Allea dan Aldo sama-sama menatap ke arah kedua orang tua mereka itu.
"Kak Allea nih Pi mau pergi. Ini kan sudah jam 10.00 malam Pi, Mi, tentu saja aku melarangnya," jelas Aldo.
"Al, kamu mau kemana Sayang? Sebaiknya kamu di rumah aja ya," kata Riska.
"Nggak Mi, aku mau keluar sekarang. Aku mau menenangkan pikiran aku. Tolong kalian mengerti," ucap Allea.
"Bukannya Mami tidak mau mengerti Allea, tapi ini kan sudah malam. Kalau kamu memang mau keluar, biar Aldo yang menemani kamu ya," kata Riska.
"Aku setuju," sahut Aldo.
"Nggak mau Mi. Aku mau pergi sendiri," tolak Allea yang tetap kekeh dengan keinginannya.
"Sudah-sudah Mami, Aldo, biarkan saja Allea pergi. Papi percaya jika Allea bisa menjaga dirinya," ucap Sastro.
Setelah mendengar ucapan ayahnya itu, Allea pun segera saja melangkahkan kaki keluar dari rumahnya.
"Allea, kamu kemana Sayang?" Teriak Riska.
"Nggak bisa, pokoknya aku harus mengikuti Kak Al," ucap Aldo.
"Aldo, stop! Biarkan saja Kakak kamu pergi. Papi yakin nanti Al pasti akan kembali setelah pikirannya itu sudah tenang," ucap Sastro.
"Papi ini bagaimana sih. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan anak kita Pi," kata Riska yang terlihat kesal.
"Mami tenang saja, Papi yakin tidak akan terjadi sesuatu terhadap Allea, oke. Ya sudah sekarang kita ke kamar saja. Kamu juga Aldo, masuk ke kamar kamu, tidak perlu mengkhawatirkan kakakmu. Kalian mengenal Allea kan, dia akan baik-baik saja," ucap Sastro dengan yakin.
Benar saja apa yang dikatakan oleh Sastro bahwa selama ini Allea memang sama sekali tidak pernah membuat masalah, bahkan jika sedang ada masalah pun ia dapat menyelesaikannya sendiri, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hingga Aldo dan Riska pun menuruti saja apa kata Sastro untuk masuk ke dalam kamar.
****
Allea melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, menelusuri jalan yang sudah tampak sepi. Pikirannya begitu kalut, tak henti-hentinya ia menangis meratapi nasib dirinya saat ini.
"Kenapa aku harus mengalami kejadian buruk di dalam hidup ini. Kenapa harus ada perselingkuhan di dalam rumah tanggaku dan kenapa harus sahabatku sendiri yang menjadi selingkuhan suamiku itu. Apa salahku?" Gumam Allea dengan air matanya yang bercucuran.
Allea pun memberhentikan mobilnya di tepi danau, lalu duduk di sebuah kursi yang ada di bawah pohon. Di saat itu ada seorang pria yang melihatnya dan segera saja menghampiri Allea.
"Allea," ucap pria tersebut.
Mendengar namanya dipanggil, segera saja Allea pun memutar wajahnya melihat ke arah sumber suara yang telah memanggilnya.
"Loh kamu, kamu yang waktu itu kan? Yang bantuin aku sewaktu ban mobil aku bocor," tanya Allea saat melihat pria tampan yang saat ini berdiri di hadapannya.
"Iya, aku Leon Al. Kamu ingat ternyata," ucap Leon.
"Oh, iya Kak Leon. Kok kamu bisa ada di sini? Ini udah malam loh," kata Allea.
"Seharusnya aku yang tanya sama kamu Al, sedang apa malam-malam seperti ini seorang wanita duduk sendirian di bawah pohon, di tepi danau. Kalau ada hantu gimana?" Tanya Leon menggodanya.
"Aku nggak takut dengan hantu Kak, malah aku takut kalau ada kamu di sini," ucap Allea yang membuat Leon tercengang.
"He … he … he … aku bercanda Kak. Nggak usah dianggap serius seperti itu lah. Oh iya Kakak belum jawab pertanyaan aku, kamu kenapa bisa ada di sini?" Tanya Allea.
"Kamu nih ya, bisa aja bercandanya. Oh enggak, tadi aku hanya mencari udara segar aja di sini. Aku duduk di sebelah sana dan kebetulan di saat aku mau pulang, aku melihat kamu di sini. Aku seperti mengenal kamu dan ternyata benar, kamu adalah Allea. Aku nggak menyangka kita akan bertemu kembali di sini," kata Leon.
