Sinar Cinta Ramadhan

Sinar Cinta Ramadhan

Pertemuan

"Ibu duluan ke mesjid ya, Ram. Kamu cepetan, hari pertama tarawih mesjid biasanya penuh," kata ibu yang sudah bersiap dengan mukenanya, dan sejadah yang ia sampirkan di tangan.

"Baik, Bu," sahut Rama yang sedang mengancingkan baju sambil melihat bayangannya di depan cermin.

"Yap, sudah siap, tinggal berangkat," gumamnya pada diri sendiri.

Lantunan adzan isya berkumandang di beberapa mesjid terdekat. Dengan segera Rama berangkat ke mesjid, ia tergesa-gesa karena takut terlambat shalat berjamaah.

Saat Rama membenahi sandalnya yang belum nyaman dipakai. Seorang gadis yang berjalan sambil merapikan mukenanya yang belum rapi, menabrak Rama dari arah lain.

"Brukkk!"

"Aawwww!" keluh keduanya.

Dengan sigap Rama pun menangkap sang gadis yang hampir terjatuh, satu tangan menangkap punggung, dan satu tangan menggenggam jemari indah milik Laila.

Sejenak mereka saling tatap.

'Cantik' batin Rama.

'Tampan' batin Laila.

Mereka pun segera tersadar, kemudian saling mengurai.

"Ma-maaf," ucap keduanya berbarengan dengan gugup.

Keduanya pun tersenyum malu.

"Sepertinya ... kita terlambat. Ayo! Kita harus berwudu lagi," ucap Rama dengan lembut.

Rama pun segera melanjutkan langkahnya dengan cepat, diikuti Laila di belakangnya.

Kebetulan tempat wudu di mesjid itu hanya satu, yang digunakan bersama oleh pria mau pun wanita untuk sementara ini, karena tempat wudu lainnya sedang dalam perbaikan. Makanya, para warga lebih memilih wudu di rumah, karena wudu di mesjid pasti akan antri.

"Euu, silahkan kamu dulu!" ucap Rama mempersilahkan Laila.

"Kamu saja!" tolak Laila.

"Tidak ada waktu untuk berdebat. Silahkan, perempuan terlebih dahulu!" kata Rama dengan sopan.

Akhirnya Laila pun berwudu terlebih dahulu.

Rama sempat mencuri pandang pada wajah Laila yang begitu cantik dan mulus.

'Masya Allah, cantiknya' batin Rama.

Laila pun telah selesai berwudu, ia berdiri menghadap kiblat menengadahkan pandangannya kelangit dan mengucapkan do'a sesudah wudu.

Rama tertangkap basah saat mencuri pandang pada Laila.

Seketika keduanya pun menjadi salah tingkah. Rama yang malu karna ketauan memandang Laila, dan Laila yang merasa malu karna dipandang oleh Rama.

"Ma-mari. Saya duluan," kata Laila dengan sedikit gugup.

"I-iya." Rama pun gugup sambil mengangguk.

Rama segera mengambil air wudu, tidak lupa ia pun membaca do'a sesudah wudu, dan segera masuk kedalam mesjid. Untung, Rama hanya tertinggal dua rakaat saja, hingga ia masih bisa mengikuti shalat berjamaah.

Sebagian kecil Jamah memilih tadarus dimesjid sepulang tarawih, banyak juga yang memilih pulang, entah untuk bertadarus di rumah, atau hanya bersantai, ada juga yang meneruskan pekerjaan bagi mereka yang sibuk.

"Rama!" panggil Nur teman perempuan sekampungnya yang sudah sangat akrab dengan Ramadhan.

"Hey! Nur," sapa Rama dengan tersenyum.

"Tidak tadarus di mesjid?" tanya Nur dengan senyum di bibirnya.

"Tidak, saya tadarus dirumah saja, malam ini saya harus mengantar pesanan gosend langganan saya," kata Rama.

Tiba-tiba Laila lewat di depan Rama dan Nur, membuat Rama mengalihkan pandangannya pada Laila.

Rama menyudahi pembicaraan dengan Nur. "Aku duluan ya, Nur," ucap Rama tanpa mengurangi senyumnya.

"Iya, Ram. Silahkan!" kata Nur.

Rama berjalan dengan cepat. Tampaknya ia berusaha mengejar Laila.

