Part 15

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Maukah kamu tinggal bersamaku dan Sean di luar kota?" tanya Axel dengan semua rasa yang kini ada di dalam hatinya, takut, cemas, malu dan penuh harap berkecamuk jadi satu.

"Maksudmu apa?" tanya XyRa kaget, ia tak menyangka akan di tembak pertanyaan seperti itu oleh suami sirinya saat ini.

"Apih mengizinkan mu jika kamu mau ikut mendampingiku, Ra."

Lagi lagi wanita itu mengernyitkan dahi, rasanya masih asing sekali di telinga XyRa mendengar Axel menyebut pangggilan yang sama dengannya karena almarhum Dave pun belum sempat melakukannya padahal mereka bersama sudah 5 tahun lamanya.

"Masuklah dulu, tak enak bicara di depan pintu," ajak XyRa yang lebih dulu melangkah ke dalam dan tak lama di susul juga oleh Axel.

Keduanya kini duduk berdampingan di sofa panjang kamar Nona Muda Rahardian yang tentunya tak sembarang orang yang bisa masuk kedalam sana termasuk Sang mantan kekasih, mungkin hanya dua pria yang bebas keluar masuk yaitu Apih dan ArXy kakak kembarnya itupun wajib dan harus dengan ketukan pintu dan izin lebih dulu.

"Kamu tahu kan, kalau aku akan pulang dan di waktu yang bersamaan aku akan menjalani hari hari ku seperti biasa seperti saat kita belum bertemu, Ra," jelas Axel.

"Jika aku ikut denganmu, bagaimana dengan Sean? bukankah yang ia tahu jika aku ini hanya temanmu?" tanya wanita cantik yang ternyata sudah membersihkan dirinya sebab terlihat dari baju yang ia kenakan yaitu piyama stelan berwarna putih gading dengan rambut setengah basah yang membuat hati Axel sedikit berdebar karna harumnya sangat menggoda.

"Ini yang akan kutanya dengan sangat serius padamu, XyRa."

"Apa? pertanyaan apa itu?" XyRa balik bertanya dengan raut wajah tegang.

"Maukah kamu menjadi istri sahku? kita menikah lagi secara resmi agar di akui negara dan agama, kita mulai semua dari awal, aku yang pernah gagal dan kamu yang harus bangkit dari rasa kehilangan," tegas Axel yang juga memberanikan diri untuk meraih tangan Sang istri siri.

"Apa ini tak terlalu cepat?"

"Kita tak tahu jika tak memulainya lebih dulu, aku jatuh cinta padamu, XyRa."

Deg..

Hati wanita mana yang tak kaget jika mendengar kata cinta meski bukan dari pria yang ia suka, begitu pula dengan XyRa.

Ia yang masih diam tentu tahu jika Axel sedang menunggu jawaban pasti darinya. Jujur, ini terlalu cepat bagi XyRa yang sebenarnya masih berduka meski ia sudah tak larut dalam rasa sedih dan kehilangan yang mendalam.

XyRa tak sendiri, banyak yang menguatkannya selama ini hingga ia bisa sadar jika hidupnya masih panjang, ikut dengan Dave belum tentu mereka akan bertemu di keabadian sedangkan d

sisa hidupnya kini sudah jadi tanggung jawab pria lain.

Semua yang memeluknya ia biarkan untuk menasehati meski XyRa tak pernah mengiyakan, membantah bahkan menjawab, sebab semua percuma karna cuma ia yang tahu rasanya di tinggal orang terkasih untuk selamanya, XyRa hanya takut tak bisa memendam kerinduan yang tentunya tak bisa ia sampaikan.

"Maaf, aku lancang sudah jujur padamu," ucap Axel yang takut XyRa tersinggung.

Sesempurna apapun Dave menceritakan sosok wanita itu tentu tak akan sama dengan apa yang ia lihat sebab XyRa mencintai Dave sedangkan dengan Axel mungkin rasa benci itu tetap terselip karna bagaimanapun ia adalah penyebab hancurnya hari bahagia pasangah tersebut.

"Semua orang bebas mengutarakan isi hatinya, termasuk dirimu. Tak masalah." XyRa hanya tersenyum, jawaban yang ia berikan tentu bukan yang di harapkan.

"Lalu, bagaimana?" tanya Axel lagi memastikan, malam yang sudah larut tentu yang ia pikirkan kini adalah Sean.

"Beri aku waktu, aku akan memikirkannya," jawab XyRa yang tak punya keputusan apapun untuk saat ini.

"Baiklah, aku tunggu jawabanmu, Ra."

XyRa hanya mengangguk sambil tersenyum kecil kearah Axel namun yang ia lihat justru bayangan senyum ceria Sean.

Axel yang sudah pamit tak di antar oleh XyRa sampai ke pintu utama, mereka hanya berpisah di depan kamar XyRa sesuai keinginan pria itu, Axel tentu tak ingin merepotkan dan malah meminta wanita halalnya itu untuk cepat istirahat.

Hilangnya punggung Axel dari penglihatan XyRa membuatnya langsung kembali masuk kedalam kamar, ia rebahkan tubuh lelahnya diatas ranjang dengan kedua mata menatap sendu ke langit langit kamar mewahnya.

"Aku harus apa? aku merindukanmu, Dave, Sangat!" ucap XyRa lirih yang akhirnya perlahan terpejam lalu bersiap untuk bermimpi.

"Aku juga, aku merindukanmu cinta pertama dan terakhir ku," bisik Dave tepat di samping XyRa.

"Dave, kamu--," ucap XyRa kebingungan sendiri.

"Aku tak kemana-mana, aku selalu di dekatmu, aku akan menjagamu meski kamu tak bisa lagi ku gapai, Sayang." Dave terkekeh kecil sedangkan XyRa tersenyum simpul

"Jangan pergi lagi, aku tak mau sendiri, Dave."

"Hey, kamu tak sendiri, Cantik, bukankah sudah ada Axel yang menjadi suami penggantimu, hem??" goda Dave seperti biasa yang seharusnya sambil mencubit kecil hidung atau pipi XyRa tapi kali ini pria tampan itu tak melakukannya.

"Axel, tapi aku mencintaimu," keukeh XyRa sambil menggelengkan kepalanya berharap Dave paham dengan apa yang ia rasakan sekarang.

"*Aku juga sangat mencintaimu, tapi tugasku untuk menjagamu sudah selesai, kini Axel yang akan menggantikanmu. Percayalah, ia akan membawa pelangi dalam hidupmu, karena--," ujar Dave sambil tersenyum, meski wajahnya terlihat pucat tapi yang pasti itu semua tak mengurangi ketampanannya yang membuat XyRa jatuh cinta di pandangan pertama.