Tiga bulan kemudian.
Nita yang merasa jenuh ketika berada di rumah langsung meminta kepada sang suami agar dirinya bisa kembali bekerja. Namun, Riko tidak setuju dengan itu karena gaji yang dia dapatkan lebih dari cukup untuk menafkahi dan memberikan segala keinginan Nita.
Nita yang merasa kesal hanya mampu diam saja, dia meremas rambutnya karena emosi yang tertahan. Bagaimana pun, dia tidak bisa melawan perkataan dari suaminya karena itu akan menjadi dosa. Saat ini, Nita duduk di taman yang tak jauh dari komplek perumahannya. Jam menunjukkan pukul empat sore dan Riko belum pulang dari kantor.
"Padahal Veny sudah memberikan alamat kantor yang sedang mencari sekertaris. Argh! Mas Riko keterlaluan, dia sangat egois." decak Nita penuh kekesalan.
Tetapi, seketika rasa kesalnya reda kala dia melihat seorang pria tampan dengan memakai pakaian formal seperti jas dan sepatu pantofel. Seketika rasa penasaran Nita mendorong dia untuk berkenalan dengan pria asing itu, dirinya bukan bermaksud untuk menjadi perempuan rendahan, namun dia hanya ingin tahu siapa pria yang penuh wibawa itu sebenarnya.
"Permisi!" sapa Nita ketika berada di dekat bangku sang pria.
Pria itu menoleh, dia melipat laptop yang ada di pangkuannya.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu yang tak lain adalah Abian.
"Tidak, saya hanya ingin tahu. Apa Anda warga baru di kompleks ini? Soalnya, saya tidak pernah melihat Anda di sekitaran sini."
"Benar, saya baru satu bulan tinggal di kompleks ini karena ada sesuatu hal yang harus saya tinjau dan letaknya tidak terlalu jauh dari kota ini."
Nita mengangguk paham. "Oh ya, perkenalkan, nama saya Qanita. Anda bisa memanggil saya Nita." ucapnya memperkenalkan diri.
"Saya, Abian." jawab Bian singkat.
Abian sebenarnya memiliki sifat yang cuek dan tidak peduli, tetapi di lingkungan kompleks seperti ini dirinya tidak bisa memperlihatkan sifatnya itu. Bian harus ramah agar dia di kenal oleh warga kompleks.
"Nama yang bagus," ucap Nita tersenyum kecil. "Apa saya boleh duduk disini?" tanyanya.
Abian terdiam, tetapi saat dia hendak mengatakan tidak ternyata jawabannya itu telah di potong oleh seseorang di belakangnya dan Nita.
"Nita!" teriak Riko ketika melihat sang istri yang sedang berbincang dengan pria lain.
Nita menelan ludah dengan kasar, dia gugup sekaligus takut.
"M—mas, kamu udah pulang?" Nita mendekat ke arah Riko yang terlihat sedang marah.
Setelah berada di dekat Riko, Nita menggandeng lengan Riko dengan mesra. Hal itu tentu saja di saksikan oleh Abian, dia hanya diam saja melihat interaksi sepasang suami-istri itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Nita menjadi salah tingkah karena Riko menatapnya dengan tajam.
"Mas, aku tidak melakukan apa pun. Kau lihat 'kan, aku dengan dia hanya berbincang sebentar. Jika kau tidak percaya, kau bisa tanyakan sendiri padanya," Nita menunjuk Abian.
Riko melirik Bian dengan tajam sementara Abian hanya memasang wajah datar.
Saat suasana terlihat mencekam, Anisa datang dari arah yang berlawanan karena dia hendak pulang ke rumah sehabis jalan-jalan sore. Nisa menatap ke tiga orang yang ada di taman, dia sebenarnya tidak ingin ikut campur tetapi karena di dorong oleh rasa penasaran, akhirnya Nisa mendekat ke mereka bertiga.
"Halo, ada apa ini?" tanya Nisa saat dia menghampiri Riko, Nita dan Abian.
Abian menoleh ke arah gadis manis itu, dia heran karena kedatangan orang yang tidak dikenal. Sementara Nisa, dia melirik Abian dan seketika matanya membulat melihat keindahan ciptaan Tuhan yang satu itu.
'Ya Tuhan, dia tampan sekali. Apakah dia pangeran berkuda yang sengaja datang untuk menjemputku?' batin Nisa terpesona pada sosok Abian.
Seketika lamunan Nisa buyar karena mendengar suara tegas dari Riko.
"Ayo kita pulang, kita selesaikan semuanya di rumah." Riko menarik tangan Nita dan itu membuat sang empunya mengikut tanpa berpamitan.
Nisa hanya mengedikkan bahu.
Sesampainya di rumah, Riko menghempaskan tubuh Nita ke sofa hingga Nita terkejut.
"Kenapa kau harus dekat-dekat dengan pria lain? Apa tidak cukup satu pria aja di hatimu, hah!" bentak Riko yang diselimuti kesalahpahaman.
"Apa yang kau katakan, Mas? Aku dan dia baru saja bertemu di taman sore ini, kenapa kau bisa berpikiran sejauh itu?" Nita bangkit dari sofa, dia tidak terima dengan tuduhan Riko.
"Halah! Aku tidak percaya dengan omong kosongmu itu!" titah Riko.
Nita hanya menggeleng.
"Kau keterlaluan, Mas! Kau jahat, kau tidak mengizinkan aku bekerja. Baiklah, aku tahu alasanmu. Tetapi aku tidak sanggup dengan sifat posesifmu ini, Mas. Kau harusnya tahu harus marah dalam keadaan yang seperti apa!" Nita menitikkan air mata.
"Baru enam bulan, Mas! Baru enam bulan kita menikah dan sekarang sifat cemburuanmu semakin menjadi-jadi. Aku lelah jika terus-terusan seperti ini." Nita pasrah dan dia berlari ke arah tangga.
"Nita! Nita, tunggu!" teriak Riko namun tidak di hiraukan oleh Nita.
Riko memukul udara dan dia menghempaskan tubuhnya di sofa.
•
•
•
TBC
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments