Raga Bersama Nur Jiwa Bersama Laila

***

Pagi-pagi sekali Laila berangkat ke warung, hendak membelikan sabun cuci untuk bi Ira.

Rama yang tengah mencuci motor, berpura-pura tidak melihatnya karena ada ibu yang tengah menyiram tanaman.

"Pagi, Bu!" Laila menyapa bu Fauziah dengan ramah. Ingin hati menyapa Rama, tapi Rama tampak cuek.

"Eh, Laila. Mau kemana?" tanya ibu dengan ramah.

"Laila mau kewarung, Bu. Beli sabun buat bibi, kebetulan sabun bibi habis," jawab Laila dengan tersenyum.

"Oh, iya. Belinya di warung pak Yakub saja, disana lebih murah," kata ibu.

"Iya, Bu. Terimakasih sudah dikasih tau," kata Laila.

Laila melirik Rama yang terus asyik mencuci motornya. Laila tak bisa jika tidak menyapanya.

"Rama! Maaf ya, sandalnya masih ku pake, sandal bi Ira gak ada yang cukup. Jadi, aku harus beli sandal dulu," jelas Laila menatap Rama.

Rama melihat kaki Laila yang putih bersih memakai sandalnya, meski kebesaran tetap terlihat indah. Jujur, Rama malah senang Laila betah memakai sandalnya, dipakai selamanya pun Rama tak masalah.

"Tidak apa-apa. Kalau kamu mau saya bisa antar kamu beli sandal di pasar? Hanya saja, sandal di pasar tidak sebagus sandal di mall."

"Kenapa tidak. Tentu saja aku mau," jawab Laila mengagetkan Rama dan ibu.

'Apa iya Laila mau masuk pasar' batin ibu.

"Kalau begitu habis saya nganter ibu ke pasar, saya antar kamu beli sandal," ucap Rama penuh antusias.

Laila terlihat bahagia, dia mengangguk, dan langsung pergi ke warung.

Ibu melirik Rama menahan kesal. Ibu masuk kedalam, membawa serta keksalannya pada Rama. Rama merasa tidak nyaman, ia langsung pergi menyusul ibu kedalam.

"Bu! Ibu kenapa?" tanya Rama.

"Rama! kenapa kamu menawarkan diri untukmengantar Laila?" tanya ibu dengan kesal.

"Rama harus menolong Laila 'kan, Bu," kata Rama.

"Tidak perlu kamu juga yang menolongnya," kekeh ibu.

"Sudahlah, Bu. Rama tidak mungkin membiarkan Laila pergi sendiri," jelas Rama.

Ibu duduk di kursi masih dengan kekesalannya.

"Baiklah, kamu boleh mengantar Laila. Akan tetapi, kamu harus berjanji pada Ibu! Kamu tidak akan jatuh cinta padanya," pinta ibu.

"Mengapa Ibu mengatakan hal itu lagi? Kita tidak bisa mengatur hati kita untuk masalah cinta, Bu," jelas Rama.

"Ibu, tidak mau tau. Kamu boleh berteman sama Laila, tapi tidak untuk jatuh cinta," kekeh ibu.

Rama dibuat bingung dengan keinginan ibu. Apa yang membuat ibu seperti ini. Sebelumnya ibu tidak pernah seperti ini pada Rama.

"Rama tidak bisa berjanji, Bu. Rama sendiri tidak tau apa yang sedang Rama rasakan. Rama hanya merasa bahagia di dekatnya," jelas Rama.

"Itulah cinta Rama. Kamu akan selalu bahagia di dekatnya. Besok kamu tidak akan bisa hidup tanpanya," ucap ibu dengan menangis.

Rama tidak menyangka apa yang ia katakan membuat ibunya menitikan air mata. Rama segera mendekatinya dan mengusap air mata sang ibu. "Tidak, Bu. Jangan menangis! Tolong maafkan Rama!" ucap Rama dengan sedih.

"Untuk sekarang tolong ijinkan Rama mengantarnya kepasar. Nanti sore, Rama usahakan menjauh dari Laila," ucap Rama.

