~MTLY 10~ Telah Ditentukan

Kedua pasang suami istri itu tersenyum melihat keterkejutan Davier dan Ai. Cukup lama Davier dan juga Ai saling menatap. Mereka tersadar ketika orang tua mereka berdehem.

"Ehemm, ingat disini masih ada para orang tua, jadi tolong jangan biarkan kami jadi obat nyamuk." ucap Hardi.

Teguran membuat Davier dan Ai tersadar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Orang tua mereka kembali terkekeh geli melihat sikap anak-anak mereka.

"Kenapa aku merasakan perasaan itu lagi?" batin Davier dalam hati dengan wajah tampannya yang tetap enggan untuk menatap Ai.

"Ai, kenapa lo merasa begitu nyaman ketika berada di dekat nih Dosen Killer bim Kutub sih." batin Ai dalam hati masih dengan memalingkan wajahnya.

"Ai, Ayah yakin kamu pasti sudah paham maksud semua ini tanpa harus Ayah jelaskan lagi secara detail." ucap Arya.

"Iya Ai paham dengan baik. Ai bisa mencerna situasi ini dengan sangat baik." jawabnya dengan menatap wajah sang Ayah dan sesekali melirik keluarga Davier.

Davier yang mendengar penuturan Arya tidak mengerti. Terutama ketika Ai meliirk ia dan keluarganya. Ia tidak dapat mencerna dengan baik maksud dari kata-kata Arya hingga akhirnya ia angkat suara.

"Maaf,saya tidak paham maksud Om Arya itu apa. Tolong jelaskan pada saya." pinta Davier dengan raut wajah bingung.

Arya dan Hardi saling menatap. Tatapan Arya seakan meminta Hardi untuk menjelaskan kepada Davier putranya.

"Vier, Papa pernah mengatakan bahwa Papa akan menjodohkan mu dengan anak teman Papa, dan yang Papa maksud adalah Aira putrinya Arya." jelas Hardi.

"Papa bercanda kan? Pa Aira itu mahasiswi aku ga mungkin dia menjadi istriku." ucap Davier tegas namun tetap tenang.

"Mengapa tidak bisa Vier? Aira gadis yang baik, bahkan kalian juga sudah kenal dan hanya tinggal mengakrabkan hubungan saja." ucap Nirmala lembut.

"Apa Aira setuju dan bersedia dengan perjoodohan ini, saya tidak ingin memaksanya. Saya bisa menerima perjodohan ini, nanun saya tidak ingin memaksa Aira." ucapnya tenang.

"Nah Ai, Vier sudah memberikan keputusan. Bagaimana Ai? Apa keputusanmu?" tanya Hardi.

Ai menghela nafas lembut. Ia mengingat kembali nasihat dari Pandu. Ia telah memikirkan dengan matang mengenai keputusannya ini. Pandangannya mulai kembali menatap ke arah Davier dan orang tuanya, sesekali menatap Ayah dan Bundanya lekat.

"Ai, telah memberikan keputusan. Ai menerima perjodohan ini dengan ikhlas karena Ai percaya kepada orang tua Ai bahwa mereka telah mempersiapkan yang terbaik untuk Ai." jawabnya dengan tenang. Ia masih sedikit lemah hingga suaranya tak dapat ia keraskan lagi.

"Alhamdulillah, syukulah." ucap para orang tua.

Davier yang mendengar jawaban Ai kembali menatap Ai. Ia tak menyangka bahwa mahasiswinya ini menerima perjodohan ini. Bahkan ia rela untuk mengorbankan kebebasannya itu.

Ai yang melihat raut kebahagian di wajah kedua kelurga pun tersenyum. Ia merasa bahagia, bukan karena bisa menjadi istri Davier tetapi memberi kebahagian kepada orang yang ia sayangi.

"Setidaknya, aku bisa melihat kebahagian di wajah kalian sebelum aku pergi dari dunia ini untuk selamanya yang pada akhirnya hanya memberikan kesedihan untuk kalian." batin Ai dalam hati.

"Nah sekarang kita harus mempersiapkan pernikahan anak-anak kita." ucap Surraya.

"Iya benar Bu Surraya, ini adalah hari bersejaarah bagi anak-anak kifa." balas Nirnala.

"Oh ya, bagaimana jika pernikahannya kita laksanakan 2 minggu lagi? Bagaimana Ai, Vier?" tanya Arya.

"Saya setuju itu Pak Arya. Bagaimana kalian berdua setuju?" timpal Hardi.

"Kami serahkan kepada para orang tua saja, kalian pasti sudah mempersiapkan dengan baik untuk kami." jawab Davier.

"Iya benar, kami mengikuti apa yang telah kalian persiapkan saja." timpal Ai.

"Baiklah nak." balas Arya.

"Maaf sebelumnya, saya dan Aira ingin mengobrol berdua dulu, jadi kami permisi." ucap Davier sambil menarik tangan Ai lembut.

