Setelah mengikuti Fira sampai ke kantor dimana Ai bekerja Davier pun kembali ke kampus. Ia kembali mengajar, tetapi ia tak bisa fokus untuk mengajar. Di dallam pikirannya hanya ada Ai. Ntah dimana dan bagaimana kondisinya saat ini. Davier akhirnya selesai mengajar. Ia kemudian mengecek Handphonenya ternyata ada notifikasi pesan dari Aira.
Princess Aira❤
Maaf aku baru ngabarin.
Maaf juga aku ga masuk
kelas kamu sampe kelar.
Princess Aira❤
Aku tiba-tiba ada urusan.
Aku lagi banyak kerjaan.
Kalo kamu mau balik duluan aja.
Princess Aira❤
Aku ntar pulangnya naik taksi aja.
Kamu ga perlu khawatir aku okay kok.
Sampai jumpa besok ya.
Me
Kamu sekarang dimana?
Princess Aira❤
Aku di rumah sakit.
Me
Ngapain?
Princess Aira❤
Kan aku udah cerita pagi tadi.
Aku mau kasi semangat buat
anak- anak pengidap Kanker
yang mau menjalani kemoterapi.
Me
Oh ya udah.
Nanti aku kesana.
Princess Aira❤
Loh kan aku bilang ga perlu.
Aku naik taksi aja pulangnya.
Me
Ga ada penolakkan
Kalo kamu ga mau
aku ga akan maafin.
Princess Aira❤
Loh kok gitu sih😏
Ga adil banget.
Kan aku udah minta maaf
Me
Aku On The Way.
Ga ada penolakkan.
Atau aku kasi hukuman
dan bakal aku laporin ke
Ayah kamu😎
Princess Aira❤
Ih kok kamu jahat sih
Kamu tega
Kamu nyebelin.
Davier hanya membaca pesan dari Aira sambil tersenyum. Ia pun menuju ke parkiran. Sampainya ia di parkiran, dia masuk ke mobil dan melajukan mobilnya. Ia akan menemui Ai di rumah sakit.
Di rumah sakit Ai sudah merasa lebih baik daripada sebelumnya. Ia memberi kabar kepada Davier. Namun ia dibuat kesal denagn respon yang Davier berikan. Ia berdak sebal.
Nayla memasuki ruang kerjanya. Dia melihat raut wajah Ai yang kusut seperti baju yang belum di setrika pun menghampirinya.
"Kamu kenapa Ai?" tanya Nayla.
"Kesal sama Davier kak." balas Ai.
"Loh, kenapa?" tanya Nayla lagi penasaran.
"Dia maksa, dan dia selalu bilang GA ADA PENOLAKKAN." ucap Ai sambil memberikan penekanan pada kalimat Ga ada pennolakkan.
"Hahaha, seharusnya kamu bersyukur dia peduli dan sayang sama kamu. Ai dia pria yang baik." nasihat Nayla.
"Au tau kak, tapi sejak pagi ini aku dia banyak berubah. Dia buakn seperti Davier waktu pertama kali aku kenal." jelas Ai.
"Seperti wanita, pria juga punya sisi lain dari dirinya Ai." ucap Nay.
"Kak Nay bisa aja deh." ucap Ai.
"Nay kita ada relawan baru, dia baik dan sayang banget sama anak-anak di sini. Anak-anak suka sama kehadiran dia." ucap Nayla.
"Bagus dong kak. Ketika aku uda ga ada di dunia ini dia bakal gantiin aku." ucap Ai lirih.
"Ai, udah berapa kali aku bilang kamu harus tetap optimis." ucap Nayla.
"Gimana aku bisa optimis kak, kalau memang nyatanya umur aku ga lama lagi. Bahkan aku ga tau bisa atau ga membahagiakan dia nantinya." ucap Ai dengan mata yang berkaca-kaca. Nayla berusaha untuk menenangkan Ai.
"Berhenti untuk mengeluh dan bersedih, bukankah bahagia milik semua orang? Itu kan yang selalu kamu katakan pada aku." ucap Nayla sembari mendekap Ai dalam pelukkannya.
"Kamu yang selama ini berusaha kuat dan tegar. Kamu yang selama ini memberikan semangat kepada mereka. Lalu kenapa kamu harus bersedih Ai. Kamu sendiri yang mengatakan kamu bahagia jika kamu bisa membantu dan melihat sinar kebahagiaan di wajah mereka." ucap Nayla lagi.
"Kak Nay benar, kenapa aku menjadi lemah begini. Aku harus tetap kuat untuk mereka." ucap Ai sembari melepaskan pelukkan dan menyeka air matanya.
"Nah gitu dong, ini baru Aira yang aku kenal." ucap Nayla dengan cengirannya.
"Oh ya Mas Febri mana kak?" tanya Ai.
