Hari ini pembeli begitu Ramai sehinga sebelum adzan magrib berkumandang dagangan ibu sudah habis terjual. Mereka segera membereskan bekas dagang mereka dengan rapi.
Laila tampak mengibas-ngibaskan tangannya yang terkena minyak dan meniupnya memberi rasa dingin.
"Apa masih terasa panas?" kata Rama.
"Hanya sedikit," kata Laila.
"Kamu ini aneh Laila. Masak gorengan kok semangat," kata Rama.
"Mungkin karena sama kamu, Ram. Aku jadi semangat," Laila keceplosan, tentu saja Rama yang ada didekatnya bisa mendengar dengan sangat jelas.
"Apa?" tanya Rama penasaran.
Laila membalikan badan membelakangi Rama, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, ia salah tingkah dan merasa malu.
"Ma--maksudnya. Aku semangat membantu ibu," Kata Laila dengan gugup.
"Oh. Terimakasih, sudah semangat membantu ibu." Rama mengukir senyum di bibirnya. Ia yakin Laila sedang mengelak, jelas dirinya mendengar apa yang di ucapkan Laila tadi, yang tentunya membuat hati Rama berbunga-bunga.
'Ya, Allah sepertinya memang aku jatuh cinta sama Rama, sejak pandangan pertama waktu itu. Kenapa rasanya bahagia berada di dekatnya' batin Laila.
Adzan magrib berkumandang mereka pun segera berbuka. Setelahnya Laila membereskan piring kotor kedapur, ibu yang merasa tidak enak mencegahnya.
"Jangan, Laila!" cegah ibu.
"Tidak, apa-apa, Bu. Ijinkan Laila mendapatkan berkah di bulan Ramdan ini, dengan menabur kebaikan, seperti yang sudah ibu lakukan pada Laila," ucap Laila.
"Masya Allah. Baiklah. Maaf ibu jadi merepotkan."
"Ini tidak merepotkan, Bu," kata Laila.
Adzan isya berkumandang, seperti biasa semua pergi ke mesjid melaksanakan tarawih. Namun, sepulang tarawih Laila kehilangan sandalnya. Rama dan Nur ikut membantu Laila, saat Nur terus mundur dia menabrak Rama dan hampir terjatuh. Rama sigap menangkapnya membuat keduanya saling bertatapan.
Nur terpana melihat Rama. Sejauh ini mereka berteman, ini baru pertama kalinya Nur bisa memandang wajah Rama sangat dekat, terlihat tampan sekali. Jantung Nur berdebar, ia tak bisa mengelak jika dirinya memang telah jatuh cinta pada Rama sejak dulu. Pikir Nur sebagai perempuan, dirinya tidak mungkin mengungkap perasaannya terlebih dahulu.
Rama tampak tidak nyaman melihat Nur yang terus menatapnya tanpa mengedipkan mata. Tidak dapat Rama pungkiri Nur juga tidak kalah cantik dari Laila.
"Kamu gak apa-apa, Nur?" tanya Rama.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Maaf aku tidak melihatmu dibelakangku," kata Nur.
"Oke! Gak masalah," ucap Rama.
Laila yang menyaksikan pemandangan itu di depannya merasa kecewa. Dia tidak bisa membedakan sikap Rama pada Nur dan dirinya. Rama begitu baik memperlakukan keduanya.
Sandal Laila tidak bisa ditemukan. Rama meminjamkan sandalnya pada Laila. Demi Laila dia rela memakai sandal wudu mesjid yang terbuat dari kayu. Tentu saja membuat hati laila bahagia.
Nur tampak cemburu, senyum yang terukir tampak seperti di paksakan.
Laila berjalan beriringan dengan Rama. Ia terus tersenyum melihat Rama.
"Kamu terlihat lucu memakai sandal itu?" kata Laila.
"Benarkah?" tanya Rama dengan tersenyum.
"Iya, terlihat seperti pinguin," kata Laila dengan menahan tawa.
"Apa? Aku seperti pinguin," kata Rama lalu memeragakan jalan pinguin dengan Lucu.
Sontak membuat Laila tertawa lepas.
Rama tampak senang melihat tawa Laila yang lepas. Entah kenapa dirinya suka melihat Laila seperti ini. 'Cantik sekali' batin Rama.
"Besok kukembalikan sandalnya ya, terimakasih sudah mau berkorban untukku," kata Laila ketika telah sampai di halaman rumah.
Rama mengangguk dengan menampakan senyum terbaiknya. Membuat hati Laila semakin berbunga-bunga.
