"Jadi, Rama anak yatim, Bi!" Laila terkejut saat Bi Ira memberi tahu tentang keadaan Rama.
Bi Ira menganggukkan kepalanya.
Namun, Laila tersenyum dengan bangga. Berbeda dengan kebanyakan perempuan kaya di kota yang lebih mengutamakan ngengsi, dan bermimpi mendapatkan laki-laki setara juga tampan. Laila malah menaruh harapan pada Rama seorang ojek online yang baru dikenalnya.
Laila adalah anak salah satu konglomerat di kota. Selama bulan Ramadan ini Laila di titipkan pada Bi Ira, adik dari ayahnya Laila. Kedua orang tua Laila harus pergi ke luar nengri menyelesaikan urusan perusahaan mereka yang sedang dalam masalah.
Sama dengan Rama, Laila pun akan lulus sarjana beberapa bulan lagi. Bagi Laila uang bukanlah masalah, apapun bisa dia dapatkan dengan hanya menengadahkan tangan pada kedua orang tuanya. Namun, semua itu tidak membuat Laila menjadi manja.
Kehidupan bi Ira yang sederhana tidak membuat Laila risih atau pun mengeluh, tinggal di rumahnya. Bi Ira juga seorang Janda. Namun, bi Ira tidak memiliki anak, sehingga dia hidup sebatang kara. Selama ini hidupnya di biyayai oleh sang kakak ayahnya Laila. Meski begitu, bi Ira tetap bekerja sebagai tukang masak rumah makan di perkotaan.
***
Rama pun menyalakan motor bebek honda astrea kesayangannya, warisan dari sang ayah. Motor tua ini masih mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah, meski terkadang sering membuat pelanggan kesal karena mogok.
Laila terbangun saat mendengar deru mesin motor Rama berbunyi. Laila pun melihat kearah jam dinding, yang baru menunjukan pukul setengah tiga dini hari.
'Jam segini Rama mengambil orderan? Masya Allah' batin Laila.
Selepas makan sahur Laila tadarus hingga matahari terbit. Setelahnya, Laila membantu bi Ira membersihkan halaman, menyapu dan menyiram tanaman.
Bu Fauziah yang sedang merapikan meja untuk persiapan jualan gorengan nanti sore, menangkap basah aksi Rama dan Laila yang tengah curi-curi pandang. Ibu pun tersenyum, dan melirik ke arah mata rama memandang.
"Apa gadis itu keponakan bu Ira, yang datang dari kota?" gumam bu Fauziah.
Bi Ira yang melihat bu Fauziah, langsung memperkenalkan Laila padanya.
"Masya Allah, cantik ya, Bu Ira," puji bu Fauziah pada Laila.
Laila yang dibicarakan menunduk tersipu malu. Netranya mencuri pandang kearah Ramanadhan yang tengah asyik mencuci motor.
Rama yang mendapatinya pun tersenyum sangat manis.
Sore ini bi Ira harus mulai bekerja di rumah makan. Khawatir Laila sendiri di rumah, bi Ira pun menitipkan Laila pada bu Fauziah.
Laila sangat bahagia mendengarnya, begitu pun dengan Rama.
Laila tampak gusar berada di kamarnya, menantika sore hari tiba.
Di kampus, Rama pun merasakan hal yang sama. Satu jam terasa satu hari, satu hari terasa satu abad.
"Apa yang terjadi padamu, Ram?" tanya Radit teman kampus Rama yang melihat kegusaran Rama.
"Nanti, kuceritakan," jawab Rama yang langsung pergi meninggalkan Radit.
Radit hanya menggelengkan kepalanya saat Rama pamit pergi.
Rama terjebak dijalanan yang padat merayap, wajahnya yang lelah semakin terlihat lusuh. Namun, tidak menyurutkan semangatnya yang ingin segera bertemu Laila.
Sesampainya di rumah Rama disuguhkan dengan pemandangan indah wajah cantik Laila, yang sudah ada di rumahnya membantu sang ibu.
Dengan segera Rama berganti pakaian, setelah mandi, dan melaksanakan shalat ashar.
Tak berlama-lama, Rama langsung menghampiri Laila yang tengah fokus menata jualan ibu.
"Hai, Laila!" sapa Rama.
"Hai, Rama!" balas Laila.
"Bagaimana kamu tau namaku? Semalam aku tidak sempat memperkenalkan diri padamu," tanya Rama.
Seketika Laila gugup. Ia langsung menyibukan diri demi mengindari Rama.
Rama mengerutkan kening. Kini keduanya terlihat canggung.
'Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya pada Rama' batin Laila disela-sela kesibukannya.
Dimeja makan saat berbuka, terlihat aksi tatap menatap kagum diantara keduanya yang disaksikan oleh bu Fauziah. Membuat bu Fauziah khawatir meraka akan saling jatuh cinta.
Malam sepulang tarawih.
Nur memberi tahu pada Rama, besok remaja mesjid mengadakan kegiatan tadarus bersama di mesjid. Saat sedang asyik mereka ngobrol, dua pasang bola mata indah Laila memperhatikan. Membuat Laila bertanya dalam benaknya. Siapakah perempuan itu? Ada perasaan kecewa di benak Laila saat melihatnya.
Sesampainya dirumah, Laila duduk di depan jendela menunggu Rama keluar, berharap bisa mencuri pandangan indah pada wajah Ramadhan yang mempesona.
Tak lama terdengar deru mesin motor Rama di halam rumahnya, Laila pun langsung mencuri pandang wajah Ramadhan di balik tirai yang sedikit terbuka. Laila yang sempat kecewa melihat Rama bersama Nur, kini merasa tenang saat melihat pancaran indah wajah Rama yang menenangkan.
