BAB 15

Pria itu melihat ke arah Grizzla lalu melihat Zeiro.

Ia memandang Zeiro tajam. 'Kenapa Grizzla melihatnya malah senang di banding aku? Memangnya apa keistimewaan dari pria itu? Kelihatan sekali dia adalah orang miskin, makan di sini saja pasti mengumpulkan gaji beberapa bulan,' batin pria itu tersenyum sinis.

Pria paruh baya yang berjas itu membuka kotak cincin permata berlian itu dan memberikan kepada anak laki-lakinya.

Pria itu pun mengambil kotak cincin tersebut lalu mengambil cincinnya, ia tersenyum melihat Grizzla akan tetapi Grizzla tidak suka melihatnya.

"Berikan tanganmu," pinta pria itu mengulurkan tangannya. Grizzla menatap pria itu sendu, ia tak juga mengulurkan tangannya. Rasanya ia tak ingin cincin berlian itu ada di jarinya.

Pria itu mengangkat alisnya melihat ke arah Grizzla.

"Hm … itu … bisakah aku minta persyaratan terlebih dahulu sebelum aku menerima lamaran ini," ucap Grizzla.

Wajah pria itu berubah. "Baiklah, katakan persyaratannya," ucap pria itu setuju meskipun ia sedikit keberatan, ia tidak mungkin menolak permintaan Grizzla di hadapan orang tuanya.

"Meskipun kita sudah bertunangan, aku tidak ingin di batasi berteman dengan siapa pun, berhubungan aku masih anak sekolah, tentu saja aku akan banyak tugas, aku harap biarkan aku belajar dengan tenang, jangan jadikan pertunangan ini sebagai ikatan yang membuat aku tidak bisa bertemu dengan teman-teman ku. Karena aku juga tidak akan membatasi mu berteman dengan siapa pun," ucap Grizzla serius.

Mendengar itu, pria itu benar-benar sangat keberatan, yang ia inginkan adalah ia selau bersama Grizzla, ia tidak ingin gadis secantik Grizzla jatuh ke tangan pria lain, Grizzla adalah tipe wanita yang ia incar, bukan hanya cantik, tubuh tinggi langsing bak model, ia juga terlahir dari keluarga kaya.

Pria itu punya sifat cemburuan, ia juga tak mau jika Grizzla di dekati oleh teman prianya, rasanya tidak mungkin jika Grizzla tidak punya teman laki-laki, mereka pasti akan menyukai Grizzla, ia takut jika diam-diam Grizzla berpacaran dengan teman laki-lakinya itu dan mereka kawin lari.

"Aku tidak bisa menerimanya," jawab pria itu menolaknya.

"Heh! Kalau begitu tidak ada pertunangan," jawab Grizzla tersenyum sinis, hatinya sangat bahagia saat mendengar ucapan pria itu.

"Yudi! Apa-apaan kamu! Terima saja permintaanya, ini demi kebaikan kalian berdua!" bentak papanya.

"Karena dia sudah tidak menerimanya maka tidak ada yang perlu di bicarakan," ucap Grizzla mengambil tas kecilnya dan berdiri. Ia menundukkan kepala memberi hormat dan perjalan pergi.

"Grizzla, aku terima permintaan mu!" ucap Yudi dengan suara lantang.

"Aku sudah memberimu kesempatan tadi, tapi kau sia-siakan kesempatan itu, jika kau plin-plan begini, bagaimana kedepannya nanti," jawab Grizzla tersenyum.

"Grizzla! Aku akan terima semua permintaan mu tadi, aku janji akan memenuhi permintaan mu itu tanpa menuntut mu," ucap Yudi memohonkan.

"Benar Nak, terimalah dia," ucap papa Grizzla.

Grizzla menggeleng. "Tidak Pa, aku juga punya harga diri yang tinggi, aku akan menerima pria yang konsisten dengan ucapannya dan tidak plin-plan, aku juga tak mau jika orang itu terpengaruh oleh apapun, aku hanya mau pria yang selalu mengikuti kata hatinya. Jika kamu masih terpengaruh oleh faktor luar lebih baik kau berpikir saja dulu," ucap Grizzla.