Shaila memasuki kelas lima detik sebelum dosen masuk. Napasnya terengah sehabis berlari dari kos sampai di kampus. Dia terpaksa berlari karena waktunya mepet setelah menyelesaikan piket kebersihan di kos-kosan.
Dosen yang masuk ke kelas hari ini adalah dosen pengganti, karena dosen yang biasanya sedang sakit. Dosen pengganti itu adalah Arshaka. Dia dulunya seorang asisten dosen sebelum menjadi dosen.
Semua mahasiswa langsung mengaduh karena harus bertemu dengan dosen yang terlalu disiplin perfeksionis. Telat masuk kelas satu menit saja harus rela mengerjakan tugas segunung. Dikarenakan tidak ada yang tahu jika yang masuk dosen pengganti, banyak mahasiswa yang masuk terlambat, diantaranya Shaila dan Adiba.
Semua mahasiswa yang datang terlambat diberi tugas merangkum materi kuliah selama satu semester. Tugas itu dikumpulkan paling lambat minggu depan di jam yang sama dengan saat ini. Tidak ada satupun yang protes karena percuma protes, tugas bukan berkurang tetapi bertambah banyak dan berat dilakukan.
Sembilan puluh menit kemudian kuliah selesai. Shaila mengajak Adiba ke kantin karena cacing dalam perutnya sudah demo. Adiba menyetujui, lalu keduanya berjalan ke kantin.
Mereka langsung memesan makanan favorit mereka, yaitu bakso dan jus jeruk. Kedua gadis itu membawa pesanannya ke meja yang masih kosong. Setelah duduk ternyata sambelnya sudah habis sehingga Shaila kembali berdiri.
Nahas, dia tidak tahu jika dibelakangnya adalah si dosen super perfeksionis yang sedang membawa jus alpukat. Shaila menabrak gelas yang dipegang Arshaka. Kini, baju keduanya terkena tumpahan jus itu.
Baju Shaila hanya terkena sedikit saja sedangkan baju dan si dosen super perfeksionis itu tersiram lumayan banyak. Hampir setengah isi gelas pindah ke dada sampai bawah perut. Wajah Arshaka sudah merah padam menahan amarah.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja! Tadi saya buru-buru," ucap Shaila mengiba.
Pandangan Arshaka ternyata tidak tertuju pada wajah gadis yang menabraknya. Tatapan mata itu berhenti pada dada Shaila yang terkena jus tadi. Baju putih itu memperlihatkan dengan jelas teletubbies Shaila.
Shaila tersadar saat ucapannya tidak digubris oleh sang dosen. Gadis itu mengikuti arah pandangan Arshaka. Tiba-tiba....
Brugh!
Shaila dengan berani memukul dada Arshaka menggunakan tas yang tadi dia letakkan di kursi yang tepat di sebelahnya. Gadis itu merasa ditelanjangi oleh dosen muda di depannya. Ternyata sikap sang dosen tidak hanya menyebalkan tetapi juga me sum.
"Kamu!" teriak Arshaka kesal, baru kali ini ada mahasiswa yang berani padanya.
"Apa? Saya kenapa?" tantang Shaila tidak takut sama sekali.
Adiba langsung mendekati Shaila dan membawanya menjauh dari dosen galak itu. Dia tidak ingin teman baiknya itu terkena masalah lagi karena sudah berani melawan dosen.
"Sudah, Shai! Kamu minta maaf, walau bagaimanapun tetap kamu yang salah. Mahasiswa dilarang melawan dosen di kampus ini," bisik Adiba.
Shaila pun meminta maaf karena takut terkena skorsing. Setiap mahasiswa yang bermasalah akan mendapatkan skorsing dengan lama sesuai berat ringannya tingkat kesalahan.
"Kamu ke ruangan saya setelah ini!" titah Arshaka setelah Shaila meminta maaf padanya.
Dosen itu segera berlalu dari hadapan Shaila dan Adiba begitu selesai memberikan titahnya. Wajah tampannya tampak menyeramkan sehingga membuat mahasiswa yang melihat langsung menepi. Tidak mau berurusan dengan dosen galak itu.
"Gawat, Dib! Pasti hukuman gue nambah lagi. Duuhh, yang tadi aja belum dikerjain malah nambah lagi," ucap Shaila ketar-ketir, hukuman apalagi yang akan dia dapat.
"Sudah, nanti gue bantuin yang bisa. Sekarang Lo cepetan susul beliau ke ruangannya. Takut makin ngamuk kalau telat!"
"Temenin ya!"