"Oh iya, kebetulan banget ya Kak kita bisa bertemu kembali," ucap Allea pula.
"Iya Al. Oh ya apa boleh aku menemani kamu di sini?" Tanya Leon.
Allea tampak berpikir, tetapi memang di saat ini ia membutuhkan teman, ditambah lagi ini juga sudah malam. Sejujurnya Allea sendiri sudah merasa takut karena suasana semakin malam yang semakin sunyi, ia takut jika nanti ada orang jahat yang akan mengganggunya di tempat sepi seperti ini.
"Iya, boleh Kak. Duduk aja," jawab Allea.
Karena mendapat persetujuan, segera saja Leon menduduki dirinya di samping Allea.
"Kamu lagi apa di sini Al?" Tanya Leon.
"Sama seperti kamu Kak, aku hanya ingin menenangkan pikiran dengan mencari udara segar," jawab Allea.
"Kamu sedang ada masalah? Kalau kamu nggak keberatan, kamu boleh kok cerita ke aku. Aku siap menjadi pendengar yang baik," ucap Leon.
"Maaf Kak bukan aku nggak mau cerita sama kamu, tapi menurut aku ini masalah pribadi, jadi aku belum siap untuk cerita ke orang lain," ucap Allea.
"Oh … begitu, iya nggak masalah kok Al. Yang penting aku hanya bisa mengingatkan kamu untuk selalu bersabar ya, setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya," ucap Leon.
"Iya kak, terimakasih ya," ucap Allea.
****
Tidak terasa 2 jam pun telah berlalu mereka duduk di tepi danau tersebut. Suasana semakin malam semakin dingin hingga Allea melipat kedua tangannya itu sembari mengusap-usap lengannya karena merasa kedinginan. Leon yang begitu peka langsung saja melepaskan jaketnya lalu memberikannya kepada Allea.
"Pakai jaket aku aja Al," ucap Leon.
"Eh nggak usah Kak, nanti kamu yang kedinginan," tolak Allea.
"Nggak apa-apa Al, aku kan laki-laki. Sudah seharusnya kamu yang memakai jaket ini, bukan aku. Aku lebih kuat daripada kamu," ucap Leon tersenyum sembari memakaikan jaket tersebut di pundak Allea.
"Terimakasih ya Kak," ucap Allea yang memaksa untuk tersenyum.
Karena rasa kecewa yang sedang dirasakannya saat ini membuat Allea tak bisa terlihat ceria seperti biasanya. Leon pun tahu jika saat ini Allea sedang mempunyai masalah berat, tetapi ia memilih untuk tidak ikut campur. Karena Allea sendiri pun belum siap untuk menceritakan kepadanya.
"Al, ini kan sudah malam, bagaimana kalau kita pulang aja sekarang. Aku yakin orang tua kamu pasti akan sangat khawatir karena menunggu kamu pulang," ucap Leon.
"Benar juga sih apa yang Kak Leon katakan. Ya sudah kalau begitu aku pulang ya Kak," ucap Allea.
"Kita pulang sama-sama aja ya, biar aku ikuti mobil kamu dari belakang. Ini kan sudah larut malam, jalanan juga sudah sepi, aku nggak mau nanti ada orang jahat yang akan berbuat macam-macam dengan kamu," ucap Leon.
Allea mengangguk menyetujuinya, karena apa yang dikatakan Leon itu benar adanya.
Hingga kini mereka sedang berada di dalam perjalanan pulang. Leon dengan Setia mengikuti Allea di belakang dan terkadang berada di samping mobilnya. Tergantung bagaimana kondisi jalanan saat itu.
Tidak berapa lama kemudian, mereka pun telah tiba di depan rumah Allea. Allea dan Leon sama-sama turun dari mobil dan saling berdekatan.
"Terimakasih ya Kak Leon sudah mengantar aku pulang. Kakak hati-hati ya di jalan," ucap Allea.
"Iya sama-sama Al. Oh iya Al, boleh nggak kalau aku minta nomor WhatsApp kamu," ucap Leo.
"Oh, iya boleh Kak," jawab Allea lalu memberikan nomor WhatsApp-nya tersebut.
Di saat itu ternyata ada Samuel yang sudah menunggu Allea sedari tadi di depan teras kediaman keluarga Wijaya. Ia begitu murka melihat sang istri yang pulang diantar oleh pria lain meskipun dengan mobil yang berbeda.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments