Buliran air mata berjatuhan dengan begitu derasnya kini. Mengingat masa lalu membuat rasa bersalah yang selalu menghantui seorang Morgan selama ini semakin kian menyiksa. Selama lebih dari 10 tahun ini, hidup Morgan tidak pernah merasa tenang sedikit pun.
Setiap detik, setiap menit, bahkan setiap jam dia lewati dengan hati yang tersiksa. Betapa Morgan menyesali perbuatannya saat itu. Akan tetapi, menyesal sama sekali tidak ada gunanya lagi sekarang, yang dia lakukan saat ini adalah menjalani hidup dan berubah menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Akan tetapi, jiwa mata keranjangnya sama sekali tidak pernah berubah sampai sedikit pun. Ya ... Begitulah laki-laki, selama nyawa masih di kandung badan, maka sifat asli tidak akan pernah hilang sampai kematian datang.
"Maafkan Daddy, Nak. Daddy salah, seharusnya Daddy tidak pernah membentak kamu saat itu. Daddy benar-benar menyesal! Hiks hiks hiks hiks!'' gumam Morgan, dengan suara tangisan yang sedikit di tahan, tapi tetap saja kesedihan yang dia rasakan tidak dapat berkurang hanya dengan menangis seperti itu.
* * *
Di tempat yang berbeda.
📞 "Kamu yakin suamimu tidak ada di rumah?" samar-samar terdengar suara laki-laki di dalam telpon.
📞 "Tentu saja, untuk apa aku berbohong? Kamu bisa 'kan datang ke rumahku? Kita bisa bersenang-senang di sini?" Megan duduk dengan bersilang kaki ditemani secangkir anggur merah.
📞 "Itu terlalu beresiko, sayang. Bagaimana kalau kita ketemuan di hotel saja? Atau, kamu yang datang ke tempatku?"
📞 "Hmm ... Ya sudah kalau kamu tidak mau, tidak masalah. Kita bisa ketemuan lain kali saja kalau begitu."
Tut ... Tut ... Tut ...
Sambungan telpon pun terputus.
Ternyata selama ini, Megan bukanlah wanita yang setia. Rasa sakit hatinya atas pengkhianatan sang suami membuat jiwanya merasa tersiksa sebenarnya. Apalagi, dia harus kehilangan putra satu-satunya akibat ulah suaminya tersebut.
Kenapa dia memilih untuk bertahan selama 10 tahun ini? Jawabannya karena cinta. Ya ... Dia memang mencintai Morgan, bahkan sangat-sangat mencintai suaminya itu, tapi? Ada banyak tapi yang sulit dia ungkapkan hanya dengan kata-kata saja.
Ibarat cermin yang pecah, serpihannya memang masih bisa di satukan lagi. Namun, pantulan cermin tersebut tidak akan terlihat sama lagi seperti sebelumnya. Seperti itulah hidup seorang Megan Queeni selama ini.
Pengkhianatan sang suami yang menyebabkan dirinya kehilangan putra satu-satunya yang dia miliki, meninggalkan luka yang begitu dalam di hatinya. Meskipun begitu, dia masih mencoba untuk bertahan di tengah luka yang sebenarnya menganga begitu menyakitkan di relung hatinya kini.
"Dasar laki-laki tidak tahu diri! Mau di kasih enak malah menolak, dasar bodoh!" gumam Megan meneguk gelas berisi anggur, hingga gelas tersebut pun kosong hanya dengan sekali tegukan saja.
Ckiiit!
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di garasi mobil miliknya. Sontak, Megan pun segera berdiri dan berjalan menuju jendela untuk melihat siapa yang datang.
"Morgan? Katanya dia menginap di luar kota? Dasar pembohong," gumamnya, segera berlari ke arah meja dan menyembunyikan botol anggur merah yang semula berada di atas meja.
Ceklek!
Pintu pun di buka, Morgan masuk ke dalam rumah dengan wajah datar juga rambut yang sedikit berantakan, jauh berbeda dengan penampilannya yang sebelumnya.
"Sayang? Ko udah pulang aja? Katanya mau menginap di luar kota?" tanya Megan tersenyum menghampiri.
"Gak jadi, karena merindukan istriku tercinta. Mas memaksakan pulang meskipun sudah larut malam seperti ini," jawab Morgan memeluk tubuh ramping sang istri.
"Dasar gombal, tapi beneran 'kan kamu gak habis kencan sama wanita lain? Semacam makan malam berdua mungkin?''
"Hah? Hahahaha! Mana mungkin Mas berani melakukan hal seperti itu, sayang? Kalau Mas mau makan malam sama wanita, kenapa harus mengajak wanita lain di saat Mas punya istri yang cantiknya minta ampun seperti kamu ini?"
"Yakin?"
