Ekspresi wajah Morgan seketika terlihat muram. Dia yang semula memperlihatkan senyuman ramah kini merapatkan kedua bibirnya lalu menunduk sedih. Megan sebagai sang istri tentu saja dapat merasakan apa yang saat ini sedang dirasakan oleh suaminya. Walau bagaimana pun Morgan adalah suaminya, meskipun dia mata keranjang, tapi tetap saja Megan Queeni begitu mencintai laki-laki ini melebihi dari apapun.
"Maafkan aku karena harus mengungkit masa lalu. Aku hanya merasa jengah dengan kelakuan Mas yang selalu saja genit kepada setiap wanita. Padahal sebagai istri, Aku adalah wanita yang sempurna untuk kamu, Mas. Nama kita aja serasi lho, 2M ... Alias Megan dan Morgan,'' lirih Megan dengan nada suara manja, dia menyandarkan kepala di pundak suaminya.
"Hahahaha! Kamu selalu saja pandai menghibur Mas. Maafin kesalahan yang tadi ya, sungguh Mas hanya iseng. Mas gak mungkin mengulangi kesalahan Mas ko. Hanya kamu wanita di dalam hati seorang Morgan, muach ...'' Satu kec*pan pun mendarat bibir mungil sang istri.
"Iya-iya, aku maafin ko."
"O iya, kamu belum jawab pertanyaan Mas tadi. Ada apa kamu datang kemari? Apa ada sesuatu yang penting sehingga membuat kamu yang sibuk ini datang mengunjungi Mas di sini?''
"Apa Mas lupa sekarang hari apa?"
"Hari selasa."
"Bukan itu maksud aku. Coba Mas ingat-ingat sekarang tanggal berapa?"
Morgan nampak termenung sejenak seolah sedang berfikir. Dia pun mengerutkan kening seraya menelisik setiap jengkal ingatannya mencoba mencari sesuatu yang mungkin dia lupakan. Sampai akhirnya, wajah Morgan pun kembali terlihat murung.
"O iya, Mas sampai lupa. Hari ini 'kan--" Morgan menahan ucapannya.
"Aku ingin berkunjung ke sana bersama Mas. Selama ini, Mas selalu saja sibuk dan jarang sekali meluangkan waktu untuk sekedar mengunjungi putra kita itu."
Morgan hanya diam membisu. Dadanya terasa begitu sesak, bahkan sangat sesak membuatnya merasa sulit hanya untuk sekedar bernapas. Dia pun mengusap wajahnya kasar, mencoba untuk tersenyum meskipun hanya senyuman yang terlihat dipaksakan.
"Baiklah, kita ke sana sekarang. Mas siap-siap dulu. Mas selesaikan pekerjaan Mas sebentar," jawab Morgan kemudian, dan hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Megan sang istri.
* * *
Semilir angin nampak menyapu permukaan wajah pasangan 2M. Udara yang sejuk pun tidak serta merta membuat hati keduanya merasa sejuk dan damai. Panasnya sinar matahari bahkan terasa membakar kulit keduanya.
Baik Megan maupun Morgan menatap ke arah yang sama kini. Batu bisa bertuliskan nama sang putra yang telah tiada 10 tahun yang lalu. Kedua mata Morgan bahkan terlihat berkaca-kaca, betapa dia sangat merindukan sosok sang putra yang harus meregang nyawa karena kesalahan yang telah diperbuatnya.
"Daddy datang, Nak. Bagaimana kabar kamu di atas sana? Daddy harap kamu bisa beristirahat dengan tenang. Maaf karena Daddy baru tempat datang ke sini, Daddy gak sanggup melihat batu nisan bertuliskan nama kamu ini, Nak. Maafkan Daddy, hiks hiks hiks ...'' tangis Morgan seketika pecah. Luka yang ingin sekali dia kubur dalam-dalam itu pun seakan kembali naik dan terasa begitu menyiksa.
"Sudahlah, Mas. Tidak ada gunanya kamu seperti ini, sampai kamu menangis darah sekalipun putra kita gak akan pernah hidup lagi. Biarkan Jacky beristirahat dengan tenang di atas sana,'' ucap Megan memasang wajah datar.
Keheningan pun seketika tercipta. Morgan menggegam erat jemari sang istri seolah meminta kekuatan. Suara isakan pun masih sedikit terdengar, tapi segera lenyap dan Morgan pun mencoba untuk bersikap tenang.