"Berjanjilah, Ram!" Ibu menitikan air matanya kembali.

Dengan berat hati Rama pun menganggukan kepalanya dan ikut meteskan air mata. Dilema kini yang Rama rasakan, diantara cintanya pada sang ibu, dan pada gadis cantik yang selalu menjadi perhatiannya.

Setelah mengantar ibu ke pasar. Rama pun mengantar Laila kepasar, dengan canggung Laila duduk di atas motor Rama. Ia duduk sedikit menjauh. Ini pertama kalinya Laila berboncengan dengan Laki-laki.

Laila merasa bahagia. Di jalan tak banyak hal yang mereka bicarakan. Rama lebih banyak diam, sedangkan Laila yang ingin bertanya sedikit ragu.

Rama memarkirkan motornya di parkiran pasar.

"Mari! Toko sandal di sebelah sana!" kata Rama.

Laila memilih-milih sandal, tidak ada satu pun yang ia sukai.

"Apa ada toko lain selain ini," tanya Laila.

"Ada, disebelah sana. Ayo kita kesana!" kata Rama.

Sesampainya di toko lain, masih saja tidak ada sandal yang Laila sukai. Namun, tidak mungkin dirinya terus memakai sandal Rama.

"Aku bingung harus memilih yang mana? Bisa kamu pilihkan untuku?" tanya Laila.

"Aku! Aku tidak tau seleramu seperti apa?" kata Rama.

"Apapun yang kamu pilih akan aku pakai," kata Laila dengan tersenyum.

"Benarkah?"

"Iya, karena jika tidak, aku bisa pakai sandal kamu selamanya," tutur Laila di iringi tawa.

"Aku tidak keberatan, jika kamu mau memakai sandalku untuk selamanya," jelas Rama dengan tersenyum.

Laila terkejut dan langsung menatap Rama. Laila tersenyum bahagia.

"Bolehkah?" tanyanya.

"Tentu saja boleh," kata Rama.

"Kalau begitu aku tidak perlu membeli sandal, sandalmu cukup nyaman di kakiku," jelas Laila tersenyum bahagia.

Rama pun mengukir senyum indahnya, yang mampu melelehkan hati Laila.

"Benarkah? Tapi, sandalku kebesaran dikakimu," kata Rama.

"Artinya, aku menggantungkan harapan besar dari pijakanku yang kebesaran ini," jelas Laila dengan malu-malu.

"Maksudmu?"

Rama termenung mengerutkan keningnya.

Ia tersenyun dan mulai mengerti maksud Laila.

Laila tersipu malu melihat ekspresi wajah Rama. Ia mengalihkan pembicaraan. "Ayo pilihkan untukku!"

"Bukannya kamu tidak jadi beli sandal? tanya Rama dengan candanya.

Laila tertawa.

"Apaan sih. Aku bercanda," kata Laila.

"Kok bercanda sih. Padahal, aku benar-benar berharap kamu menggantungkan harapan besar di pijakan kebesaran itu," jelas Rama.

Rama dan Laila saling lempar senyum. Laila tersipu malu, wajahnya seketika memerah.

Rama suka melihat wajah kemerahan Laila, yang semakin menambah kecantikan di wajahnya.

Rama melangkah memilihkan sandal untuk Laila.

"Yang ini. Ini cocok untuk kaki indahmu," kata Rama.

Laila yang masih membelakangi Rama, karena malu, langsung menyetujui pilihan Rama tanpa melihat sandal itu. "Baiklah, aku beli itu," kata Laila.

"Kamu yakin? Lihatlah kemari!" kata Rama.

Laila langsung membalikan badannya. Betapa terkejutnya Laila saat melihat sandal yang di pegang Rama, adalah sepatu boot anti hujan.

"Ramaaa!"

Keduanya tertawa terbahak-bahak, larut dalam canda. Rama dan Laila cukup bahagia dengan kebersamaannya hari ini. Namun, perlahan tawa Rama hilang, saat mengingat pesan sang ibu.

