Kedua pasang suami istri itu tersenyum melihat keterkejutan Davier dan Ai. Cukup lama Davier dan juga Ai saling menatap. Mereka tersadar ketika orang tua mereka berdehem.
"Ehemm, ingat disini masih ada para orang tua, jadi tolong jangan biarkan kami jadi obat nyamuk." ucap Hardi.
Teguran membuat Davier dan Ai tersadar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Orang tua mereka kembali terkekeh geli melihat sikap anak-anak mereka.
"Kenapa aku merasakan perasaan itu lagi?" batin Davier dalam hati dengan wajah tampannya yang tetap enggan untuk menatap Ai.
"Ai, kenapa lo merasa begitu nyaman ketika berada di dekat nih Dosen Killer bim Kutub sih." batin Ai dalam hati masih dengan memalingkan wajahnya.
"Ai, Ayah yakin kamu pasti sudah paham maksud semua ini tanpa harus Ayah jelaskan lagi secara detail." ucap Arya.
"Iya Ai paham dengan baik. Ai bisa mencerna situasi ini dengan sangat baik." jawabnya dengan menatap wajah sang Ayah dan sesekali melirik keluarga Davier.
Davier yang mendengar penuturan Arya tidak mengerti. Terutama ketika Ai meliirk ia dan keluarganya. Ia tidak dapat mencerna dengan baik maksud dari kata-kata Arya hingga akhirnya ia angkat suara.
"Maaf,saya tidak paham maksud Om Arya itu apa. Tolong jelaskan pada saya." pinta Davier dengan raut wajah bingung.
Arya dan Hardi saling menatap. Tatapan Arya seakan meminta Hardi untuk menjelaskan kepada Davier putranya.
"Vier, Papa pernah mengatakan bahwa Papa akan menjodohkan mu dengan anak teman Papa, dan yang Papa maksud adalah Aira putrinya Arya." jelas Hardi.
"Papa bercanda kan? Pa Aira itu mahasiswi aku ga mungkin dia menjadi istriku." ucap Davier tegas namun tetap tenang.
"Mengapa tidak bisa Vier? Aira gadis yang baik, bahkan kalian juga sudah kenal dan hanya tinggal mengakrabkan hubungan saja." ucap Nirmala lembut.
"Apa Aira setuju dan bersedia dengan perjoodohan ini, saya tidak ingin memaksanya. Saya bisa menerima perjodohan ini, nanun saya tidak ingin memaksa Aira." ucapnya tenang.
"Nah Ai, Vier sudah memberikan keputusan. Bagaimana Ai? Apa keputusanmu?" tanya Hardi.
Ai menghela nafas lembut. Ia mengingat kembali nasihat dari Pandu. Ia telah memikirkan dengan matang mengenai keputusannya ini. Pandangannya mulai kembali menatap ke arah Davier dan orang tuanya, sesekali menatap Ayah dan Bundanya lekat.
"Ai, telah memberikan keputusan. Ai menerima perjodohan ini dengan ikhlas karena Ai percaya kepada orang tua Ai bahwa mereka telah mempersiapkan yang terbaik untuk Ai." jawabnya dengan tenang. Ia masih sedikit lemah hingga suaranya tak dapat ia keraskan lagi.
"Alhamdulillah, syukulah." ucap para orang tua.
Davier yang mendengar jawaban Ai kembali menatap Ai. Ia tak menyangka bahwa mahasiswinya ini menerima perjodohan ini. Bahkan ia rela untuk mengorbankan kebebasannya itu.
Ai yang melihat raut kebahagian di wajah kedua kelurga pun tersenyum. Ia merasa bahagia, bukan karena bisa menjadi istri Davier tetapi memberi kebahagian kepada orang yang ia sayangi.
"Setidaknya, aku bisa melihat kebahagian di wajah kalian sebelum aku pergi dari dunia ini untuk selamanya yang pada akhirnya hanya memberikan kesedihan untuk kalian." batin Ai dalam hati.
"Nah sekarang kita harus mempersiapkan pernikahan anak-anak kita." ucap Surraya.
"Iya benar Bu Surraya, ini adalah hari bersejaarah bagi anak-anak kifa." balas Nirnala.
"Oh ya, bagaimana jika pernikahannya kita laksanakan 2 minggu lagi? Bagaimana Ai, Vier?" tanya Arya.
"Saya setuju itu Pak Arya. Bagaimana kalian berdua setuju?" timpal Hardi.
"Kami serahkan kepada para orang tua saja, kalian pasti sudah mempersiapkan dengan baik untuk kami." jawab Davier.
"Iya benar, kami mengikuti apa yang telah kalian persiapkan saja." timpal Ai.
"Baiklah nak." balas Arya.
"Maaf sebelumnya, saya dan Aira ingin mengobrol berdua dulu, jadi kami permisi." ucap Davier sambil menarik tangan Ai lembut.
"Silahkan nak, berbicaralah kalian berdua." jawab Surraya lembut.
Ai dan Davier pun pergi ke taman restoran tersebut. Sesampaimya mereka, Davier melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Ai. Davier pun memunggungui Ai.
"Kenapa?" tanya Davier singkat.
"Apanya yang kenapa Pak?" balas Ai.
"Kenapa kamu menerimanya Aira, kamu tahu betul kehidupan setelah menikah itu sangat berbeda dengan kehidupan kamu saat ini." jelas Davier.
"Kenapa bapak tidak menanyakan itu pada diri bapak saja. Saya yakin bapak sudah mengetahui jawabannya." balas Ai.
"Kenapa kamu suka menjawab pertanyaan saya dengan memberikan pertanyaan pada saya Aira Anadia Maheswari." ucapnya sambi membalikkan badan.
"Kadang menjawab sebuah pertanyaan itu harus dengan pertanyaan, supaya kita bisa menemukan pertanyaan yang sederhana dan bisa kita jawab tanpa harus terlalu banyak berpikir." jelas Ai.
"Memangnya sebegitu sulitnya pertanyaan saya hingga kamu bingung menjawabnya?" tanya Davier.
"Tidak juga, hanya untuk apa Bapak bertanya jika Bapak sendiri sudah tau jawabannya." balas Ai.
"Kamu ini memang terlalu pintar. Sekarang kamu jawab saja pertanyaan saya." pinta Davier.
"Karena saya ingin mereka bahagia." balas Ai.
"Dengan mengorbankan kebahagiaanmu?" tanya Davier.
"Tidak. Justru kebahagiaan saya ada pada mereka orang-orang yang begitu saya sayangi." balas Ai.
"Kenapa kamu perduli dengan kebahagian orang lain? Padahal kamu bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri?" tanya Davier.
"Karena letak kebahagiaan saya ada pada senyum dan kebahagiaan mereka. Semua kebahagiaan mereka membuat saya bahagia. Dan satu hal kadang kebahagiaan kita ada pada orang lain begitu juga sebaliknya." jelas Ai.
"Lalu, apa kamu bahagia dengan semua ini?" tanya Davier.
"Tentu saja. Pak cobalah sesekali berpikir menggunakan hati. Maka Bapak pasti akan menemukan kenyamanan dan kebahagiaan. Satu hal lagi, bahagia itu milik semua orang." jelas.
Tiba-tiba Ai mulai gontai. Hanpir saja ia akan jatuh untung saja Davier menangjapnya tepat waktu. Sejak sampai di Restoran, Ai masih begitu lemas, namun ia tetap berusah kuat, tetapi gagal.
"Kamu masih belum sehat, sebaiknya kita kembali ke orang tua, dan kamu harus segera istirahat." ucap Davier.
"Terimakasih, tapi saya bisa sendiri Pak." ucap Ai sambil melepaskan rangkulan Davier yang berusaha untuk memapahnya. Davier pun melepaskan rangkulan tersebut, dan mengikuti langkah Ai.
"Nah itu mereka." ucap Hardi.
"Loh kok wajah kamu pucat Ai?" tanya Nirmala. Surraya pun langsung menatap sang putri lekat.
"Sebaiknya Ai harus segera istirahat. Tubuhnya masih lemah." ucap Davier.
"Baiklah, sudah kita putuskan bahwa pernikahan kalian dua minggu lagi. Besok kalian bisa fitting baju ya di Butik Bunda Ai." ucap Arya.
"Dan, mulai besok kamu akan berangkat dan pulang bersama dengan Ai. Jadi Ai ada yang jagain." jelas Hardi.
"Baik, Vier paham. Sebaiknya Ai segerq pulang dan beristirahat." ucap Vier khawatir.
Kedua keluarga pun saling berpamitan. Mereka keluar dari restoran dan menaiki mobil dan segera melajukan mobil. Mereka pun sampaui di rumah dan akhirmya memutuskan untuk langsung beristirahat, mengingat kondisi Ai yang kembali buruk.
-----------------Next Update----------------
Selasa, 9 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Hadeeehhh nyesek aku,,yg paling kasian itu Davier,,,😭😭😭
2022-11-13
0
무나✨
tapi aira bisa sembuh kan thor?
2020-12-14
3
Nana Curly
Jejak dulu kak...like...
Salam hangat dari " Ketika Bosku Mencari Cinta"...
2020-09-02
1