"Ten-tu sa-saja, tapi sayang, apa kamu baru saja minum segelas anggur?" tanya Morgan mengurai pelukan lalu membaui bibir istrinya.
"Sedikit, cuma satu gelas aja ko."
"Oh begitu? Ya udah, Mas tidur dulu kalau begitu, capek banget habis perjalanan jauh soalnya."
Megan menganggukkan kepalanya lalu membiarkan suaminya berjalan menuju tangga dimana kamar mereka berada di lantai dua.
"Tunggu, Mas!"
Morgan sontak menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa, sayang?" tanya Morgan kemudian.
"Bisakah kamu temani aku minum malam ini? Setelah mengunjungi Jack, aku benar-benar merindukan dia malam ini," rengek Megan dengan nada manja.
"Mas lelah, sayang. Lagipula, kamu tahu sendiri kalau Mas sudah lama berhenti minum alkohol. Nanti kalau Mas kebablasan gimana?"
"Jadi kamu gak mau? Makan malam di luar sama orang lain kamu mau, sedangkan menemani istri kamu minum aja kamu gak mau?"
Morgan mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya dia sama sekali tidak sedang baik-baik saja malam ini. Dia hanya ingin beristirahat dan tidur lelap, tapi apalah daya dirinya tidak mungkin untuk menolak keinginan sang istri juga pada akhirnya.
"Bukan begitu sayang. Mas lelah banget ini, Mas ingin--''
Prank!
Megan tiba-tiba melemparkan gelas kaca yang sempat dia gunakan untuk minum anggur. Tentu saja hal itu membuat Morgan merasa terkejut tentu saja. Dia menatap wajah istrinya dengan hati dan perasaan yang terluka sebenarnya.
"Kalau kamu tidak mau menemani aku minum, akan aku hancurkan seisi rumah ini!" teriak Megan dengan bola mata membulat sempurna terlihat murka.
"Astaga, sayang! Jangan seperti ini, semua ini di beli dengan uang. Iya-iya, Mas bakalan menemani kamu minum, sayang. Tunggu sebentar, Mas bereskan pecahan belingnya dulu ya," jawab Morgan akhirnya, dia pun berjalan menuju serpihan gelas yang berserakan di atas lantai, lalu mulai meraih serpihannya satu persatu dengan perasaan sesak sebenarnya.
Selalu seperti ini, hanya karena masalah sepele istrinya selalu saja berbuat seenaknya. Bahkan tidak segan untuk menghancurkan barang apapun yang berada di dekatnya.
Bles!
Serpihan kaca pun tiba-tiba menggores salah satu jarinya. Morgan tidak meringis sama sekali, rasanya memang sakit, tapi rasa sakitnya tidak seberapa dibandingkan dengan sakit yang dia rasakan di dalam hatinya.
"Kenapa malah bengong? Lama banget si!" teriak Megan menatap punggung suaminya yang saat ini sedang berjongkok.
"Iya, sayang. Maaf, ini udah selesai ko," jawab Morgan, dia pun berdiri kemudian setelah memastikan bahwa tidak ada serpihan yang tersisa di bawah sana, mengabaikan darah segar yang sebenarnya menetes dari salah satu jarinya kini.
"Cepetan dong, astaga!"
"Iya-iya! Tunggu sebentar, Mas ambilkan gelas yang baru ya, dan sepertinya harus di sapu sedikit lantainya, takutnya masih ada serpihan yang tertinggal. Bisa bahaya nanti.''
Megan hanya menganggukkan kepalanya, dia pun duduk dengan bersilang kaki. Sementara suaminya benar-benar menyapu lantai dengan menggunakan mesin pembersih. Hal yang berbanding terbalik sebenarnya, dimana sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri kini dikerjakan oleh suaminya.
'Mau sampai kapan kamu seperti ini, Megan? Mas benar-benar telah. 10 tahun bertahan dengan sikap kamu yang seperti ini, Mas juga hanya manusia biasa yang memiliki perasaan,' (batin Morgan).
BERSAMBUNG
...****************...
PROMOSI NOVEL
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Puja Kesuma
megan seperti itu kasar ke suami.pasti krn kekecewaan hati di masa lalu yg di selingkuhi dan kehilangan anknya...tp tindakanmu gk.di benarkan jg megan kalo caramu membalas morgan.dgn berselingkuh jg..apa beda kau dgn morgan.... kalo kau merasa gk sanggup lbh baik pisah aja dgn morgan cari kehidupan masing masing...klo msh mau di lanjukan maka.cobalah aaling terbuka satu sama.lain buat memperbaiki hubingan yg lbh baik
2023-03-04
0
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
sepele ..??? jiahahaaha..naiifff kali dirimu 😤😤
2023-03-03
0
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kenapa harus dgn dosa yg sama megan,,kamu bisa memperbaiki semua,jika tidak ..menyerahlah ..😢😢
2023-03-03
1