Rama menarik napas panjang, tiba-tiba wajah cerianya menjadi sedikit murung. Meski Rama berpikir untuk tidak terlalu akrab dengan Laila, tapi Rama tak bisa melawan keinginan hatinya, yang semakin nyaman berada di dekat Laila.

Setelah mendapatkan satu sandal cantik yang cocok di kaki Laila, mereka pun langsung pulang. Laila teringat apa yang dikatakan Nur kemarin, jika mereka menemukan taman indah di perjalanan. Laila ingin sekali mampir ke taman itu bersama Rama, tapi Laila ragu untuk mengatakan keinginannya itu.

Rama terus berjuang melawan dilema. Hati ingin semakin dekat dengan Laila. Namun, pikirannya memaksa dia untuk menjaga jarak. Ketika Laila memberanikan diri mengutarakan keinginannya untuk pergi ke taman itu, Rama menolaknya dengan alasan sudah terlalu siang.

Laila kecewa, muncul pertanyaan dihatinya yang mengganggu pikiran. 'Kenapa kemarin sama Nur mau, tapi sekarang sama aku tidak mau, apa Rama tidak suka padaku, atau aku yang terlalu berharap padanya. Mungkin dia baik dan perhatian padaku hanya karena kemanusiaan saja' pikir Laila.

Rama pun kecewa pada dirinya sendiri, sejujurnya dia ingin sekali menikmati taman indah itu bersama Laila. Namun, ia tak mau semakin larut dalam kebersamaannya bersama Laila, karena itu akan semakin menyakitkan hatinya jika cinta tumbuh semakin dalam.

Ibu menunggu Rama dengan gelisah, sudah terlalu lama Rama pergi bersama Laila, entah kenapa kekhawatiran ibu semakin besar.

bersambung ....

