Bab 19 : Perceraian

Dua hari kemudian...

Seperti hari hari biasa kesibukan kembali terjadi di salah satu bangsal di rumah sakit terbesar di kota M.Residen neurologi dan perawat berseliweran sejak pagi, keluar masuk kamar pasien memberikan tindakan kedokteran ataupun keperawatan.

Namun di nurse station seorang dokter tampan yang sedari pagi sudah datang, nampak selalu mengarahkan pandangannya ke arah pintu masuk, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

Devi yang baru saja duduk di samping Abian tau kalau dokternya itu tengah menunggu Rayya, sudah menjadi rahasia umum di departemen neurologi kalau dokter Abian memiliki kedekatan khusus dengan koordinator ruangan mereka.

"Kak Rayya terlambat dok. " Ujar Devi walaupun Abian tidak bertanya padanya.

Abian menoleh ke arah Devi.

"Pasti sangat penting, karena dia bukan tipe yang suka minta ijin keluar atau terlambat bila bukan untuk keperluan mendadak." kata Abian kembali fokus pada berkas rekam medis pasien yang berada di depannya.

"Iya dok,kak Rayya ke pengadilan agama,hari ini sidang pertama perceraian nya."Devi berbicara sambil menunduk, menandakan kesedihan yang dia rasakan untuk sahabatnya itu.

Abian yang sementara menulis tanpa sengaja menjatuhkan pena yang sementara dia gunakan, dan menoleh kembali melihat Devi yang sedang menunduk.

" A.. apa yang kamu katakan barusan? "Abian mencoba memperjelas indera pendengarannya.

" Kak Rayya akan bercerai dengan suaminya dokter.."Devi terpaksa harus mengulang perkataan nya lagi atas permintaan Abian.

Abian bingung,banyak sekali kejadian yang dia lewatkan seminggu ini.

"Apa sebenarnya yang terjadi selama aku pergi sus?! "

Seminggu ini Abian memang tidak berkeliaran di sekitar lingkungan rumah sakit, dia harus ke Singapura untuk pertemuan bisnis menggantikan ayahnya yang sedang sakit.

"Coba Sus Devi ceritakan padaku.. " pinta Abian.

"Hhhhhh..... " Devi menghela nafasnya kasar.

"Kak Rayya memergoki suaminya sedang berselingkuh, bukan hanya kak Rayya sih, aku pun melihatnya." Devi berhenti sesaat kemudian melanjutkan kembali.

"Dan yang membuatku nggak abis pikir dok, kok bisa ya Kak Rayya nggak ngelabrak wanita kurang ajar itu, kalau aku jadi dia pasti sudah ku cabuti semua rambut jeleknya itu. " Devi mendengus dan terlihat geram kala mengingat kejadian tempo hari.

"Astagfirullah.. "Abian sampai menggeleng gelengkan kepalanya.

"Bagaimana mungkin kamu nggak mengenali kepribadian Rayya, aku aja yang baru beberapa bulan kenal dengannya sangat paham apa yang ada di dalam otaknya. " ujar Abian tersenyum.

"Aku tau dia pasti sangat terluka tapi kak Rayya lebih memilih untuk tetap diam, di sakiti dan di khianati tapi dia lebih memilih kedamaian dari pada dendam, karena dia tahu cara untuk menenangkan badai dalam dirinya.membalas lebih kejam untuk apa yang di rasakan sangat mampu dia lakukan, tapi dia terlalu berkelas untuk melakukan itu. dia lebih memilih fokus untuk memperbaiki dirinya."lanjutnya lagi.

"hidup itu bukan untuk membalas yang buruk dengan yang buruk, tapi bagaimana mencoba membalas yang buruk dengan yang baik, tidak perlu menaruh dendam, cukup jalani semua dengan tersenyum, dan biarkan karma melakukan tugasnya dengan baik. karena yang melukai akan terluka pada akhirnya.kamu pasti tau kalau hukum tabur tuai itu ada bukan? " jelasnya sambil tersenyum tipis pada Devi.

Devi sampai tidak berkedip menatap Abian.dengan melirik ke kiri dan ke kanan, takut ada orang yang akan mendengar, dia mendekat ke arah Abian dan berbisik di dekat telinganya.

"Apa dokter begitu mencintai kak Rayya? "Abian kaget bukan main mendengar semua perkataan Devi.

"Huusssshhh, kalau bicara tuh pake filter dong sus."Abian salah tingkah."Sekentara itukah,apa mereka semua bisa melihatnya dengan jelas? " batin Abian.

"Bukan begitu dok,suaminya aja nggak seperhatian itu, bagaiamana kami nggak curiga sama dokter? "

Devi berpikir sejenak, melihat mood dokter Abian yang tidak buruk hari ini,dia mencoba memberikan sebuah pertanyaan lebih tepatnya sih jebakan.

"Tapi dok, seandainya dokter belum menikah, apa pertanyaanku tadi nggak akan berlaku untuk dokter? " Tanya Devi penuh selidik.

"Itu.. Mmm.. "

"Assalamu'alaikum semuanya.. " sapa Rayya begitu masuk dan bergabung dengan teman temannya yang tengah sibuk dengan pekerjaan masing masing.

"Waalaikum salam. " jawab mereka hampir bersamaan, termasuk Abian yang memberikan senyum kepada Rayya.

"Selamaaaatttt.. "kata Abian dalam hati sambil memegang dadanya dengan tangan kanan,dia merasa terselamatkan karena Rayya mencul di saat yang tepat, jadi dia tidak perlu susah susah menjawab pertanyaan Devi yang tentu saja akan memojokkan nya.

"Hai kak Ray.. " sapa Abian.

Rayya tersenyum menanggapi sapaan dokter Abian.

"Udah lamaa dok.. "tanya Rayya lalu duduk di depan komputer, sedikit berjauhan dengan Abian.

" Nggak juga.. "jawabnya singkat sambil menatap ke arah mana Rayya akan duduk." kenapa duduknya di sana, biasanya juga di dekatku."kesal Abian.

Tanpa banyak bicara lagi, Rayya langsung tenggelam dengan kesibukannya, memperhatikan di layar semua pemeriksaan penunjang pasien yang sedang butuh penanganan khusus, seakan dia tidak memiliki masalah pribadi apapun.sungguh sangat profesional.

"Dok, pasien yang di bed tujuh itu mau di ct scan atau sekalian MRI? " tanya Rayya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Abian duduk.

Tidak ada jawaban, semenit kemudian Rayya berbalik,dia kaget bukan main saat Abian menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Rayya,hampir saja hidung mereka bersentuhan,refleks Rayya mundur.

"Astagfirullah.. dokter!!! dokter mengagetkan ku !!!! "

"Masa sih,,,, " ujar Abian cuek, padahal jantungnya sudah berdetak tidak karuan karena hampir saja bibirnya menyentuh bibir Rayya.

"Hhhmmmm..... "Abian berdehem.. mencoba menetralkan perasaannya.

" Kok pindah..."Rayya penasaran, karena Abian tiba tiba sudah duduk di sampingnya membawa beberapa berkas rekam medis yang masih tersisa belum di isi.

"Takut kesambet, perawatnya ngilang satu satu... "jawabnya enteng tanpa merasa terbebani.

Rayya menoleh dan menatap ke sekitar ternyata di nurse station itu hanya dia dan Abian yang masih tersisa,beberapa perawat dan residen yang tadi bersama mereka sepertinya sedang sibuk dengan tugas pokoknya masing masing.

" Oooooo.... "

"Itu pasiennya dokter yang di bed tujuh mau di apain?aku kan harus nge jadwalin dulu buat pemeriksaannya.

Abian memiringkan tubuhnya dan menatap ke layar komputer yang berada di depan Rayyana, sampai Rayya harus bergeser sedikit agar Abian tidak terlalu dekat dengannya.

Bau maskulin yang bersumber dari parfum Abian menusuk indra penciuman Rayya, bisa di bayangkan sedekat apa posisi mereka sekarang.

" Sekalian di MRI aja kak Ray.. "ujar Abian lalu kembali ke posisinya semula.Rayya tidak menjawab,masih terpaku dengan apa yang baru saja terjadi.

" uuuuhhhhh.. "Rayya menghembuskan nafas yang sejak tadi tertahan.

" Kak Ray.. "Abian memanggil Rayya, tapi panggilan itu tetap di abaikan olehnya.

" Kak Rayyy....!!!! panggil Abian untuk yang kedua kalinya dengan suara yang lebih keras.

"Aaaa... dokter memanggilku,,, " jawab Rayya bingung.

"Nggak tuh, aku panggilnya si Acha... " Abian kesal sendiri dan mengkambing hitam kan Acha yang tiba tiba muncul entah dari mana.

"Cha.. Acha.. di panggil dokter nih." Rayya malah berteriak membuat Abian harus memijit keningnya dengan dua jari saking pusingnya. "ya ampun Rayyana,, dah lah,,, aku pusing. " kesalnya dalam hati.

"Eike dok,kangen ya ama Acha,bidadari paling syantik milik Departemen neurologi." Acha mendekat, dan berdiri di samping Abian.

Rayya beranjak dari duduknya,dia tidak ingin tertawa melihat wajah frustasi Abian.

"Aku ke toilet dulu." pamit Rayya saat melihat Abian bertanya melalui sorot matanya.

Mau tidak mau dia harus meladeni Acha yang sudah seperti ulat bulu,menempel dan meliuk liuk saat berbicara membuatnya bertambah pusing.

Karena lelah mendengarkan celotehan Acha yang tidak ada habisnya, Abian akhirnya merogoh kantong snelli dokternya dan memberikan beberapa lembar uang pada Acha.

"Acha nggak lagi sibukkan? ini.. " sambil memberikan uang."Aku haus, bisa tolong beliin minum di depan, sekalian tanyain temennya mau minum apa, aku yang bayarin."

"Aaassiiaapppp dok.. " Acha melangkah dengan riang, seperti baru mendapat uang jajan dari sang ayah. baru beberapa langkah,Abian memanggilnya kembali.

"Beliin aku ama Kak Rayya rasa strawberry ya.. jangan lupa es nya dikit."

"Ok dok.. "

Devi yang tidak sengaja mencuri dengar perkataan Abian langsung tersenyum.

"Mulut nya aja yang bohong, tapi tidak dengan hatinya, sayang dokter sudah menikah.. " batin Devi.

...****************...

Terpopuler

Comments

Gamar Abdul Aziz

Gamar Abdul Aziz

lanjut

2024-10-11

1

sherly

sherly

Acha bidadari yg sayapnya patah 3 trus nyungsep ke rawa2... hahhahah

2024-06-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Pertemuan pertama
2 Bab 2 : Acuh
3 Bab 3 : Rayyana Adistira Hutomo
4 Bab 4 : Ternyata dia wanita pendiam
5 Bab 5 : Mulai berubah
6 Bab 6 : Ada apa dengan hatiku?
7 Bab 7 : Nyaman
8 Bab 8 : Hadiah kecil untuk Almyra
9 Bab 9 : Hadiah kecil untuk Almyra 2
10 Bab 10 : Kemarahan Reza
11 Bab 11 : Perhatian Abian
12 Bab 12 : Kesibukan Rayyana
13 Bab 13 : Seperti orang asing
14 Bab 14 : Kecurigaan hilya
15 Bab 15 : Tertangkap basah
16 Bab 16 : Mertua dan adik ipar
17 Bab 17 : Keputusan Rayya
18 Bab 18 : Jatuhnya talak
19 Bab 19 : Perceraian
20 Bab 20 : Perceraian 2
21 Bab 21 : Bertahan menjadi teman?
22 Bab 22 : Semakin dekat
23 Bab 23 : Pregnant
24 Bab 24 : Menjaga jarak
25 Bab 25 : Bertemu bunda Dewi
26 Bab 26 : Sakit
27 Bab 27 : Curhat Rayyana
28 Bab 28 : Abian vs Rayya
29 Bab 29 : murka Jelita
30 Bab 30 : Pertemuan Rayya dan Lita
31 Bab 31 : pertemuan Rayya dan Lita bag. 2
32 Bab 32 : Susah melepaskan
33 Bab 33 : Kebersamaan Abian dan Rayya
34 Bab 34 : Jangan mengujiku
35 Bab 35 : Pengakuan
36 Bab 36 : Feed back
37 Bab 37 : Keputusan Rayya
38 Bab 38 : Abian Marah
39 Bab 39 : Resign
40 Bab 40 : Pamit yang tak kau ketahui
41 Bab 41 : Resign bag. 2
42 Bab 42 : Nasehat kakak ipar
43 Bab 43 : Baru tersadar
44 Bab 44 : Sekarang Abian tau
45 Bab 45 : Tempat kerja baru
46 Bab 46 : Alfian murka
47 Bab 47 : Rencana Alfian
48 Bab 48 : Awal kehancuran
49 Bab 49 : Sedikit tentang Rayyana
50 Bab 50 : Akhirnya bunda Dewi tau
51 Bab 51 : Kunjungan ke rumah tuan Adnan
52 Bab 52 : Talak untukmu,Jelita Maharani
53 Bab 53 : Karma mulai datang
54 Bab 54 : Mencoba menerima keadaan
55 Bab 55 : Kota S
56 Bab 56 : Bertemu CEO Grahatama grup
57 Bab 57 : Curhat Abian
58 Bab 58 : Pertemuan
59 Bab 59 : Pertemuan 2
60 Bab 60 : Pertemuan 3
61 Bab 61 : Aku sangat merindukanmu
62 Bab 62 : Tamu?
63 Bab 63 : lamaran
64 Bab 64 : Lamaran 2
65 Bab 65 : Ghifari vs Abian
66 Bab 66 : Aku terima lamaranmu
67 Bab 67 : Insiden
68 Bab 68 : Fitting
69 Bab 69 : Rayya dan Almyra
70 Bab 70 : Satu tarikan nafas
71 Bab 71 : Wedding day
72 Bab 72 : Kehidupan baru
73 Bab 73 : Berbelanja dengan mertua
74 Bab 74 : Hamil ?
75 Bab 75 : Dua garis merah
76 Bab 76 : Hiperemesis Gravidarum
77 Bab 77 : Kesempatan emas
78 Bab 78 : Kebersamaan Rayya dan Myra
79 Bab 79 : Sang mantan suami
80 Bab 80 : Ghifari Hutomo
81 Bab 81 : Kebersamaan
82 Bab 82 : Kunjungan
83 Bab 83 : Selamat datang baby Zan
84 Bab 84 : Rumah baru
85 Bab 85 : Damien kembali
86 Bab 86 : Berusaha memiliki hatinya kembali
87 Bab 87 : Ternyata
