Ayahku Lebih Memilih Wanita Lain
Alisia Rininta, gadis kecil yang lahir berbeda.
Memiliki kemampuan yang tak dimiliki pada anak umumnya. Alisia kecil sudah mengalami banyak tekanan perihal kelakuan ayahnya yang tak memiliki nurani.
Alicia yang hampir tak pernah mendapat sentuhan kasih sayang dari ayahnya, menjadi terbiasa hidup tanpa kasih sayang sang ayah.
Dia hanya ditemani sang ibu melewati masa masa sulitnya.
Hanum Safitri wanita tangguh yang tengah berjuang untuk membahagiakan sang anak yang memang terlahir berbeda.
Hanum menekan rasa sakit hatinya demi menjaga mental sang anak. Meskipun luka batinnya tak lagi bisa disembuhkan oleh sikap semena mena sang suami yang memiliki wanita lain dalam hubungan pernikahan mereka.
Hanum masih bertahan bukan karena bodoh, tapi karena tau, jika Alisia masih membutuhkan sang ayah, Alicia begitu menginginkan kasih sayang ayahnya meskipun itu tidak pernah ia dapatkan.
"Alisia mau minum susu nak?" Alisia yang masih berusia lima tahun pun mengangguk senang, di usianya yang sudah lima tahun, Alisia masih belum bisa bicara lancar, hanya bisa mengucapkan satu dua patah kalimat saja. Meskipun demikian Hanum sangat menyayangi Alisia dan selalu menjaga dan mendampingi sang anak dengan penuh cinta.
"Ibu mik cucu, Bu." sahut Alisia ceria dengan mata yang berbinar indah. Alisia memiliki kulit yang putih bersih, hidung mancung, dengan bola mata yang bulat. Wajahnya sangat cantik dan menggemaskan. Bahkan dia anak yang selalu ceria dan lincah. Meskipun belum bisa lancar berbicara, Alisia sangatlah cerdas dan sangat pintar membuat orang lain tertawa dan menyukainya.
"Habis minum susu, Alisia tidur ya nak. Ibu mau nulis dulu. Nanti kalau udah gajian, kita jalan jalan lagi ya, Alisia mau kemana kalau bunda udah punya uang?" Hanum selalu mengajak Alisia ngobrol selayaknya anak normal lainnya, Alisia hanya belum lancar bicara, tapi dia sangat paham bila diajak bicara.
"Mau ihat Atun".
(mau lihat kartun)
jawabnya polos dan selalu membuat Hanum merasa terharu. Hanum tidak tega meninggalkan Alisia bekerja ke luar rumah, dengan kemampuan menulisnya, Hanum memilih menulis novel di salah satu platform untuk mencari rejeki buat sang anak. Dan Alhamdulillah meskipun gaji yang didapat tidak seberapa setidaknya cukup untuk menutupi kebutuhannya dengan Alisia.
Sejak Hanum menjadi penulis novel, kini tak lagi kekurangan, Hanum bisa menutupi kebutuhannya dari penghasilan menulisnya. Hanum tidak pernah bercerita pada suaminya soal dirinya yang menulis dan dapat uang dari sana. Menyimpan uangnya di rekening, dan mengambilnya sebagian saja sesuai kebutuhannya dengan Alisia. Baginya, asal Alisia tidak kekurangan seperti dulu.
Ali adalah sosok suami yang dzalim, menikah lagi tanpa persetujuan dari Hanum
Menikahi janda pemilik warung yang ada di tempat dia bekerja. Hanum bukannya terima, tapi sedang berusaha untuk menguatkan Alisia terlebih dahulu.
Agar saat dirinya benar benar memilih pergi dan bercerai, Alisia tidak terluka hatinya.
Setelah menghabiskan susu dalam botolnya.
Alisia terlelap dengan senyuman lugunya.
Hanum kembali melanjutkan menulis di aplikasi yang dia ikuti. Penghasilan nya sudah lumayan, dan tabungannya juga sudah memiliki angka yang dibilang cukup. Namun Hanum harus bertahan sedikit lagi, mencari celah agar anaknya benar benar siap dengan keputusannya Berpisah.
Hanum ikut berbaring disamping Alisia yang masih terlelap di jam empat sore. Hanum berpikir kalau Ali tidak akan pulang lagi seperti kemarin.
Ali memang jarang sekali pulang. Dia hanya datang sesukanya, itupun dengan marah marah gak jelas, selalu mengeluh gak punya uang tiap kali bertemu dengan Hanum.