Akhirnya kedua gadis itu meninggalkan makanan mereka begitu saja, hanya minum saja sebelum berlalu. Mereka berjalan cepat menuju ruang dosen yang berada di lantai dua. Sesampainya di depan ruang sang dosen, Shaila mengatur napasnya terlebih dahulu baru kemudian mengetuk pintu.
"Masuk!"
Shaila pun masuk diikuti oleh Adiba di belakangnya. Kedua gadis itu berdiri di depan meja kerja Arshaka. Tampak dosen itu sudah berganti pakaian sedang menatap layar laptopnya.
Arshaka mengalihkan pandangannya dari laptop ke arah dua mahasiswa di depannya. Laki-laki itu menarik sudut bibirnya tipis, meremehkan.
"Kalian anak TK apa anak SD? Tidak dengar tadi, siapa yang saya suruh ke sini? Atau kalian berdua sama-sama ingin mendapat hukuman dari saya?" cerca sang dosen sambil bangkit dari kursi yang didudukinya.
"Kamu itu bodoh atau bagaimana? Jiwa korsa itu bukan untuk melakukan kesalahan, tapi untuk melakukan jiwa kebaikan!" ejek Arshaka seraya menunjuk dahi Adiba kemudian mendorongnya pelan. "Pakai otakmu!"
Setiap ucapan yang keluar dari mulut sang dosen itu bak cabe setan, pedas. Sehingga banyak mahasiswa yang tidak menyukainya. Walaupun begitu, tak jarang para cewek centil malah tertarik menaklukkan gunung es itu.
"Bapak keterlaluan banget! Dia tidak bodoh, Pak! Dia hanya ingin membantu saya, sebagai rasa setia kaw...."
"Saya tidak peduli! Saya hanya ingin orang yang melakukan kesalahan yang mendapat hukuman. Bukan orang lain!" potong Arshaka cepat, dia tidak suka dibantah.
Adiba tidak berani mengeluarkan suaranya, berbeda dengan Shaila yang terus melawan sang dosen. Gadis bungsu itu tidak mau tahu, pokoknya hukuman yang diterima harus sesuai dengan kesalahan yang tidak disengaja. Dia akan melayangkan protes sampai hukuman menjadi ringan.
"Tapi, Pak. Saya tidak sengaja menabrak Bapak. Seingat saya tidak ada orang di belakang saya, kenapa Bapak bisa tiba-tiba di belakang saya?"
Arshaka gelagapan mendengar kecurigaan Shaila. Tentu saja Shaila tidak tahu, karena dia tadi sengaja berdiri di belakang gadis itu ketika mengeluh sambal di meja telah habis. Arshaka yang kebetulan duduk di belakang Shaila, sengaja berdiri tepat di balik punggung gadis itu.
Ternyata apa yang diharapkan terkabul. Mereka tabrakan sehingga ada waktu untuk keduanya berbicara. Namun, sayangnya gadis itu membawa temannya ikut masuk ke ruangan.
Arshaka langsung pura-pura tidak tahu. Dalam otaknya kembali menyusun rencana agar bisa duduk berdua saja tanpa adanya orang lain. Dia harus bisa menggunakan kekuasaannya untuk menaklukkan mahasiswa cantik itu.
"Saya juga tidak tahu kalau kamu akan berbalik tadi. Saya hanya berdiri hendak meminta tambahan es batu karena jusnya terlalu kental," ucap Shaka mengarang agar alibinya bisa dipercaya.
Shaila memutar bola matanya jengah. Dia tahu dosen itu hanya mencari-cari alasan saja. Gadis itu merasa yakin jika sang dosen sedang mencari alasan untuk menghukum dirinya.
Shaila berbisik pada Adiba agar meninggalkan dirinya dan sang dosen. Dia ingin mengorek informasi kenapa sang dosen selalu saja mencari masalah padanya. Sungguh dia sangat penasaran dengan itu.
"Sebenarnya Bapak ada dendam apa sama saya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Shaila ini terlalu ceroboh..
2024-12-27
0
elf
keinget waktu SMA,,, da guruku yg msh perjaka... sriiinggg banget bikin aq jengkel klw d kelas... tp tiap ktmu sll senyum n mngusap² kepalaku kyk ank yatim.. 🤭🤭🤭 eeeeee tau²x pas udah lulus lama g ktmu,,, ktmu lagi d sosmed,,, dia von.. bilang klw sbnrx dia sayang sama aq.. 🤭🤭🤭🤭
2023-05-09
1
𝐈𝐬𝐭𝐲
harus bgt ya pak dosen berbuat begitu.. 🤭😂😂
2023-04-11
0