jangan lupa tekan like, fav, komen dan rate-nya ya❤❤❤

Terpopuler

Comments

Fara F

Fara F

semangat thor💪💪

2023-05-03

0

Xiaomi Redmi 4a

Xiaomi Redmi 4a

semangat Thor,,,vote ku utk mu

2023-03-30

1

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

KK kasih hadiah biar semangat nulis nya

2023-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Dilarang Jatuh Cinta
3 Perkenalan Laila dan Nur
4 Bersama Rama
5 Raga Bersama Nur Jiwa Bersama Laila
6 Menunggu Laila
7 Rencana Perjodohan Rama Dan Nur
8 Laila Kecewa
9 Keputusan Mengejutkan
10 Pengumuman
11 Tunangan
12 Fitnah
13 Selepas Fitnah
14 Kejutan
15 Mengungkap Fakta
16 Rencana Busuk Nur
17 Pelecehan Terhadap Laila
18 Kepulangan Nesa
19 Mengungkap Rasa
20 Kesalahpahaman
21 Kegugupan Laila
22 Pertemuan Fauziah dan Aditama
23 Memblokir Nomor Laila
24 Perdebatan
25 Pertunangan Laila dan Radit
26 Menemui Rama di Kampus
27 Pelukan Erat Rama dan Laila
28 Insting Seorang Ibu
29 Kotak Makanan
30 Cemburu
31 Kecelakaan Aditama.
32 Surat Izin Donor Darah
33 Menerima Genggaman Tangan Radit
34 Aditama Stroke
35 Kecemasan Nesa Saat Melihat Rama dan Laila Berpelukan
36 Radit Menemui Nur
37 Menjelaskan Sesuatu.
38 Nur Meminta Bantuan Radit.
39 Pelecahan Terhadap Nur
40 Permohonan Pak Hadi
41 Pernikahan Dipercepat
42 Keputusan Rama.
43 Menahan Cemburu
44 Rasa Yang Takan Pernah Sirna
45 Kepedihan Seorang Ibu.
46 Akhirnya Sadar.
47 Menuju Nesa Mengungkap Fakta
48 Hari Pernikahan
49 Menuju Pernikahan Nur
50 Malam Pertama
51 Berencana Tinggal Di Rumah Bu Fauziah
52 Perjalanan Ke Rumah Pak Hadi.
53 Menyenggol Minyak Panas
54 Siasat Baru Nur
55 Radit Berhasil Menggagalkan Rencana Nur.
56 Kedatangan Seseorang
57 Mencoba Merelakan
58 Bagai Pemangsa Yang Buas
59 Trauma
60 Pak Hadi Terkejut Dengan Keputusan Radit.
61 Rok Mini Satu Jengkal
62 Sambutan Sandi dan Wini untuk Rama
63 Siapakah Sosok Ferdinan?
64 Surat Panggilan Pengadilan
65 Rama Mulai Pulang Malam
66 Tak Kunjung Pulang.
67 Meminta Penjelasan
68 Jadwal Dadakan
69 Salah Paham
70 Laila Shock
71 Promo Novel Baru
72 Pulang Ke Rumah Aditama
73 Jack Sang Detektif
74 Ulah Ferdi
75 Pecah Emosi
76 Luka Berdah
77 Mengejar Suster
78 Mencoba Menghapus air Mata Laila
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Pertemuan
2
Dilarang Jatuh Cinta
3
Perkenalan Laila dan Nur
4
Bersama Rama
5
Raga Bersama Nur Jiwa Bersama Laila
6
Menunggu Laila
7
Rencana Perjodohan Rama Dan Nur
8
Laila Kecewa
9
Keputusan Mengejutkan
10
Pengumuman
11
Tunangan
12
Fitnah
13
Selepas Fitnah
14
Kejutan
15
Mengungkap Fakta
16
Rencana Busuk Nur
17
Pelecehan Terhadap Laila
18
Kepulangan Nesa
19
Mengungkap Rasa
20
Kesalahpahaman
21
Kegugupan Laila
22
Pertemuan Fauziah dan Aditama
23
Memblokir Nomor Laila
24
Perdebatan
25
Pertunangan Laila dan Radit
26
Menemui Rama di Kampus
27
Pelukan Erat Rama dan Laila
28
Insting Seorang Ibu
29
Kotak Makanan
30
Cemburu
31
Kecelakaan Aditama.
32
Surat Izin Donor Darah
33
Menerima Genggaman Tangan Radit
34
Aditama Stroke
35
Kecemasan Nesa Saat Melihat Rama dan Laila Berpelukan
36
Radit Menemui Nur
37
Menjelaskan Sesuatu.
38
Nur Meminta Bantuan Radit.
39
Pelecahan Terhadap Nur
40
Permohonan Pak Hadi
41
Pernikahan Dipercepat
42
Keputusan Rama.
43
Menahan Cemburu
44
Rasa Yang Takan Pernah Sirna
45
Kepedihan Seorang Ibu.
46
Akhirnya Sadar.
47
Menuju Nesa Mengungkap Fakta
48
Hari Pernikahan
49
Menuju Pernikahan Nur
50
Malam Pertama
51
Berencana Tinggal Di Rumah Bu Fauziah
52
Perjalanan Ke Rumah Pak Hadi.
53
Menyenggol Minyak Panas
54
Siasat Baru Nur
55
Radit Berhasil Menggagalkan Rencana Nur.
56
Kedatangan Seseorang
57
Mencoba Merelakan
58
Bagai Pemangsa Yang Buas
59
Trauma
60
Pak Hadi Terkejut Dengan Keputusan Radit.
61
Rok Mini Satu Jengkal
62
Sambutan Sandi dan Wini untuk Rama
63
Siapakah Sosok Ferdinan?
64
Surat Panggilan Pengadilan
65
Rama Mulai Pulang Malam
66
Tak Kunjung Pulang.
67
Meminta Penjelasan
68
Jadwal Dadakan
69
Salah Paham
70
Laila Shock
71
Promo Novel Baru
72
Pulang Ke Rumah Aditama
73
Jack Sang Detektif
74
Ulah Ferdi
75
Pecah Emosi
76
Luka Berdah
77
Mengejar Suster
78
Mencoba Menghapus air Mata Laila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!