Bab 3

Pagi telah datang, hari yang baru akan dimulai. Hari ini adalah hari kelulusan dari seorang remaja cantik bernama Tsaniya Moza. Atau biasa dipanggil Moza, seorang gadis cantik dan ceria. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya adalah laki-laki dan dia adalah anak perempuan satu-satunya. Jika di sebagian keluarga menjadi gender satu-satunya akan menjadi anak kesayangan, maka lain hal nya dengan Moza. Ia tak pernah mendapatkan keistimewaan apapun dan juga kasih sayang yang sama dari orangtuanya. Karena ia dianggap tidak berguna oleh mereka, sebab ia adalah anak perempuan.

Di keluarganya, hanya anak laki-laki lah yang pantas menjadi penerus keluarga. Sedangkan anak perempuan, mereka dianggap hanya sebuah beban, mereka seolah lupa dari mana mereka dilahirkan. Untuk itu, Moza selalu mendapatkan perlakuan yang berbeda dari ayahnya. Jika kakak-kakaknya akan mendapatkan semua fasilitas dan tak kekurangan apapun, lain halnya dengan Moza yang hanya mendapatkan pemberian alakadarnya. Untuk itu, saat Jupiter memberikan uang padanya ia merasa sangat senang. Karena selama ini meskipun ia adalah anak orang kaya, ia tak pernah mendapatkan uang sebanyak itu.

Sedangkan ibunya Moza, ia tidak bisa berbuat banyak karena semua kendali dipegang oleh suaminya. Ia hanya menangis dalam diam melihat putrinya mendapatkan perlakuan berbeda dari ayahnya.

"Selamat pagi semuanya," sapa Moza, meskipun semua orang tidak ada yang menyahutnya akan tetapi Moza tetap menyapa mereka semua. Hanya ibunya saja yang selalu tersenyum dan bersikap hangat padanya.

"Pagi sayang, bagaimana apa kau sudah siap?" tanya Denisa, ibunya Moza .

"Iya Mah, apa Mamah mau datang?" tanya Moza.

"Hari ini Mamah mu akan menemani Papa pergi ke pembukaan perusahaan," jawab Hendrik ayah Moza. Ingin kecewa tapi ia sudah terbiasa.Bukan hal yang aneh jika Moza tidak pernah diperhatikan, bahkan di hari kelulusannya saja ibunya dilarang hadir.

"Oh ya sudah, tidak apa-apa." jawab Moza dengan wajah yang terlihat biasa dan tidak memperlihatkan kesedihannya. Ia tidak mau terlihat lemah di mata ayahnya. Ia tidak ingin Hendrik menganggapnya sebagai orang yang lemah. Semakin Hendrik menyepelekannya, maka Moza akan semakin kuat.

"Aku tidak akan bersedih apalagi menangis dihadapanmu, penyihir jahat,' gumam Moza dalam hati.

Sebagai seorang ibu, tentu Denisa merasa sangat bersedih melihat putrinya tidak mendapatkan hak yang sama. Namun, apa boleh buat ia hanyalah seorang yang lemah dihadapan suaminya. Bahkan ia tidak mampu membela putrinya sendiri di hadapan suaminya sendiri.

"Maafkan Mamah ya Moza, jadwalnya memang bersamaan. Jadi Mamah tidak bisa datang," ucap Denisa dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa Mah, santai saja. Lagi pula ini hanya kelulusan saja." jawab Moza.

"Apa kau sudah memilih universitasnya sayang?" tanya Denisa.

"Belum," jawab Moza sambil menyuapkan rotinya.

"Seharusnya kau contoh kakak-kakak mu, mereka bahkan sudah memilihnya dari jauh-jauh hari. Dan dipikirkan secara matang universitas mana yang akan dipilih," ucap Hendrik. Moza menghembuskan napas kasar, kenapa ia selalu dibandingkan dengan orang-orang kesayangan ayahnya ini.

"Itu karena aku masih ragu, apa jika nanti aku meneruskan pendidikan. Apa hidupku akan berubah menjadi orang yang berguna atau hanya sebagai pelengkap saja."

"Moza!" sentak Hendrik.

"Aku berangkat dulu

*

*

*

"Tuan, apakah anda sudah siap?" tanya Alex.

"Hemm ... cepatlah aku ingin segera menyelesaikan tugas ini." jawab Jupiter. Hari ini Jupiter akan mengunjungi sekolah SMU BRAMANA, karena hari ini adalah hari kelulusan sekolah itu. Ia akan datang untuk memberikan motivasi kepada murid-murid di sana. Hal yang sangat membosankan, akan tetapi kini tugas itu sudah ia emban karena hampir tujuh puluh persen kekayaan keluarga Bramana sudah dipegang oleh Jupiter.