"Bibi! Apa Laila boleh tanya sesuatu?"
"Tentu saja! Apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab bi Ira.
"Apa Rama sudah memiliki kekasih?" tanya Laila.
Bi Ira merasa heran dengan pertanyaan Laila. Namun, kemudian tersenyum mengerti.
"Bibi, tidak tau. Apa kamu suka sama, Rama?" Bi Ira balik bertanya.
"Apaan sih, Bi," jawab Laila dengan malu-malu.
Wajah merah merona yang tampak di pipi Laila menunjukan sebuah jawaban yang bermakna yang menegaskan dirinya memang jatuh cinta pada Rama. Bi Ira pun tersenyum bahagia.
Rama pulang. Saat memarkir motor netranya terus melirik jendela kamar Laila, berharap Laila memperhatikannya kembali seperti kemarin. Namun, ibu yang memperhatikan itu tampak kahawarir.
"Kenapa kamu terus memperhatikan kamar Laila?" tanya ibu saat Rama masuk kedalam.
Rama terkejut dan terlihat gugup saat ibu menanyakan hal itu.
"Laila, anak orang berada, orang tuanya memiliki perusahaan dimana-mana. Ibu harap kamu tidak jatuh cinta padanya," jelas ibu.
Deg!
"Apa maksud ibu?" Rama merasa heran.
"Keadaan kita dan Laila berbeda, bagai langit dan bumi. Kita harus tau diri," jelas ibu, "Ibu tidak mau kelak keluarga istrimu senginjak-injak harga dirimu karena perbedaan status," lanjutnya.
"Carilah perempuan yang sepadan, seperti Nur. Dia juga cantik dan shalehah," lanjut ibu bicara.
Diatas tempat tidur Rama merenung. Mungkin saja yang dikatakan sang ibu ada benarnya, tapi baginya semua manusia sama, baik kaya mau pun miskin kembali pada diri mereka masing-masing.
***
Pagi hari, saat Rama dan sang ibu asyik mencuci baju. Nur datang kerumahnya.
Nur memang gadis yang baik, dia juga sering membantu ibu dikala dirinya senggang. Dia sudah terbisa keluar masuk rumah Rama tanpa canggung.
Dengan mengucapkan salam, Nur langsung menerobos masuk kedalam rumah yang pintunya telah terbuka, ia langsung menuju arah suara ibu yang menjawab salamnya di dapur dan memanggilnya.
"Wah ... Ibu sama Rama kompak banget ya, nyuci berdua," ucap Nur dengan bangga.
"Iya, Nur. Cucian kita banyak. Maklum, kemaren gak sempet nyuci karena sibuk siapin dagangan buat awal ibu jualan," kata ibu.
Rama hanya diam dan tersenyum.
"Kalau Nur tau kemarin ibu mulai jualan, Nur pasti kemari bantu ibu," kata Nur.
"Tidak, apa-apa?" kebetulan kemarin ada Laila yang bantu ibu," kata ibu.
"Laila?" tanya Nur heran.
"Iya, Laila. Keponakan bu Ira," jelas ibu.
'Apa Laila perempuan yang malam itu lewat, dan di kejar Rama' batin Nur lalu melirik Rama.
Rama memberi senyuman pada Nur.
Nur membalas senyum dengan sedikit kecewa, mendengar ada perempuan lain yang memperhatikan keluarga Rama.
Ibu yang hendak bangkit terpeleset karena lantai kamar mandi yang sedikit licin. Rama segera menggendong sang ibu ke kamar karena khawatir. Rama hendak menghubungi dokter, tapi ibu melarangnya, karena merasa diri baik-baik saja. Jelas dengan keadaan ibu yang seperti ini , ibu tidak bisa kepasar. Akhirnya ibu meminta Rama kepasar di temani Nur.
Rama tidak bisa menolak keinginan sang ibu.
Ia pun pergi kepasar bersama Nur.
Sambil menunggu Nur yang minta ijin pada bapaknya, Rama pun memanaskan motornya terlebih dahulu.
Mendengar deru mesin motor berbunyi, Lalila yang sedang membaca buku langsung terperanggah. Ia mondar-mandir di dalam rumah, rasa hati ingin menyapa Rama.
Laila terpikir untuk mengambil sapu, dan berpura-pura menyapu halaman yang sudah dibersihkan bi Ira tadi.
"Ah, tidak. Bi Ira sudah membersihkannya. Aku ambil lap pel aja," pikir Laila yang langsung lari ke kamar mandi mencari lap pel yang digantung di paku.
Laila langsung pergi keluar dengan jantung yang berdebar, dengan segera dia pel lantai teras yang sebenarnya juga sudah dipel sama bi Ira.
Namun, tiba-tiba wajah Laila berubah kecewa, saat melihat Nur yang berjalan cepat menghampiri Rama, dan duduk di motornya.
"Sudah siap?" tanya Rama pada Nur.
"Sudah," kata Nur.
"Sudah minta ijin sama bapak?" tanya Rama lagi.
"Sudah dong," kata Nur dengan ceria.
"Oke. Ini, pakai helm-nya!" Rama memberikan helm pada Nur.
Nur pun mengambil helm-nya, dan segera menggunakannya.
Laila tidak ingin Rama melihatnya. Dia segera kembali masuk ke rumah, jantungnya seolah berhenti berdetak, melihat Rama berboncengan dengan seorang perempuan cantik.
'Sepertinya perempuan itu memang pacar Rama. Mereka akrab sekali' batin Laila sedih.
bersambung ....
kangan lupa tekan Like dan favorite nya❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ayu Ap
misi ....
2023-03-31
1
վմղíα | HV💕
KK kasih hadiah biar semangat
2023-03-29
1
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
ceritanya sangat keren
2023-03-17
0