"Dia adalah Vampir," bisik Nazira begitu Alexia menghilang di ujung jalan.
Ryder hanya tertawa dan masih tidak percaya membuat Nazira kesal.
"Kenapa kau tersenyum." Nazira mengikuti Ryder yang berjalan kembali ke dalam rumah.
"Kau pasti keseringan nonton film Vampir?" jawab Ryder datar.
"Percayalah itu benar." Nazira mensejajarkan langkahnya dengan Ryder.
"Baiklah, apa kau puas?" Ryder menghentikan langkah dan menghadap ke arah Nazira.
"Jika aku adalah Vampir apa yang akan kau lakukan padaku?" Ryder ingin mencaritahu pendapat Nazira tentang kaum itu.
Nazira balas menatap Ryder, tentu saja pria itu berbohong. Mana ada Vampir bisa bebas di siang hari?
"Maka aku adalah pemburu Vampir dan aku akan membunuhmu." Setelah mengatakannya Nazira tertawa.
Ryder justru semakin, merapatkan diri ke Nazira. Nazira bingung dengan perubahan tatapan Ryder. Apa Ryder marah dengan perkataannya barusan. Tiba-tiba Ryder memeluk pinggang Nazira dan mencium gadis itu dengan brutal. Nazira hampir kehabisan nafas jika Blaire tidak datang tepat waktu.
"Hmm, pergilah ke kamar," tegur Blaire.
Ryder menghentikan ciumannya dan menjauhkan Nazira dari dirinya. Nazira mengambil nafas dengan cepat dan memegang dinding karena lemas.
"Aku kan mengantarkanmu pulang. Apa kau bisa berjalan atau mau aku gendong?" tawar Ryder saat melihat Nazira memegang dinding.
"Tidak usah." Nazira mencoba berjalan ke luar. Kemudian berbalik lagi.
"Saya pulang, Bibi," pamit Nazira. Setelahnya dia berjalan kembali keluar. Ryder sedikit bingung dengan tingkah Nazira.
"Apa kau menyukainya? Serius?" bisik Blaire menarik tangan putranya. Sebelum Ryder benar-benar keluar.
"Ya! Tapi sayang dia ingin membunuh Vampir," jawab Ryder datar dan dia langsung meninggalkan ibunya. Padahal Blaire penasaran dan masih ingin bertanya.
Nazira telah duduk manis di mobil Ryder dengan wajah cemberut. Dia bahkan lupa untuk memasang savety beltnya. Ryder mendekatkan tubuh ke arah Nazira dan memasangkan savety belt untuk Nazira.
Mobil berjalan dengan pelan, Ryder sengaja agar Nazira mengeluarkan suara untuk komplen. Ternyata cara itu tidak berhasil.
"Apa kau masih marah karena masalah Vampir ini?" tanya Ryder. Dia sesekali menatap Nazira.
"Tidak,"
"Atau karena ciuman yang kita lakukan?" pancing Ryder. Seketika wajah Nazira merona merah.
Itu adalah hal yang ingin dia hindari. Dan kenapa pula Ryder membahas itu.
"Aku baik-baik saja, tidak usah bicara, aku capek," elak Nazira, dia tidak sepenuhnya berbohong ciuman Ryder memang membuat tenaganya terkuras.
Ryder hanya diam, sambil sesekali masih melirik Nazira. Ryder benci kenapa justru orang yang disukainya dan dia tidak bisa membaca pikiran wanita itu.
Ryder menghentikan mobil di rumah Evan. Nazira langsung keluar, mengambil ranselnya memasuki rumah tanpa basa-basi kepada Ryder. Pria hibrid itu mengalah dan meninggalkan rumah Evan.
Nazira memasuki rumah, dia tidak melihat bahwa Evan dan Javob ada di ruang tamu.
"Nazira!" panggil Evan, saat melihat Nazira melenggong masuk.
"Oh!" Nazira menghentikan langkahnya. Dia menuju arah Evan dan Jacob duduk.
"Kau kelihatan lelah?" selidik Jacob.
"Ya, aku habis melihat korban di pemukiman lama. Dua orang, pria dan Wanita. Aku yakin mereka dibunuh Vampir." Nazira duduk di samping Evan.
"Bagaimana kau yakin?" tanya Jacob.
"Karena mereka kehabisan darah dan anehnya, luka gigitan tidak hanya di leher melainkan pergelangan tangan dan paha," antusias Nazira.
"Apa?"
"Jangan-jangan mereka berpesta?" terka Evan.
"Bisa jadi dan dua orang itu adalah persembahan," tambah Nazira.
"Jadi mereka memang telah melanggar janji dan terang-terangan menyatakan diri mereka ada," kesal Jacob.