"Assalamualaikum," sapa Rama pada Laila.

"Waalaikumsalam," jawab Laila.

"Kamu!" Laila terkejut, saat melirik Rama, tanpa menghentikan langkahnya.

Rama pun terus mengikuti langkah Laila, dan berjalan beriringan.

"Kamu orang baru disini, ya? Aku baru melihatmu?" tanya Rama dengan lembut.

"Namaku, Laila. Keponakan bi Ira," jelas Laila.

"Jadi, kamu keponakan bu Ira?" tanya Rama mengulang jawaban Laila.

Laila mengangguk kecil dengan tersenyum.

"Kalau begitu, kita sebelahan. Itu rumahku!" tunjuk Rama pada rumahnya.

Laila melihat ke arah jari Rama menunjuk. Rumah yang tepatnya bersebelahan dengan rumah bibinya. Laila pun tersenyum kembali dan mengangguk.

"Mari, aku duluan," kata Laila dengan menunduk malu, dan berjalan tanpa menunggu balasan.

"Mari." Rama tidak kunjung melangkah kerumahnya, dia berdiri disana, menatap kepergian Laila sampai hilang di balik pintu rumah bu Ira.

Laila pun menutup pintu perlahan, di balik pintu itu ia memeriksa detak jantungnya yang berdegup kencang, dengan menyimpan kedua tangan di dada.

"Aman," gumamnya lalu menghembuskan napas.

Laila pun mengintip Rama di balik tirai, memastikan Rama telah pergi dari sana.

Terlihat Rama yang tengah tersenyum sendiri memandang kearah rumah bi Ira.

Lalila pun tersenyum, 'Masya Allah, tampan sekali' batinnya.

Laila tidak menyadari, bi Ira sudah memperhatikannya sejak dia masuk kerumah tadi.

Bi Ira pun melangkah perlahan, dan ikut mengintip di sebelah tirai lainnya.

"Oohhh, namanya Ramadhan biasa dipanggil Rama," ucap bi Ira, yang berhasil mengagetkan Laila.

"Astagfirullah, Bibi!" ucapnya dengan terkejut.

Bi Ira mentertawakan Laila yang terkejut.

"Kamu ngapain ngintip Rama dengan segitunya?" tanya bi Ira.

"Enggak, Laila gak ngintip Rama. Cuman ngintipin tukang baso, siapa tau dia lewat," elaknya, lalu pergi ke kamarnya menutupi malu.

Bi Ira tersenyum. "Dasar remaja, tukang bakso gau usah diintip, tar juga dia manggil kalau lewat."

Laila meletakan sajadah di meja, diambilnya Al-Quran dan dilantunkannya dengan tartil.

Disela-sela ia mengaji, terdengar deru mesin motor berbunyi di halaman rumah Ramadhan. Laila menghentikan sejenak kegiatannya, lalu turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju jendela kamarnya.

Dibukanya sedikit gordeng agar bisa melihat sosok Ramadhan. Di kamarnya ini halaman rumah Ramadhan bisa terlihat lebih jelas.

Laila tersenyum saat melihat pemandangan indah yang ia jumpai saat ini. Rama yang sudah mengenakan jaket ojolnya, tengah berpamitan pada sang ibu dan mencium punggung tangannya. Kemudian Rama pun memeluk sang ibu dengan sangat gemas, sehingga membuat ibunya mengeluh.

"Dududuhhh ... udah Ram, kebiasaan ya kalau peluk Ibu, pasti dikeluarin gemasnya," keluh ibu dengan tersenyum.

Rama tertawa hangat bersama sang ibu. Ia pun mengucap salam lalu melaju.

Laila terpana dengan keakraban ibu dan anak itu, terlihat begitu hangat.

Laila melanjutkan tadarusnya.

Laila menghembuskan napas. Tiga jam mengaji cukup menguras napasnya. Kini ia merasa kehausan. Setelah menyudahi tadarusnya, Laila mengambil air minum, Belum sempat meneguknya, terdengar kembali suara deru mesin motor melintas dan berhenti di rumah Ramadhan.

Laila tertangkap basah, oleh Rama saat dia mengintip dibalik tirai yang kedua kalinya, jantungnya berdegup kencang.

Rama tersenyum, saat tau perempuan cantik yang ditemuinya ketika mau shalat tarawih tadi sedang memperhatikannya.

Rama masuk rumah perlahan, ia tersenyum sendiri mengingat Laila. Tak disangka sang ibu yang belum tidur datang mengagetkannya.

Melihat sang anak yang tersenyum sendiri, sang ibu pun megodanya dengan berbagai celotehan, yang membuat Rama tersipu malu.

Keakraban mereka membuat Rama tak segan untuk merangkul dan memeluk sang ibu.

"Em, keringetmu bau, Ram," celoteh sang ibu.

"Masa sih, Bu." Rama menciumi kedua ketiaknya,

"Enggak, ah bu," ucap Rama.

"Emang enggak," ucap ibu dengan candanya.

"Jadi, ibu ngerjain" kata Rama dengan menyelidik sang ibu.

sang ibu pun terkeh kemudian. Kehangatan mereka terus terjalin tanpa henti. Ibu dan anak ini tak lepas dari canda tawa setiap harinya.

Rama selalu menyerahkan hasil kerjanya pada sang ibu, tak sedikit pengorbanan Rama yang membuat ibunya menangis haru, bangga terhadap sang putra. D'oa selalu mengalir di mulut sang ibu.

Rama ditinggal ayahnya lima tahun yang lalu, sejak pertama kali ia menginjak bangku kuliah. Sejak itu, Rama berusaha membiyayai kulihnya sendiri dan menjadi tulang punggung ibunya dengan menjadi ojek online. Sang ibu pun tidak hanya diam, ibu berjualan bubur dan gorengan di depan rumahnya setiap pagi.

Beberapa bulan lagi Rama lulus jadi sarjana, seperti yang diharapkannya, juga kedua orang tuanya. Rama tidak pernah mengeluh, meski ia harus jungkir balik menghadapi setiap manis pahit kehidupan, bahkan sering kali hinaan menyapanya dari teman-teman kuliahnya yang bergensi. Namun, Rama tidak pernah mempedulikan hal itu.

terimakasih 🙏reders tercintaku jangang sungkan tekan like dan komen juga fav dan rate-nya. biar Author tau siapa yang setia membaca karya sederhana otor ini. suatu saat otor ingin kasih give away buat pembaca setia yang beruntung. jangan lupa follow ya❤❤❤💪🤗🤗🤗❤❤❤

Terpopuler

Comments

🚀Tiioooo🛸🛰

🚀Tiioooo🛸🛰

Wahahaha yg lain pada baca sebelum puasa, ak bacanya sesudah lebaran😂😂😂

2023-04-27

0

🚀Tiioooo🛸🛰

🚀Tiioooo🛸🛰

Awal yg bagus, smngt thorr!!

2023-04-27

0

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

cinta pandangan pertama si Rama,
salam kenal thor mampir juga di cerita ku ya👃

2023-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan
2 Dilarang Jatuh Cinta
3 Perkenalan Laila dan Nur
4 Bersama Rama
5 Raga Bersama Nur Jiwa Bersama Laila
6 Menunggu Laila
7 Rencana Perjodohan Rama Dan Nur
8 Laila Kecewa
9 Keputusan Mengejutkan
10 Pengumuman
11 Tunangan
12 Fitnah
13 Selepas Fitnah
14 Kejutan
15 Mengungkap Fakta
16 Rencana Busuk Nur
17 Pelecehan Terhadap Laila
18 Kepulangan Nesa
19 Mengungkap Rasa
20 Kesalahpahaman
21 Kegugupan Laila
22 Pertemuan Fauziah dan Aditama
23 Memblokir Nomor Laila
24 Perdebatan
25 Pertunangan Laila dan Radit
26 Menemui Rama di Kampus
27 Pelukan Erat Rama dan Laila
28 Insting Seorang Ibu
29 Kotak Makanan
30 Cemburu
31 Kecelakaan Aditama.
32 Surat Izin Donor Darah
33 Menerima Genggaman Tangan Radit
34 Aditama Stroke
35 Kecemasan Nesa Saat Melihat Rama dan Laila Berpelukan
36 Radit Menemui Nur
37 Menjelaskan Sesuatu.
38 Nur Meminta Bantuan Radit.
39 Pelecahan Terhadap Nur
40 Permohonan Pak Hadi
41 Pernikahan Dipercepat
42 Keputusan Rama.
43 Menahan Cemburu
44 Rasa Yang Takan Pernah Sirna
45 Kepedihan Seorang Ibu.
46 Akhirnya Sadar.
47 Menuju Nesa Mengungkap Fakta
48 Hari Pernikahan
49 Menuju Pernikahan Nur
50 Malam Pertama
51 Berencana Tinggal Di Rumah Bu Fauziah
52 Perjalanan Ke Rumah Pak Hadi.
53 Menyenggol Minyak Panas
54 Siasat Baru Nur
55 Radit Berhasil Menggagalkan Rencana Nur.
56 Kedatangan Seseorang
57 Mencoba Merelakan
58 Bagai Pemangsa Yang Buas
59 Trauma
60 Pak Hadi Terkejut Dengan Keputusan Radit.
61 Rok Mini Satu Jengkal
62 Sambutan Sandi dan Wini untuk Rama
63 Siapakah Sosok Ferdinan?
64 Surat Panggilan Pengadilan
65 Rama Mulai Pulang Malam
66 Tak Kunjung Pulang.
67 Meminta Penjelasan
68 Jadwal Dadakan
69 Salah Paham
70 Laila Shock
71 Promo Novel Baru
72 Pulang Ke Rumah Aditama
73 Jack Sang Detektif
74 Ulah Ferdi
75 Pecah Emosi
76 Luka Berdah
77 Mengejar Suster
78 Mencoba Menghapus air Mata Laila
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Pertemuan
2
Dilarang Jatuh Cinta
3
Perkenalan Laila dan Nur
4
Bersama Rama
5
Raga Bersama Nur Jiwa Bersama Laila
6
Menunggu Laila
7
Rencana Perjodohan Rama Dan Nur
8
Laila Kecewa
9
Keputusan Mengejutkan
10
Pengumuman
11
Tunangan
12
Fitnah
13
Selepas Fitnah
14
Kejutan
15
Mengungkap Fakta
16
Rencana Busuk Nur
17
Pelecehan Terhadap Laila
18
Kepulangan Nesa
19
Mengungkap Rasa
20
Kesalahpahaman
21
Kegugupan Laila
22
Pertemuan Fauziah dan Aditama
23
Memblokir Nomor Laila
24
Perdebatan
25
Pertunangan Laila dan Radit
26
Menemui Rama di Kampus
27
Pelukan Erat Rama dan Laila
28
Insting Seorang Ibu
29
Kotak Makanan
30
Cemburu
31
Kecelakaan Aditama.
32
Surat Izin Donor Darah
33
Menerima Genggaman Tangan Radit
34
Aditama Stroke
35
Kecemasan Nesa Saat Melihat Rama dan Laila Berpelukan
36
Radit Menemui Nur
37
Menjelaskan Sesuatu.
38
Nur Meminta Bantuan Radit.
39
Pelecahan Terhadap Nur
40
Permohonan Pak Hadi
41
Pernikahan Dipercepat
42
Keputusan Rama.
43
Menahan Cemburu
44
Rasa Yang Takan Pernah Sirna
45
Kepedihan Seorang Ibu.
46
Akhirnya Sadar.
47
Menuju Nesa Mengungkap Fakta
48
Hari Pernikahan
49
Menuju Pernikahan Nur
50
Malam Pertama
51
Berencana Tinggal Di Rumah Bu Fauziah
52
Perjalanan Ke Rumah Pak Hadi.
53
Menyenggol Minyak Panas
54
Siasat Baru Nur
55
Radit Berhasil Menggagalkan Rencana Nur.
56
Kedatangan Seseorang
57
Mencoba Merelakan
58
Bagai Pemangsa Yang Buas
59
Trauma
60
Pak Hadi Terkejut Dengan Keputusan Radit.
61
Rok Mini Satu Jengkal
62
Sambutan Sandi dan Wini untuk Rama
63
Siapakah Sosok Ferdinan?
64
Surat Panggilan Pengadilan
65
Rama Mulai Pulang Malam
66
Tak Kunjung Pulang.
67
Meminta Penjelasan
68
Jadwal Dadakan
69
Salah Paham
70
Laila Shock
71
Promo Novel Baru
72
Pulang Ke Rumah Aditama
73
Jack Sang Detektif
74
Ulah Ferdi
75
Pecah Emosi
76
Luka Berdah
77
Mengejar Suster
78
Mencoba Menghapus air Mata Laila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!