Laila berjalan dengan perlahan menuju pintu rumah. Seolah enggan berpisah dengan Rama, ia menoleh kebelakang dan tersenyum pada Rama yang masih berdiri memperhatikannya. Seperti ada harapan, Rama menghentikan langkahnya dan mengajaknya berbincang sebentar lagi. Rasanya tak puasa berbincang dijalan bersama Rama, ingin rasanya Laila punya waktu berbincang berdua dengan waktu yang lama.
Laila yang terus menoleh kebelakang, tidak menyadari dirinya sudah sampai didepan pintu, alhasil dirinya menabrak dan kepalanya sedikit terbentur pintu.
"Aww," pekiknya dengan menahan rasa sakit.
Rama yang melihatnya ikut berekspresi meringgis.
Namun, kemudian keduanya tertawa.
Laila yang merasa malu langsung masuk kedalam rumah, ia menutup pintu perlahan dan lari kedalam kamarnya.
"Ya ampun Laila, kamu malu-maluin aja, pake kejedot depan Rama lagi," Laila merutuki perbuatannya sendiri. Namun, kemudian dia tertawa Lucu saat mengingat ekpresi Rama yang tertawa bersama mentertawakan perbuatannya tadi. "Dasar ceroboh," umpatnya pada diri sendiri dengan tersenyum.
Di rumah Rama. Ibu kembali menasihati Rama agar tidak terlalu dekat dengan Laila.
Ibu terus mewanti-wanti pada Rama agar tidak jatuh cinta pada Laila.
Rama tampak bingung, dirinya tidak tau harus berbuat apa. Semua mengalir begitu saja tanpa ia rencanakan. Haruskah dia menghindari setiap pertemuannya dengan Laila seperti kemauan ibunya. Bahkan saat Laila datang kerumah ini untuk berbuka bersama.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada Ibu? Kenapa Ibu terus mengatakan hal itu? Tidak ada yang tau hati kita akan berlabuh pada siapa? Tidak ada yang tau kita akan berjodoh dengan siapa, Bu?" kata Rama.
"Ya, kamu benar. Setidaknya kita bisa menentukan pilihan meski berat. Toh cinta akan hadir seiring berjalannya waktu," jelas ibu.
"Apa ada yang salah sama Laila, Bu? Kenapa ibu begitu berharap Rama tidak jatuh cinta pada Laila?" tanya Rama penasaran.
"Tidak ada yang salah sama Laila. Hanya saja keadaan kita dan Laila bagai langit dan bumi. Mengertilah Rama!"
"Kenapa ibu berpikiran picik. Dimata Allah kita tidak ada bedanya, Bu."
"Dulu, ibu juga berpikir sepertimu, tapi pada kenyataannya kita tidak bisa membuat manusia itu sendiri berpikiran sama seperti Sang Pencipta. manusia tetaplah manusia yang akan selalu membeda-bedakan kedudukan mereka," tutur ibu dengan berkaca-kaca.
Rama terkulai lemah, ia tak mengerti kenapa ibunya seperti ini. "Tidak semua manusia seperti itu, Bu. Jangan hanya karena perbuatan seseorang kita menyamakan semua orang seperti itu," ucap Rama.
Ibu meninggalkan Rama begitu saja, dan pergi kekamar. Ibu duduk di atas kasur dengan mengambil sebuah foto. "Kelak kamu akan mengerti Rama, kenapa ibu seperti ini," gumamnya saat melihat foto itu, tak terasa ibu pun meneteskan air mata.
Seperti biasa Rama menyalakan aplikasi gojeknya. Ia pun pergi setelahendapatkan orderan.
Saat Rama menyalakan motornya, dia mencoba melirik kamar Laila, ada harapan Laila mengintipnya kembali dibalik tirai. Namun, sayang sepertinya Laila sudah tertidur.
Rama menundukan wajahnya dengan lesu, ia berpikir, mungkin Laila tidak lagi penasaran padanya. Rama pun melaju perlahan dengan ragu, tak disangka tiba-tiba Laila membuka tirai, membuat Rama kembali sumeringah.
Laila tersentak kaget saat melihat tatapan Rama yang sudah terarah padanya. Namun, kemudian mereka saling lempar senyum.
Laila kembali menutup tirai. Rama pun melaju dengan penuh semangat seperti batrai lemah yang baru di cas.
bersambung ...
jangan lupa tekan like, favorit, dan komen❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Xiaomi Redmi 4a
Ada masa lalu ibunya rama
2023-03-30
0
Mom La - La
menuju bahagia mampir lgi kk..
buat nyicil, he he he
2023-03-30
0
վմղíα | HV💕
ibu nya Rama terlalu berlebihan
2023-03-29
0