"Lagi ada pasien, kenapa kamu cari dia?" tanya Nayla.
"Ga papa, cuma mau ngunci mulutnya aja. Ntar ember lagi. Dia kan dokter tengil bin jahil." ucap Ai. Nayla yang mendengar Ai menggerutu hanya bisa terkekeh.
Davier telah sampai di parkiran rumah sakit. Ia masuk dan menemui perawat yang sedang berjaga untuk menayakan ruang kerja Nayla.
"Permisi, ruangan Dokter Nayla dimana ya?" ucap Davier. Perawat itu ingin menjawab namun terpotong ketika di sahut oleh Dokter lain yang tak lain adalah Febri.
"Ada keperluan apa mencari Dokter Nayla?" tanya Febri sambil merangkul jas dokter di lengannya.
"Saya ingin menjemput Aira, dia mengatakan bahwa dia ada di ruangan Dokter Nayla." jelas Davier.
"Oh, kamu Davier, calon suami Aira kan. Kalau begitu mari ikut saya, kebetulan saya mau ke ruangan Nay." ucapnya.
Febri dan juga Davier berjalan memasuki lift. Di dalam lift hanya ada keheningan. Febri pun membuka pembicaraan.
"Gue harap, lo bisa jaga Ai dengan sepenuh hati lo, sama seperti lo menjaga orang-orang terdekat lo." ucap Febri.
"Saya usahakan." balas Davier singkat.
"Apa kamu serius dengan perjodohan ini?" tanya Febri sembari mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
"Maksudmu?" tanya Davier tidak mengerti dengan pertanyaan Febri.
Febri hanya memperlihatkan senyuman simpul di wajahnya. Selang beberapa waktu lift pun terbuka. Mereka pun kelur dari lift. Davier memberi tatapan kepada Febri seakan ia meminta jawaban atas pertanyaannya. Namun tidak di hiraukan oleh Febri.
Mereka sampai di depan pintu ruangan Nayla. Febri menarik knop pintu lalu mereka pun masuk. Tidak ada siapapun di sana. Febri pun mengempaskan tubuhnya ke sofa yang ada di ruangan tersebut. Dia memimta Davier untuk duduk di sofa tersebut.
Sepuluh menit mereka telah berada di ruangan tersebut. Di waktu itu pula hanya ada keheningan tidak ada pembicaraan sama sekali. Tiba-tiba pintu terbuka memperlihatkan Nayla dan juga Ai mereka pun masuk.
"Loh, kalian uda lama nunggu yaa?" tanya Nayla.
"Ga kok Kak." jawab Davier yang kemudian menatap ke arah Ai.
"Lama banget tau, darimana bukannya lo bilang ga ada pasien lagi kan." ucap Febri.
"Dari minimarket depan beli camilan." balas Ai kesal. Ai memang tidak bisa akur dengan Febri layaknya ia tak bisa akur dengan Arrayn.
"Eh nih bocah ngegas amat sih, lagi PMS yak?" ledek Febri.
"Febri, lo tu ya suka banget sih iseng sama Ai." ucap Nayla.
"Lo tu ya Mas, bisanya cuma gangguin gue aja. Ga jauh ama si Arrayn. Ya udah deh kak Ai mau pulang, daripada Ai ngabisin tenaga cuma buat adu bacot sama nih orang." ucap Ai dengan nada kesal.
Ai pun berjalan keluar dari ruangan Nayla, Davier yang melihat itu pun bangkit dan pamit lalu menyusul Ai.
"Saya duluan Kak, permisi." ucap Davier.
"Iya, hati-hati. Awas singa betina lagi ngamuk." ucap Febri.
Davier pun menyusul Ai. Dia berhasil mencskal pergelangan tangan Ai. Davier menarik Ai agar menatapnya.
"Vier, aku lagi ga mood, ntar aja ngomongnya." decak Ai kesal.
"Tapi jangan pasang wajah kusut gitu." balas Davier.
"Ih kamu, aku ga mau ngomong sama kamu." ucap Ai dan melepaskan cekalan tangan Davier, lalu menuju ke mobil Davier. Davier hanya menghela nafas panjang. Ia harus sabar menghadapi perubahan sifat Ai yang mendadak ini.
Mereka sampai di parkiran, dan masuk ke mobil. Ai masuk masih dengan wajah kesalnya. Davier hanya diam , mencoba memberikan Ai waktu untuk menenangkan diri.
"Kita mau kemana lagi?" tanya Davier.
"Pulang aja." balas Ai.
"Tumben, kamu yakin?" tanya Davier.
"Iya yakin." balas Ai.
------------------Next Update---------------
Kamis, 11 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Firchim04
Aku mampir kak😊
2020-08-25
2
Sept September
semangat kakakkkk
2020-08-21
1
Rasinar Yohana
llike like
2020-08-07
1