***
Pagi-pagi sekali Laila berangkat ke warung, hendak membelikan sabun cuci untuk bi Ira.
Rama yang tengah mencuci motor, berpura-pura tidak melihatnya karena ada ibu yang tengah menyiram tanaman.
"Pagi, Bu!" Laila menyapa bu Fauziah dengan ramah. Ingin hati menyapa Rama, tapi Rama tampak cuek.
"Eh, Laila. Mau kemana?" tanya ibu dengan ramah.
"Laila mau kewarung, Bu. Beli sabun buat bibi, kebetulan sabun bibi habis," jawab Laila dengan tersenyum.
"Oh, iya. Belinya di warung pak Yakub saja, disana lebih murah," kata ibu.
"Iya, Bu. Terimakasih sudah dikasih tau," kata Laila.
Laila melirik Rama yang terus asyik mencuci motornya. Laila tak bisa jika tidak menyapanya.
"Rama! Maaf ya, sandalnya masih ku pake, sandal bi Ira gak ada yang cukup. Jadi, aku harus beli sandal dulu," jelas Laila menatap Rama.
Rama melihat kaki Laila yang putih bersih memakai sandalnya, meski kebesaran tetap terlihat indah. Jujur, Rama malah senang Laila betah memakai sandalnya, dipakai selamanya pun Rama tak masalah.
"Tidak apa-apa. Kalau kamu mau saya bisa antar kamu beli sandal di pasar? Hanya saja, sandal di pasar tidak sebagus sandal di mall."
"Kenapa tidak. Tentu saja aku mau," jawab Laila mengagetkan Rama dan ibu.
'Apa iya Laila mau masuk pasar' batin ibu.
"Kalau begitu habis saya nganter ibu ke pasar, saya antar kamu beli sandal," ucap Rama penuh antusias.
Laila terlihat bahagia, dia mengangguk, dan langsung pergi ke warung.
Ibu melirik Rama menahan kesal. Ibu masuk kedalam, membawa serta keksalannya pada Rama. Rama merasa tidak nyaman, ia langsung pergi menyusul ibu kedalam.
"Bu! Ibu kenapa?" tanya Rama.
"Rama! kenapa kamu menawarkan diri untukmengantar Laila?" tanya ibu dengan kesal.
"Rama harus menolong Laila 'kan, Bu," kata Rama.
"Tidak perlu kamu juga yang menolongnya," kekeh ibu.
"Sudahlah, Bu. Rama tidak mungkin membiarkan Laila pergi sendiri," jelas Rama.
Ibu duduk di kursi masih dengan kekesalannya.
"Baiklah, kamu boleh mengantar Laila. Akan tetapi, kamu harus berjanji pada Ibu! Kamu tidak akan jatuh cinta padanya," pinta ibu.
"Mengapa Ibu mengatakan hal itu lagi? Kita tidak bisa mengatur hati kita untuk masalah cinta, Bu," jelas Rama.
"Ibu, tidak mau tau. Kamu boleh berteman sama Laila, tapi tidak untuk jatuh cinta," kekeh ibu.
Rama dibuat bingung dengan keinginan ibu. Apa yang membuat ibu seperti ini. Sebelumnya ibu tidak pernah seperti ini pada Rama.
"Rama tidak bisa berjanji, Bu. Rama sendiri tidak tau apa yang sedang Rama rasakan. Rama hanya merasa bahagia di dekatnya," jelas Rama.
"Itulah cinta Rama. Kamu akan selalu bahagia di dekatnya. Besok kamu tidak akan bisa hidup tanpanya," ucap ibu dengan menangis.
Rama tidak menyangka apa yang ia katakan membuat ibunya menitikan air mata. Rama segera mendekatinya dan mengusap air mata sang ibu. "Tidak, Bu. Jangan menangis! Tolong maafkan Rama!" ucap Rama dengan sedih.
"Untuk sekarang tolong ijinkan Rama mengantarnya kepasar. Nanti sore, Rama usahakan menjauh dari Laila," ucap Rama.
"Berjanjilah, Ram!" Ibu menitikan air matanya kembali.
Dengan berat hati Rama pun menganggukan kepalanya dan ikut meteskan air mata. Dilema kini yang Rama rasakan, diantara cintanya pada sang ibu, dan pada gadis cantik yang selalu menjadi perhatiannya.
Setelah mengantar ibu ke pasar. Rama pun mengantar Laila kepasar, dengan canggung Laila duduk di atas motor Rama. Ia duduk sedikit menjauh. Ini pertama kalinya Laila berboncengan dengan Laki-laki.
Laila merasa bahagia. Di jalan tak banyak hal yang mereka bicarakan. Rama lebih banyak diam, sedangkan Laila yang ingin bertanya sedikit ragu.
Rama memarkirkan motornya di parkiran pasar.
"Mari! Toko sandal di sebelah sana!" kata Rama.
Laila memilih-milih sandal, tidak ada satu pun yang ia sukai.
"Apa ada toko lain selain ini," tanya Laila.
