rodanya oleh Dennis masuk ke dalam mansion.
Menurut dokter yang menangani Surya, dia harus mengenakan kursi roda selama 9 bulan dan kakinya belum bisa digerakan. Karena itu mereka akan mencari seseorang untuk merawat Surya selama masa penyembuhannya.
Saat ini Dennos dan Marlin sedang duduk di ruang tamu, membicarakan perihal perawat untuk Surya.
"Pa, bagaimana? Apa perawatnya sudah ketemu?" tanya Marlin.
"Belum, Ma. Sangat susah mendapatkan perawat pria, sedangkan Surya tidak mau perawat wanita." tukas Dennis.
"Tenanglah, Pa. Kita pasti akan menemukannya." ucap Marlin.
"Kapan, Ma?" tanya Dennis.
"Nyonya, Tuan. Minumnya," ucap seorang pelayan wanita yang masih muda.
"Trima kasih, Sinar," ucap Marlin pada pelayan itu dan dia hanya mengangguk kemudian kembali ke dapur.
Malam hari di mansion Haditama. Surya berada di kamarnya, dan Sinar mengantarkan makanan padanya. Di dalam kamar ada Marlin yang sedang mengurusnya.
"Nyonya, ini makan malam untuk Tuan muda," ucap Sinar setelah berada di samping Marlin.
"Iya, Sinar. Letakan di situ!" pinta Marlin dan Sinar segera melakukan perintahnya. "Sinar, kau bisah membantuku?" lanjut Marlin bertanya.
"Iya, Nyonya. Apa yang bisa saya bantu?"
"Kau bisa membantuku mengganti perban di paha Surya? Aku telah membukanya dan sekarang sangat susah untuk memasang kembali," keluh Marlin.
"Baik Nyonya. Biar saya yang menggantinya," jawab Sinar.
Marlin berpindah dari duduknya di samping Surya, menjadi ke samping atas tempat tidur. Sinar mengambil perban yang ada di atas nakas dan memulai pekerjaannya.
"Aku akan mengangkat sedikit kakinya dan kau lingkarkan perbannya," ucap Marlin.
"Tidak perluh, Nyonya. Biar saya saja." jawab Sinar seraya mengambil bantal yang berada di sebelah Marlin.
"Bisa?" tanya Marlin.
"Saya usahakan bisa, Nyonya," jawab Sinar.
"Hei apa yang kau lakukan?" bentak Surya saat Sinar mencoba mengangkat kakinya ke atas bantal.
"Maaf, Tuan." ucap Sinar, namun dengan tetap mengerjakan tugasnya dan Surya hanya memalingkan wajahnya tanpa mau menatap orang yang tengah membantunya.
Marlin memperhatikan Sinar yang tengah menganti perban di paha Surya. Sinar sangat gesit melakukannya, dia mengangkat kaki Surya dan meletakannya di atas bantal dan memulai memakaikan perban di pahanya. Beberapa menit kemuadian Sinar sudah selesai mengganti perbannya.
"Sudah, Nyonya." ucap Sinar.
"Baiklah. Trima kasih," jawab Marlin dengan tersenyum.
"Nyonya, apa saya bisa bicara dengan Anda?" ucap Sinar lagi.
"Bicara? Ada apa?" tanya Marlin, namun yang di tanya hanya menundukan kepalanya. "Baiklah. Kita keluar," lanjut Marina.
.
.
.
.
Ayo Comentnya, yang enak-enak😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
sinar sangat cekatan mengganti perban dipaha surya tanpa Rasa Mali n canggung,,,,, lanjutkan thor
2023-04-03
1