"Boleh sayang, boleh banget.
Nanti kita makan di warungnya haji Romli sama sama ya, habis sholat magrib, gimana?" jawabku dengan senyuman sumringah, berharap anak gadisku segera melupakan kejadian siang tadi yang bertemu dengan ayahnya yang tak punya hati itu.
Ah kenapa setiap kali aku mengingat laki laki itu, darahku selalu saja mendidih.
Entah kenapa aku ingin sekali melihat penderitaan pak laki itu itu dan juga perempuan murahan yang dulu hanyalah pelayan warung nasi, padahal jika di telisik wajahnya biasa saja, justru terkesan sangat boros dari usianya.
Tapi ya namanya cinta, logika yang tak lagi berjalan. Semoga Tuhan segera menyegerakan karma untuk pasangan tak punya hati seperti mereka.
Adzan magrib berkumandang, aku langsung menyegerakan panggilan dari pemilik semesta, bagiku tak ada kata untuk menunda bunda waktu sholat, karena semakin di tunda pasti setan akan semakin riang menggoda agar diri malas mengerjakan nya.
"Sayang, ayok kita beli nasi gorengnya sekarang." teriakku di bawah tangga memanggil putri kesayanganku, kami memiliki tempat Mading masing di rumah ini, lantai atas adalah daerah kekuasaan anakku dan lantai bawah milikku, hahahaa itu adalah ide tuan putriku, dia memang anak yang patut aku banggakan, cara berpikirnya sudah begitu dewasa dan juga memiliki ketegasan dalam. bersikap, meskipun usianya masih belasan tahun, tapi jangan diremehkan seperti apa saat dia sudah bicara.
"Oke bund, siap!" anak perempuan ku turun dengan memakai celana dan kaos warna hitam, berjalan dengan begitu santainya.
"Kita naik motor saja ya, sekalian jalan jalan." sambungku dengan senyuman hangat.
Dan Alisia terlihat hanya mengangguk ringan.
Menaiki motor matic dengan kecepatan sedang, hanya butuh waktu sepuluh menit kami sudah sampai di warungnya haji Romli.
"Wah ada neng Alisia, seperti biasa kan?" tanya pak haji dengan sangat ramah pada gadisku yang mengangguk senang.
Pak haji sudah hafal menu nasi goreng kesukaan Alisia, hanya bilang seperti biasa beliau dan kami sudah sama sama paham.
"Dua ya, pak!
Yang satu pedas, di makan sini saja." ucapku dan langsung di iyakan dan pak haji mempersilahkan kamu untuk duduk dibangku yang sudah disediakan.
"Enak bund! aku selalu suka dengan nasi goreng buatan pak haji." kata putriku di sela sela acara makan kami.
"Iya, kalau gak enak, kamu gak mungkin selalu minta beli di sini, iya kan?" sahutku menggodanya dan dia langsung tertawa mendengar jawabanku. Ah senangnya, bahagia kami sesederhana ini.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sebelum berangkat ke toko, aku selalu menulis cerita dulu, karena aku juga harus bisa membagi waktuku, antara pekerjaan dan juga anak.
Saat lagi fokus menghadapi di depan laptop, tiba tiba Bu Murni datang tergopoh.
"Mbak Hanum, maaf diluar ada itu, ada." Bu murni terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, Bu murni adalah janda yang tinggal tak jauh dari rumah, beliau sangat baik dan membutuhkan pekerjaan, karena harus menghidupi kedua anaknya.
Meskipun belum butuh pembantu, namun demi menolong tanpa terlihat merendahkan, aku memintanya untuk membantu bersih bersih rumah dan memasak, menemani Alisia, dan itu membuatku sedikit merasa tenang karena saat aku harus pergi ke toko, anakku ada yang mengawasi dan menjaga.
Kadang anak anak Bu murni juga ikut, sehingga Alisia ada teman ngobrol dan bermain.
"Ada siapa Bu?
Bicaranya yang jelas, bikin aku penasaran deh." jawabku penasaran, karena dari ekspresi Bu Murni terlihat begitu cemas dan gugup.
"Itu, mbak! Itu, diluar a da, ayahnya non Alisia." sahut Bu Murni dengan wajah khawatirnya.
"Maksud Bu Murni, Mas Ali?" tanyaku setengah tak percaya. Setelah banyak tahun terlewati, kenapa laki laki itu muncul kembali, semoga dia tidak akan mengganggu ketenangan ku dan kebahagiaanku dengan putriku. Kutarik nafas ini dalam, menguatkan hati agar tak lagi emosi, karena setiap yang bersangkutan dengannya, pasti menguras emosi dan membuat panas dada.
Benar saja, saat kaki ini melangkah ke ruang tamu, terlihat pria yang sudah memporak porandakan kebahagiaan ku tengah terduduk santai di salah satu sofa dengan fokus pada layar ponselnya.
"Ada apa, mas?" tanyaku tanpa mau lagi basa basi, karena aku jujur tak nyaman melihatnya hadir dalam hidupku lagi. Rasanya ketenangan yang sudah kugapai akan menuai hembusan angin kencang lagi, ah entahlah. Semoga saja itu hanya pikiranku saja.
Terlihat Mas Ali menatap diri ini tanpa kedip, dan bibirnya tersenyum lebar. Rasanya sangat risih melihat ekspresinya yang menurutku sangat memuakkan.
"Apa kabar kamu, Hanum?" balas mas Ali bertanya tanpa menjawab pertanyaan ku. Sungguh mengesalkan!
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
pasti dia jatuh miskin jd mau minta balikan ke Hanum...
2023-03-24
0
Nor Azlin
kamu harus kuat mehadapi manusia seperti Ali ...jangan mudah goyah dengan soa2 pun ...semoga Alisia cepat pulang dari sekolahnya agar memberi pelajaran buat ayah tidak guna nya
2023-03-08
0
Diana Susanti
lanjut kak
2023-03-04
1