"Jack, Mommy juga ada di sini. Daddy mu ini masih saja nakal, kadang-kadang Mommy merasa jengah dengan sikap Daddy mu ini, tapi mau bagaimana lagi Mommy sudah terlanjur cinta sama dia, tapi kalau sampai dia mengulangi kesalahan yang sama, terpaksa Mommy bakalan tinggalin dia dan cari Daddy baru buat kamu, sayang.''
Mendengar sang istri mengatakan hal itu membuat Morgan tersenyum kecil tentu saja. Dia semakin merekatkan tautan tangannya lalu menoleh dan menatap wajah sang istri kemudian. Meskipun dia adalah tipikal suami yang takut kepada istrinya, dan dia pun kadang merasa jengah dengan istrinya yang sama sekali tidak menghargai dirinya sebagai seorang suaminya, Morgan Maxime tetap saja mencintai Megan lebih dari apapun yang ada di dunia ini.
Keduanya pun saling menatap satu sama lain juga saling melemparkan senyuman manis. Di hadapan pusara sang putra, pasangan suami istri yang menjuluki diri 2M ini benar-benar ingin menunjukkan bahwa mereka bahagia. Bahkan sangat bahagia meskipun sampai saat ini, Tuhan masih belum mempercayakan mereka seorang putra lagi.
"Daddy berjanji akan menjaga Mommy kamu dan tidak akan meninggalkan dia sampai kapanpun, Jack. Jadi, kamu bisa beristirahat dengan tenang di sana,'' ucap Morgan kembali mengalihkan pandangannya kepada batu nisan bertuliskan nama sang putra di depan sana.
'Maafkan Daddy, Nak. Karena kesalahan yang Daddy lakukan, kamu harus meregang nyawa dan meninggal di usia yang sangat muda,' (batin Morgan).
* * *
Malam hari.
''Kamu mau ke mana, Mas? Udah rapi gitu, wangi lagi,'' tanya Megan menatap sang suami yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.
''Anu, sayang. Mas ada meeting penting dengan klien, sepertinya malam ini Mas gak pulang deh. Meetingnya di luar kota soalnya,'' jawab Morgan terlihat gugup.
''O ya? Hmm ... Kamu gak lagi bohongi aku 'kan?''
''Hah? Hahahaha! Mana mungkin Mas berani bohongi kamu, sayang. Beneran deh, Mas mau meeting ini. Mas berangkat dulu ya.'' Morgan hendak melangkah.
''Tunggu sebentar.''
Megan tiba-tiba saja berdiri menghampiri, dia menatap tubuh kekar sang suami dari ujung kaki hingga ujung rambut penuh selidik. Wanita sosialita berparas cantik itu bahkan membaui tubuh suaminya itu yang tercium bau wangi layaknya anak ABG yang hendak pergi berkencan.
''Kamu mau kencan ya?''
''Hah, dari mana kamu ta--''
'Hampir aja keceplosan,' (batin Morgan).
"Hah? Kamu bilang apa tadi?''
"Maksud Mas, dari mana kamu punya pikiran kayak gitu? Mas beneran gak bohongi kamu ko. Mas udah terlambat ini, Mas pergi dulu ya. Muach ...'' satu kecu*an kecil mendarat di bibir istrinya, Morgan pun hendak melanjutkan langkah kakinya.
"Tunggu, Mas. Astaga, aku belum selesai bicara lho."
Morgan kembali menghentikan langkah kakinya. Dia pun memejamkan kedua matanya dengan jantung yang berdetak kencang. Kedua kaki laki-laki itu pun seketika bergetar, merasa ketakutan jika kebohongannya akan terbongkar.
"Rambut kamu agak berantakan, di rapikan sedikit, sayang.'' Megan merapikan rambut suaminya membuat Morgan seketika dapat bernapas lega.
"Oh ... Kirain apaan. Makasih, sayang. Kamu benar-benar istri yang luar biasa.'' Morgan tersenyum cengengesan.
"Ya udah sana pergi, awas saja ya kalau Mas bohongi aku. Aku gantung kamu nanti di tempat jemuran,'' tegas Megan penuh penekanan.
"Oke sayang. I love you, muach ...''
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Puja Kesuma
ikutin aja si kucing garong iti megan...dia mau cari mangsa baru tuh
2023-03-04
2
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
penasaran apa yg akan dilakukan morgan .. 😁😁
2023-03-02
1