Tok tok tok
Terdengar pintu diketuk, Hanum yang hampir terlelap langsung bangun dan membetulkan rambutnya yang acak acakan.
"Mas!" Ternyata Ali sudah ada di depan pintu dengan tatapan nyalang dan mulut terkatup rapat.
Hanum sudah tidak kaget lagi, karena setiap pulang Ali selalu seperti itu.
"Kerjaan kamu cuma tidur dan males malesan. Sudah jelek, males lagi." omel Ali saat memasuki rumah sederhana peninggalan orangtuanya Hanum.
Hanum tidak menyahuti amarah Ali.
Memilih diam dan membiarkan suaminya mengomel gak jelas, karena ujungnya sudah bisa di tebak, kalau akan mengeluh dan tak punya uang. Agar Hanum tidak menanyakan uang belanja darinya.
"Kamu masak apa, Num?" tanya Ali dengan nada yang tak ramah dan mendaratkan bokongnya di kursi ruang tamu.
"Gak masak, uang dari mana, kamu aja gak kasih uang sudah seminggu ini." sahut Hanum memberanikan diri untuk melawan kearoganan suaminya. Sudah lelah jika terus mendiamkannya.
"Terus bagaimana sama Alisia, kalau kamu gak masak? dasar perempuan malas dan bodoh kamu!
Bisanya cuma menunggu uang dariku saja. Kerja sana!
kerja! kalau pingin punya uang!" teriak Ali penuh caci dan amarah.
"Jangan teriak teriak, Alisia sedang tidur. Biasa saja, dan berkaca untuk melihat kekurangan dan kesalahan kamu.
Emang kamu mencukupi kebutuhan kami?
Sama kebutuhan Alisia saja kamu abai kok.
Tidak perlu marah marah, kalau memang niat kamu hanya menghindari untuk tidak dimintai jatah belanja, kasih saja uang kamu sama pelacurmu itu." kini Hanum mulai membantah dan berani berteriak melawan kekejaman Ali yang selalu bersikap semena mena.
"Kurang ajar kamu!"
Plak! plak!
Ali menampar Hanum dan bahkan menendangnya tanpa ampun, membuat Hanum menangis histeris dan mengundang tetangganya untuk melihat apa yang terjadi.
"Mbak Hanum, mbak Hanum! ada apa mbak?
mbak Hanum gak papakan?" teriak Bu Endang sambil menggedor pintu Hanum dari luar dan diikuti tetangganya yang lain yang juga penasaran dengan teriakan Hanum yang terdengar kesakitan.
"Tolong saya, Bu! Tolong!" teriak Hanum yang memang sengaja untuk meminta tolong dan membuka masalahnya di hadapan orang lain. Sudah lelah dengan perlakuan Ali yang tak punya nurani.
Mendengar Hanum meminta tolong dan merintih, membuat Bu Endang dan beberapa warga membuka pintu rumah Hanum yang tidak terkunci.
Mereka semua dibuat kaget dengan kondisi Hanum yang tersungkur dengan memegangi perutnya karena akibat ditendang oleh suaminya.
"Astagfirullah, mbak Hanum kenapa?" Bu Endang langsung berlari menghampiri Hanum yang kesakitan, dan membantunya berdiri lalu memapahnya untuk duduk di kursi dengan dibantu ibu ibu yang ikut datang.
"Keterlaluan, pak Rahmat tolong panggilkan pak RT, ini sudah masuk KDRT namanya." pak Jamal terlihat kesal dan meminta pak Rahmat untuk memanggil pak RT agar masalah KDRT tidak disepelekan oleh Ali.
"Siapa kalian, kenapa suka sekali ikut campur urusanku. Dia istriku, aku berhak melakukan apapun sama dia, perempuan miskin dan bodoh kayak dia, pantas untuk di hajar biar tidak lancang sama suami." teriak Ali tak terima, karena para tetangga ikut campur urusannya. Dan semua itu semakin membuat sebagian warga yang hadir menyayangkan sikapnya itu, dan justru membuatnya semakin di benci oleh warga karena ulahnya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )
New karya :
#Karena warisan Anakku mati di tanganku
#Ayahku lebih memilih wanita Lain
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Tri Dikman
Like my son
2023-05-14
0
Erni Kusumawati
Baca bab awal sudah harus tahan nafas dulu...esmosi jiwa mual menguar dr dlm😡😡😡
2023-03-24
0
Shantieka
Judulnya real kehidupan nyataku
2023-03-17
1