"Kita harus bertindak," usul Evan.
"Ya, kau benar. Kita tidak bisa membiarkan mereka terus memangsa manusia," ujar Jacob.
"Kita akan berpatroli mulai malam ini bagaimana?" saran Evan.
"Ide bagus, aku akan memberitahu yang lain." Jacob berdiri, bersiap untuk menghubungi yang lain.
"Jangan, aku rasa ini bukan waktunya untuk kalian terjun langsung. Kalian baru latihan, aku takut kalian yang menjadi korban," larang Nazira. Dia tidak mau mengambil resiko jika terjadi hal buruk kepada pemburu Vampir ini.
"Tenang saja, bukankah praktek langsung akan lebih membuat kami cepat belajar?" jawab Jacob.
"Dia benar, sebaiknya kami langsung terjun lapangan," bujuk Evan.
"Baiklah, aku akan ganti pakaian dulu. Silahkan hubungi yang lain." Nazira meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarnya. Tidak mungkin dia memakai dress untuk bertarung melawan Vampir.
Tidak lama Nazira telah kembali dengan perlengkapannya.
"Bagaimana yang lain?" tanya Nazira.
"Merek tidak bisa karena ada urusan masing-masing," jawab Jacob.
"Jadi hanya kita bertiga," lanjut Evan.
"Tidak masalah, ayo kita berangkat," ajak Nazira.
Evan dan Jacob juga sudah siap dengan perlengkapan mereka. Mereka menggunakan mobil Jacob.
"Jadi kemana kita akan memulainya?" tanya Jacob.
"Kita akan ke gedung lama. Aku yakin pasti ada sesuatu di sana. Tadi aku juga bertemu wanita Vampir dan dia sepertinya tertarik dengan Ryder," sahut Nazira.
"Tidak heran jika banyak wanita tertarik dengan Ryder. Dia pria yang sangat tampan dan memiliki pesona yang tidak terelakan," ujar Evan.
"Lalu kenapa kau tidak menangkapnya? Atau setidaknya memperingati Ryder?" Jacob melirik Nazira sekilas.
"Aku tidak bisa langsung membunuh Vampir tersebut, apalagi di depan Ryder dan ibunya. Tentu akan membuat mereka shock," terang Nazira.
"Kau benar," sahut Jacob.
"Aku telah memperingati Ryder, hanya saja dia tidak percaya," lanjut Nazira.
"Wajar saja." Jacob membelokan mobil menuju ke pemukiman lama.
Mereka melewati jalan sepi, sepertinya nama pemukiman lama tidak cocok lagi dan diganti menjadi kota mati. Penerangan di sekitar lingkungan itu juga sangat terbatas.
Jacob menghentikan mobil di depan salah satu rumah. Jacob bersiap-siap untuk turun.
"Jangan, kita hanya akan mengamati. Apakah ada Vampir, atau orang yang mencurigai," jelas Nazira.
Jacob menutup kembali pintu mobil.
"Sebaiknya matikan saja mesin mobil, agar tidak ada yang curiga," usul Nazira.
Jacob membuka jendela dan mematikan mesin mobil.
Mereka diam di dalam mobil mulai mengintai sekeliling dari mobil. Jika ada yang mecurigakan baru mereka turun.
Nazira melihat seseorang yang berjalan dan membuat mereka curiga. Nazira keluar dari mobil. Evan dan Jacob juga bersiap-siap untuk keluar.
"Sebaiknya, satu tinggal untuk keadaan darurat," saran Nazira.
"Biar aku saja, kau tunggulah di mobil." Evan menawarkan diri.
Jacob menganggukan kepala, Evan keluar dan mendekati Nazira.
"Jika itu Vampir, mereka memiliki telinga yang tajam dan bisa mendengar pembicaraan kita. Juga bisa membaca pikiran kita. Kita hanya akan mengobrol biasa." Nazira menggandeng tangan Evan.
Mereka mulai berjalan dan mengikuti pria itu. Pria itu merasa ada yang mengikutinya. Dia menghentikan langkah memastikan bahwa dua orang di belakangnya, apakah benar mengikutinya atau tidak.
Nazira tetap mengajak Evan berjalan. Kemudian Nazira berhenti dan Evan pun ikut berhenti.
"Maaf, Sir. Apakah kau tahu rumah tuan Morgan?" Nazira pura-pura bertanya. Dia kemudian menuju arah pria itu.
🍒🍒🍒
Besties mampir dan tinggalkan juga jejak di karya temanku ini ya!
...PENGASUH IDAMAN...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
hati' Nazira mgkn itu vampir
2023-03-16
0