"Ada, disebelah sana. Ayo kita kesana!" kata Rama.
Sesampainya di toko lain, masih saja tidak ada sandal yang Laila sukai. Namun, tidak mungkin dirinya terus memakai sandal Rama.
"Aku bingung harus memilih yang mana? Bisa kamu pilihkan untuku?" tanya Laila.
"Aku! Aku tidak tau seleramu seperti apa?" kata Rama.
"Apapun yang kamu pilih akan aku pakai," kata Laila dengan tersenyum.
"Benarkah?"
"Iya, karena jika tidak, aku bisa pakai sandal kamu selamanya," tutur Laila di iringi tawa.
"Aku tidak keberatan, jika kamu mau memakai sandalku untuk selamanya," jelas Rama dengan tersenyum.
Laila terkejut dan langsung menatap Rama. Laila tersenyum bahagia.
"Bolehkah?" tanyanya.
"Tentu saja boleh," kata Rama.
"Kalau begitu aku tidak perlu membeli sandal, sandalmu cukup nyaman di kakiku," jelas Laila tersenyum bahagia.
Rama pun mengukir senyum indahnya, yang mampu melelehkan hati Laila.
"Benarkah? Tapi, sandalku kebesaran dikakimu," kata Rama.
"Artinya, aku menggantungkan harapan besar dari pijakanku yang kebesaran ini," jelas Laila dengan malu-malu.
"Maksudmu?"
Rama termenung mengerutkan keningnya.
Ia tersenyun dan mulai mengerti maksud Laila.
Laila tersipu malu melihat ekspresi wajah Rama. Ia mengalihkan pembicaraan. "Ayo pilihkan untukku!"
"Bukannya kamu tidak jadi beli sandal? tanya Rama dengan candanya.
Laila tertawa.
"Apaan sih. Aku bercanda," kata Laila.
"Kok bercanda sih. Padahal, aku benar-benar berharap kamu menggantungkan harapan besar di pijakan kebesaran itu," jelas Rama.
Rama dan Laila saling lempar senyum. Laila tersipu malu, wajahnya seketika memerah.
Rama suka melihat wajah kemerahan Laila, yang semakin menambah kecantikan di wajahnya.
Rama melangkah memilihkan sandal untuk Laila.
"Yang ini. Ini cocok untuk kaki indahmu," kata Rama.
Laila yang masih membelakangi Rama, karena malu, langsung menyetujui pilihan Rama tanpa melihat sandal itu. "Baiklah, aku beli itu," kata Laila.
"Kamu yakin? Lihatlah kemari!" kata Rama.
Laila langsung membalikan badannya. Betapa terkejutnya Laila saat melihat sandal yang di pegang Rama, adalah sepatu boot anti hujan.
"Ramaaa!"
Keduanya tertawa terbahak-bahak, larut dalam canda. Rama dan Laila cukup bahagia dengan kebersamaannya hari ini. Namun, perlahan tawa Rama hilang, saat mengingat pesan sang ibu.
Rama menarik napas panjang, tiba-tiba wajah cerianya menjadi sedikit murung. Meski Rama berpikir untuk tidak terlalu akrab dengan Laila, tapi Rama tak bisa melawan keinginan hatinya, yang semakin nyaman berada di dekat Laila.
Setelah mendapatkan satu sandal cantik yang cocok di kaki Laila, mereka pun langsung pulang. Laila teringat apa yang dikatakan Nur kemarin, jika mereka menemukan taman indah di perjalanan. Laila ingin sekali mampir ke taman itu bersama Rama, tapi Laila ragu untuk mengatakan keinginannya itu.
Rama terus berjuang melawan dilema. Hati ingin semakin dekat dengan Laila. Namun, pikirannya memaksa dia untuk menjaga jarak. Ketika Laila memberanikan diri mengutarakan keinginannya untuk pergi ke taman itu, Rama menolaknya dengan alasan sudah terlalu siang.
Laila kecewa, muncul pertanyaan dihatinya yang mengganggu pikiran. 'Kenapa kemarin sama Nur mau, tapi sekarang sama aku tidak mau, apa Rama tidak suka padaku, atau aku yang terlalu berharap padanya. Mungkin dia baik dan perhatian padaku hanya karena kemanusiaan saja' pikir Laila.
Rama pun kecewa pada dirinya sendiri, sejujurnya dia ingin sekali menikmati taman indah itu bersama Laila. Namun, ia tak mau semakin larut dalam kebersamaannya bersama Laila, karena itu akan semakin menyakitkan hatinya jika cinta tumbuh semakin dalam.
Ibu menunggu Rama dengan gelisah, sudah terlalu lama Rama pergi bersama Laila, entah kenapa kekhawatiran ibu semakin besar.
bersambung ....
jangan lupa tekan like, fav, komen dan rate-nya ya❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Fara F
semangat thor💪💪
2023-05-03
0
Xiaomi Redmi 4a
semangat Thor,,,vote ku utk mu
2023-03-30
1
վմղíα | HV💕
KK kasih hadiah biar semangat nulis nya
2023-03-30
1