Mobil yang ditumpangi oleh Jupiter kini sudah sampai di sekolah, banyak para siswi perempuan yang takjub saat melihat kedatangan Jupiter di sana. Bagaimana tidak, secara fisik Jupiter itu sangat sempurna. Ia tampan, gagah dan juga sangat berkharisma. Tanpa ada orang yang tahu tentang kekurangannya.

Para antusias para siswi perempuan itu terhadap Jupiter, sebenarnya membuat hati manusia planet itu sangat miris. Akankah mereka masih menyukai Jupiter, jika tahu pria tampan ini memiliki gagang sapu yang selalu tidur tampan di tempat persembunyiannya. Sudah pasti mereka akan mundur langsung, karena seorang pria dengan kondisi sepertinya itu sama sekali tidak ada artinya di mata siapapun. Sungguh menyedihkan ...

Saat lamunannya sedang tertuju pada gagang sapunya yang tidak berfungsi, ada suara cempreng yang tak asing terdengar di telinganya. Jupiter merasa jika ia pernah mendengar suara itu, tapi dimana pikirnya.

"Hei Paman-paman yang tampan dan seksih, kalian sedang apa di sini? Jangan bilang kalau kalian sedang mencariku?" ucap Moza pada Jupiter dan juga Alex.

Jupiter mengernyit heran melihat gadis kecil dihadapannya ini, "Apa aku mengenalmu, bocah?" tanya Jupiter.

"Aihhh, baru semalam kita bertemu tapi hari ini kau sudah melupakan aku Paman. Hatiku tercubit mendengarnya," ucap Moza dengan memasang wajah sedih. Alex langsung membisikkan sesuatu pada Jupiter. Jupiter pun langsung memandang ke arah Moza.

"Kau bocah semalam? Bagaimana jualanmu apa lancar?" tanya Jupiter, membuat Moza terbahak-bahak. Ia jadi merasa lucu semalam ia diberi uang oleh Jupiter untuk berjualan kuota.

"Aku baru mau mulai berjualan hari ini," jawab Moza sekenanya.

"Baguslah, semoga lancar." ucap Jupiter tulus.

"Iya terima kasih atas modal usahanya, oh ya sedang apa kalian berdua di sini? Apa ada anak atau keponakan kalian yang sekolah di sini?" tanya Moza.

"Tidak, Tuan Muda datang kemari untuk memberikan motivasi kepada murid-murid yang lulus hari ini." jawab Alex, Moza pun mengangguk paham. Berarti dia adalah pemilik sekolah ini.

"Sayangnya motivasi yang akan paman berikan tidak akan berpengaruh padaku," jawab Moza.

"Kenapa?" tanya Jupiter penasaran, ia bahkan belum mengatakan apapun, akan tetapi gadis sini sudah mengatakan jika motivasinya tidak akan berlaku apapun pada dirinya.

"Karena aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya," jawab Moza, yang sudah putus asa karena merasa percuma dengan apa yang akan ia lakukan. Karena apapun itu Hendrik tidak akan pernah bangga kepadanya. Jupiter yang menganggap jika Moza gadis yang tidak mampu merasa kasihan.

"Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Jupiter.

"Jika saja ada pria yang mau menikah denganku, maka aku akan memilih menikah saja. Setidaknya, aku tidak perlu lagi merepotkan orang tuaku karena ada suamiku yang menjamin hidupku,"

"Apa!!!"

"Oh astaga, kau bahkan belum matang tapi sudah memikirkan untuk menikah!" ucap Jupiter.

"Siapa bilang aku belum matang, aku bahkan sudah bisa memproduksi bayi jika Paman mau menikahiku!"

"Oh ya ampun," masalahnya justru ada pada yang Jupiter yang tidak bisa memproduksi bayi karena gagang sapunya yang betah dengan tidur tampannya.

***

Maaf kalau slow update ya, Miminnya masih sakit 🥺🤕

Terpopuler

Comments

Selvianti María

Selvianti María

😀😀😀😀😀 yang bener saja tu, kalo sama moza ntar gagang sapunya berdiri tegak

2025-03-08

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

dibalik cerianya Moza...bnyk luka yg disimpan

2023-12-25

1

Rara Kusumadewi

Rara Kusumadewi

moza to the point ngomong nya

2023-11-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!