"Silahkan nak, berbicaralah kalian berdua." jawab Surraya lembut.

Ai dan Davier pun pergi ke taman restoran tersebut. Sesampaimya mereka, Davier melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Ai. Davier pun memunggungui Ai.

"Kenapa?" tanya Davier singkat.

"Apanya yang kenapa Pak?" balas Ai.

"Kenapa kamu menerimanya Aira, kamu tahu betul kehidupan setelah menikah itu sangat berbeda dengan kehidupan kamu saat ini." jelas Davier.

"Kenapa bapak tidak menanyakan itu pada diri bapak saja. Saya yakin bapak sudah mengetahui jawabannya." balas Ai.

"Kenapa kamu suka menjawab pertanyaan saya dengan memberikan pertanyaan pada saya Aira Anadia Maheswari." ucapnya sambi membalikkan badan.

"Kadang menjawab sebuah pertanyaan itu harus dengan pertanyaan, supaya kita bisa menemukan pertanyaan yang sederhana dan bisa kita jawab tanpa harus terlalu banyak berpikir." jelas Ai.

"Memangnya sebegitu sulitnya pertanyaan saya hingga kamu bingung menjawabnya?" tanya Davier.

"Tidak juga, hanya untuk apa Bapak bertanya jika Bapak sendiri sudah tau jawabannya." balas Ai.

"Kamu ini memang terlalu pintar. Sekarang kamu jawab saja pertanyaan saya." pinta Davier.

"Karena saya ingin mereka bahagia." balas Ai.

"Dengan mengorbankan kebahagiaanmu?" tanya Davier.

"Tidak. Justru kebahagiaan saya ada pada mereka orang-orang yang begitu saya sayangi." balas Ai.

"Kenapa kamu perduli dengan kebahagian orang lain? Padahal kamu bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri?" tanya Davier.

"Karena letak kebahagiaan saya ada pada senyum dan kebahagiaan mereka. Semua kebahagiaan mereka membuat saya bahagia. Dan satu hal kadang kebahagiaan kita ada pada orang lain begitu juga sebaliknya." jelas Ai.

"Lalu, apa kamu bahagia dengan semua ini?" tanya Davier.

"Tentu saja. Pak cobalah sesekali berpikir menggunakan hati. Maka Bapak pasti akan menemukan kenyamanan dan kebahagiaan. Satu hal lagi, bahagia itu milik semua orang." jelas. 

Tiba-tiba Ai mulai gontai. Hanpir saja ia akan jatuh untung saja Davier menangjapnya tepat waktu. Sejak sampai di Restoran, Ai masih begitu lemas, namun ia tetap berusah kuat, tetapi gagal.

"Kamu masih belum sehat, sebaiknya kita kembali ke orang tua, dan kamu harus segera istirahat." ucap Davier.

"Terimakasih, tapi saya bisa sendiri Pak." ucap Ai sambil melepaskan rangkulan Davier yang berusaha untuk memapahnya. Davier pun melepaskan rangkulan tersebut, dan mengikuti langkah Ai.

"Nah itu mereka." ucap Hardi.

"Loh kok wajah kamu pucat Ai?" tanya Nirmala. Surraya pun langsung menatap sang putri lekat.

"Sebaiknya Ai harus segera istirahat. Tubuhnya masih lemah." ucap Davier.

"Baiklah, sudah kita putuskan bahwa pernikahan kalian dua minggu lagi. Besok kalian bisa fitting baju ya di Butik Bunda Ai." ucap Arya.

"Dan, mulai besok kamu akan berangkat dan pulang bersama dengan Ai. Jadi Ai ada yang jagain." jelas Hardi.

"Baik, Vier paham. Sebaiknya Ai segerq pulang dan beristirahat." ucap Vier khawatir.

Kedua keluarga pun saling berpamitan. Mereka keluar dari restoran dan menaiki mobil dan segera melajukan mobil. Mereka pun sampaui di rumah dan akhirmya memutuskan untuk langsung beristirahat, mengingat kondisi Ai yang kembali buruk.

-----------------Next Update----------------

Selasa, 9 Juni 2020

Salam Hangat

Author Halu

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Hadeeehhh nyesek aku,,yg paling kasian itu Davier,,,😭😭😭

2022-11-13

0

무나✨

무나✨

tapi aira bisa sembuh kan thor?

2020-12-14

3

Nana Curly

Nana Curly

Jejak dulu kak...like...

Salam hangat dari " Ketika Bosku Mencari Cinta"...

2020-09-02

1

lihat semua
Episodes
1 ~MTLY 1~ Pertemuan
2 ~MTLY 2~ Tak Terduga
3 ~MTLY 3~ Perasaan
4 ~MTLY 4~ 180°
5 ~MTLY 5~ Permintaan
6 ~MTLY 6~ Bimbang
7 ~MTLY 7~ Ternyata
8 ~MTLY 8~ Sakit
9 ~MTLY 9~ Kaget
10 ~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11 ~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12 ~MTLY 12~ Cemas
13 ~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14 ~MTLY 14~ Derita PMS
15 ~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16 ~MTLY 16~ Menghindar
17 ~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18 ~MTLY 18~ Sederhana
19 ~MTLY 19~ Dia Kembali?
20 ~MTLY 20~ Kembali Terluka
21 ~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22 ~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23 ~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24 ~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25 ~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26 ~MTLY 26~ Salah Siapa
27 ~MTLY 27~ Haruskah Aku
28 ~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29 ~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30 ~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31 ~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32 ~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33 ~MTLY 33~ Rasa Percaya
34 ~MTLY 34~ Penantian Berharga
35 ~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36 ~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37 ~MTLY 37~ Sakit Karena?
38 ~MTLY 38~Saling Memahami
39 ~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40 ~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41 ~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42 ~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43 ~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44 ~MTLY 44~ Bertengkar
45 ~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46 ~MTLY 46~ Celengan Rindu
47 ~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48 ~MTLY 48~ Masalah Lagi
49 ~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50 ~MTLY 50~ Belum Selesai
51 ~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52 ~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53 ~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54 ~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55 ~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56 ~MTLY 56~ Blushing Mode On
57 ~MTLY 57~ Toxic Bucin
58 ~MTLY 58~ Dilema
59 ~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60 ~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61 ~MTLY 61~ Peta Persaingan
62 ~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63 ~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64 ~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65 ~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66 ~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67 ~MTLY 67~ Luapan Emosi
68 ~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69 ~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70 ~MTLY 70~ Setitik Harapan
71 ~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72 ~MTLY 72~ Kasih Sayang
73 ~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74 ~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75 ~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76 ~MTLY 76~ Ragu
77 ~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78 ~MTLY 78~ Kejutan
79 ~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80 ~MTLY 80~ Hiburan
81 ~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82 ~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83 ~MTLY 83~ Pilihan
84 ~MTLY 84~ Takdir
85 ~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86 ~MTLY 86~ Manja
87 ~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88 ~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89 ~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90 ~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91 Extra Part 1
92 Extra Part 2
93 Extra Part 3
94 Vote!!
95 New !!!!
96 New Story~ Bukan Salah Takdir
Episodes

Updated 96 Episodes

1
~MTLY 1~ Pertemuan
2
~MTLY 2~ Tak Terduga
3
~MTLY 3~ Perasaan
4
~MTLY 4~ 180°
5
~MTLY 5~ Permintaan
6
~MTLY 6~ Bimbang
7
~MTLY 7~ Ternyata
8
~MTLY 8~ Sakit
9
~MTLY 9~ Kaget
10
~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11
~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12
~MTLY 12~ Cemas
13
~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14
~MTLY 14~ Derita PMS
15
~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16
~MTLY 16~ Menghindar
17
~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18
~MTLY 18~ Sederhana
19
~MTLY 19~ Dia Kembali?
20
~MTLY 20~ Kembali Terluka
21
~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22
~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23
~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24
~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25
~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26
~MTLY 26~ Salah Siapa
27
~MTLY 27~ Haruskah Aku
28
~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29
~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30
~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31
~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32
~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33
~MTLY 33~ Rasa Percaya
34
~MTLY 34~ Penantian Berharga
35
~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36
~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37
~MTLY 37~ Sakit Karena?
38
~MTLY 38~Saling Memahami
39
~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40
~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41
~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42
~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43
~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44
~MTLY 44~ Bertengkar
45
~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46
~MTLY 46~ Celengan Rindu
47
~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48
~MTLY 48~ Masalah Lagi
49
~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50
~MTLY 50~ Belum Selesai
51
~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52
~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53
~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54
~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55
~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56
~MTLY 56~ Blushing Mode On
57
~MTLY 57~ Toxic Bucin
58
~MTLY 58~ Dilema
59
~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60
~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61
~MTLY 61~ Peta Persaingan
62
~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63
~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64
~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65
~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66
~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67
~MTLY 67~ Luapan Emosi
68
~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69
~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70
~MTLY 70~ Setitik Harapan
71
~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72
~MTLY 72~ Kasih Sayang
73
~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74
~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75
~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76
~MTLY 76~ Ragu
77
~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78
~MTLY 78~ Kejutan
79
~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80
~MTLY 80~ Hiburan
81
~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82
~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83
~MTLY 83~ Pilihan
84
~MTLY 84~ Takdir
85
~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86
~MTLY 86~ Manja
87
~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88
~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89
~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90
~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91
Extra Part 1
92
Extra Part 2
93
Extra Part 3
94
Vote!!
95
New !!!!
96
New Story~ Bukan Salah Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!