88 Bab 88 : Tiga anak cukup
89 Bab 89 : Akhir bahagia (END)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1: Pertemuan pertama
2
Bab 2 : Acuh
3
Bab 3 : Rayyana Adistira Hutomo
4
Bab 4 : Ternyata dia wanita pendiam
5
Bab 5 : Mulai berubah
6
Bab 6 : Ada apa dengan hatiku?
7
Bab 7 : Nyaman
8
Bab 8 : Hadiah kecil untuk Almyra
9
Bab 9 : Hadiah kecil untuk Almyra 2
10
Bab 10 : Kemarahan Reza
11
Bab 11 : Perhatian Abian
12
Bab 12 : Kesibukan Rayyana
13
Bab 13 : Seperti orang asing
14
Bab 14 : Kecurigaan hilya
15
Bab 15 : Tertangkap basah
16
Bab 16 : Mertua dan adik ipar
17
Bab 17 : Keputusan Rayya
18
Bab 18 : Jatuhnya talak
19
Bab 19 : Perceraian
20
Bab 20 : Perceraian 2
21
Bab 21 : Bertahan menjadi teman?
22
Bab 22 : Semakin dekat
23
Bab 23 : Pregnant
24
Bab 24 : Menjaga jarak
25
Bab 25 : Bertemu bunda Dewi
26
Bab 26 : Sakit
27
Bab 27 : Curhat Rayyana
28
Bab 28 : Abian vs Rayya
29
Bab 29 : murka Jelita
30
Bab 30 : Pertemuan Rayya dan Lita
31
Bab 31 : pertemuan Rayya dan Lita bag. 2
32
Bab 32 : Susah melepaskan
33
Bab 33 : Kebersamaan Abian dan Rayya
34
Bab 34 : Jangan mengujiku
35
Bab 35 : Pengakuan
36
Bab 36 : Feed back
37
Bab 37 : Keputusan Rayya
38
Bab 38 : Abian Marah
39
Bab 39 : Resign
40
Bab 40 : Pamit yang tak kau ketahui
41
Bab 41 : Resign bag. 2
42
Bab 42 : Nasehat kakak ipar
43
Bab 43 : Baru tersadar
44
Bab 44 : Sekarang Abian tau
45
Bab 45 : Tempat kerja baru
46
Bab 46 : Alfian murka
47
Bab 47 : Rencana Alfian
48
Bab 48 : Awal kehancuran
49
Bab 49 : Sedikit tentang Rayyana
50
Bab 50 : Akhirnya bunda Dewi tau
51
Bab 51 : Kunjungan ke rumah tuan Adnan
52
Bab 52 : Talak untukmu,Jelita Maharani
53
Bab 53 : Karma mulai datang
54
Bab 54 : Mencoba menerima keadaan
55
Bab 55 : Kota S
56
Bab 56 : Bertemu CEO Grahatama grup
57
Bab 57 : Curhat Abian
58
Bab 58 : Pertemuan
59
Bab 59 : Pertemuan 2
60
Bab 60 : Pertemuan 3
61
Bab 61 : Aku sangat merindukanmu
62
Bab 62 : Tamu?
63
Bab 63 : lamaran
64
Bab 64 : Lamaran 2
65
Bab 65 : Ghifari vs Abian
66
Bab 66 : Aku terima lamaranmu
67
Bab 67 : Insiden
68
Bab 68 : Fitting
69
Bab 69 : Rayya dan Almyra
70
Bab 70 : Satu tarikan nafas
71
Bab 71 : Wedding day
72
Bab 72 : Kehidupan baru
73
Bab 73 : Berbelanja dengan mertua
74
Bab 74 : Hamil ?
75
Bab 75 : Dua garis merah
76
Bab 76 : Hiperemesis Gravidarum
77
Bab 77 : Kesempatan emas
78
Bab 78 : Kebersamaan Rayya dan Myra
79
Bab 79 : Sang mantan suami
80
Bab 80 : Ghifari Hutomo
81
Bab 81 : Kebersamaan
82
Bab 82 : Kunjungan
83
Bab 83 : Selamat datang baby Zan
84
Bab 84 : Rumah baru
85
Bab 85 : Damien kembali
86
Bab 86 : Berusaha memiliki hatinya kembali
87
Bab 87 : Ternyata
88
Bab 88 : Tiga anak cukup
89
Bab 89 : Akhir bahagia (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!