Minggu pagi yang begitu cerah seperti ingin berbagi sukacita dan kebahagian kepada semesta. Tampak Ai sudah duduk di meja riasnya. Seperti rencana awalnya, hari ini ia akan menemani Pandu jalan-jalan bersama Disti keponakkannya. Setelah merasa cukup dan siap Ai pun keluar dari kamar dan menuruni tangga.
"Selamat pagi semua." sapa Ai dengan ceria.
"Pagi sayang, ayo duduk kita saraoan bareng." ujar Surraya.
"Loh Bun, tumben yang lain belum siap, biasanya udah duluan mereka kan, dan ini juga udah jam 06.40, kok masih sepi sih." ucap Ai panjang lebar ke Surraya .
"Iya mereka udah sarapan kok Ai, kamu aja yang kelamaan turunnya." ujar Surraya.
"Kelamaan? Loh ini kan weekend Bun, biasanya juga jam segini sarapannya kok malah bilang Ai telat. Lagian kalo emang dari tadi sarapannya kenapa Bunda ga teriakin aku coba." ucap Ai kesal ke Surraya.
"Udah kamu sarapan Bunda yang temenin ya." ujar Surraya singkat.
"Tapi Bun Ai-" ucapan Ai terpotong oleh Surraya.
"Ai, sarapan aja, Ayah dan yang lainnya nunggu kita di ruang keluarga. Ada yang mau dibicarakan." ujar Surraya .
"Iya deh Bun." jawab Ai singkat. Ai nurut aja apa yang Surraya katakan daripada nanti ngambek.
10 menit berlalu dan akhirnya Ai udah selesai sarapan. Bi Imah pun membereskan alat makan yang Ai gunakan. Dan sedari tadi Surraya ga berbicara apapun lagi. Bunda hanya memainkan ponselnya.
"Bun, Ai udah kelar, yuk kita ke ruang keluarga, kan Ayah udah nungguin kita.Ai juga buru-buru takutnya Kak Pandu datang jemput Ai" ajak Ai pada Surraya.
"Ya udah, ayoo." ujar Surraya.
Ai dan juga Surraya berjalan menuju ruang keluarga. Terlihat Arya dan dua saudaranya tengah berbincang santai dengan gelak tawa dari mereka. Ai duduk di tengah saudaranya, sedangkan Surraya duduk di samping Arya . Kami duduk saling berhadapan.
"Yah, kata Bunda Ayah mau ngomong sesuatu. Mau ngomong apaan sih Yah?" ucap Ai pada Arya.
"Dih ada yang penasaran nih yee." goda Arrayn kepada Ai.
"Ai ga lagi nanya sama Aa Rayn yaa, Ai nanya sama Ayah." balas Ai pada Arrayn.
"Jangan berisik deh, Rayn bisa ga sehari aja ga cari ribut sama Ai." ujar Arsyad pada Arrayn tegas.
"Tuh denger apa kata Aa Syad." ledek Ai pada Arrayn.
"Ih lo yaa dek, maaf Aa kan udah jadi kerjaan gue gangguin Ai." jawab Arrayn dengan terkekeh kecil.
"Udah pada diem, dengerin Ayah ngomong dulu baru lanjutin ributnya.Ya udah Yah mulai aja." ujar Arsyad.
"Iya Aa." jawab mereka serempak.
Arya pun menghela nafasnya sambil melirik anak dan istrinya bergantian. Matanya penuh dengan keseriusan membuat Ai yang tidak tahu apapun terus menatap sang Ayah. Kedua saudara dan Bundanya yang sudah tahu tampak begitu tenang.
"Aira Anandia Maheswari putri dari Arya Anandio Maheswari dengarkan baik-baik perkataan Ayah." ujar Arya datar.
"Apa-apaan ini, kok Ayah jadi dingin kayak es gini sih, ngomongnya datar lagi, aneh banget deh." batin Ai dalam hati.
"Iya Yah, Ai dengerin baik-baik kok. Jangan pasang muka serius gitu dong Ai liatnya jadi serem tau Yah." ucap Ai sedikit takut.
"Ai, sekarang umur kamu udah umur berapa?" tanya Arya.
"U-umur? Umur Ai tahun ini menginjak 21 Yah, emang kenapa? Ayah kok lupa sih? " tanya Ai penasaran.
Gimana ga ya kan semua orang di rumah juga udah tau kali umur Ai berapa nah kok mereka malah nanya lagi sih.
Tiba-tiba ada suara bel bunyi. Gue yakin kalau itu Kak Pandu dan juga Disti dateng jemput gue. Langsung aja gue bilang ke Ayah, "Yah, Kak Pandu sama Disti udah dateng kalo gitu Ai berangkat dulu ya." gumam gue.
"Ntar dulu, kelarin aja omongan kamu sama Ayah dek, Pandu biar Aa yang temuin. Lagian dia pasti ngerti kok." ujar Arsyad.
Ia pun berdiri dan menuju pintu depan dan membukanya. Benar, Pandu dan Disti yang datang untuk menjemput Ai. Arsyad pun mempersilahkan mereka masuk.
"Eh lo Ndu, masuk dulu, Ai lagi ngobrol serius sama Ayah dan Bunda, jadi lo duduk dulu dan tunggu bentar ga papa kan?" tanya Arsyad.
"Iya ga papa santai aja, ga buru-buru juga kok Syad." balas Pandu.
"Hai Disti, apa kabar sayang?" tanya Arsyad pada gadis kecil berusia 5 tahun itu.
"Disti baik kok Om, om gimana kabalnya?" tanya Disti pada Arsyad.
"Om baik jug kok, kamu makin pinter yaa. Tunggu dulu yaa Mami lagi ngobrol sama Opa jadi Disti harus sabar yaa." ujar Arsyad lembut dan dibalas dengan anggukan oleh Disti.
Di ruang keluarga pembicaraan masih berlanjut. Ai yang merasa gugup kini menjadi semakin gugup, tak biasanya Ayahnya begitu serius seperti ini.
"21 tahun ya, itu artinya kamu sudah harus belajar untuk lebih dewasa lagi." ujar Arya yang membuat Ai sulit menebak kemana arah topik pembicaraan sang Ayah.
"Dewasa? Memangnya selama ini Ai ga dewasa ya Yah?" tanya Ai kepada sang Ayah.
"Ayah bilang lebih dewasa, bukan tidak dewasa Ai." ujar Arya dingin yang membuat Ai semakin dingin.
"Iya deh Yah, Ai bingung nih sama Ayah sebenarnya mau ngomong apa. Ayolah Yah to the point aja, kasian Kak Pandu sama Disti nungguin Ai." pinta gue ke Ayah.
"Ai, kamu sudah cukup dewasa, dan di usia mu saat ini kamu sudah mampu bertanggung jawab mulai dari dirimu sendiri hingga orang lain. Jadi Ayah sudah yakin dengan keputusan yang Ayah ambil ini baik untukmu." ujar Arya tegas, namun entah mengapa kali ini Ai sulit sekali mencerna ucapan sang Ayah.
"Haaa? Maksud Ayah apa sih, Ai ga oaham nih." gumam gue dengan raut wajah bjngung.
"Duh lo itu pintar dek, tapi mencerna omongan Ayah aja lemot amat sih." ujar Arrayn.
"Diem napa Aa, Ai beneran ga oaham maksud Ayah." gunam gue kesal hingga gue pukul lengannya tanpa ampun membuat ia meringis kesakitan.
"Auhh, sakit tau dek." ringis Arrayn.
"Biarin aja, abisnya ngeselin sih." ucap Ai.
"Ai, Ayah akan menjodohkanmu dengan anak teman Ayah. Kamu harus menerima perjodohan ini tanpa penolakkan." ujar Arya tegas.
"A-apa yang Ayah katakan. Perjohan? Dijodohin? Ayah jangan becanda deh, becandanya ga lucu loh." ucap Ai dengan nada tidak percaya.
"Ayah serius Ai, malam ini kita akan menemui keluarga mereka untuk membicarakan kelanjutannya. Malam ini anak mereka juga akan memberi keputusan, jadi malam ini kamu juga harus memberikan keputusannya Ai. Pikirkan baik-baik, Ayah menantikan kabar baik dari mu." ujar Arya sambil berdiri meninggalkan mereka diikuti oleh Surraya.
"Keputusan? Pertemuan Kelurga? Apa semua ini mimpi?" ucap Ai pada dirinya sendiri.
"Lo ga mimpi kali, ini nyata." ujar Arrayn.
"Apa? Jangan bilang kalian semua udah tau mengenai perjodohan ini?" tanya Ai penasaran.
"Iya kita semua udah tau."jawab Arryn santai.
"Jadi Aa, tau siapa pria itu dong?" tanya Ai lagi.
"Tau." jawab Arrayn singkat.
"Siapa Aa? Namanya? Pekerjaannya? Umurnya? Dan semua tentang dia." tanya Ai lagi dengan mengguncang tubuhnya.
"Duh, apaan sih, lo kan ntar malam juga ketemu." jawab Arrayn, dengan tubuh yang masih diguncang oleh Ai.
"Ai butuhnya sekarang.Buruan jawab." desak gue dengan terus mengguncang tubuhnya terus.
"Ntar malam Ai lo bakal tau. Aa Syad tolongin gue di terkam singa betina yang lagi ngamuk ga jelas nih." teriak Arrayn memanggil saudaranya.
Dari ruang tamu Pandu dan juga Arsyad mengobrol santai sambil menunggu obrolan keluarga selesai. Tiba-tiba Arsyad mendengar teriakan Arrayn memanggil dirinya.
"Aa Syad tolongin gue di terkam singa betina yang lagi ngamuk ga jelas nih." teriak Arrayn dari ruang keluarga.
"Syad itu Arrayn teriak-teriak kenapa?" tanya Pandu.
"Ga tau gue, ya udah gue liat dulu ya." ujar Arsyad dan berjalan menuju ruang keluarga.
"Kenapa sih lo teriak-teriak Rayn? Ya ampun Ai kamu apain Rayn?" tanya Arsyad yang terkejut ketika melihat Ai menguncang tubuh Rayn dengan emosi.
"Tolongin gue, ni singa betina ngamuk." pinta Rayn.
Arsyad pun menarik tubuh Ai agar Rayn bjsa lepas dari siksaan Ai. Ai terlihat begitu emosi namun untung saja Arsyad bisa menanganinya dan melepaskan Rayn dari siksaan sang adik.
"Aa lepasin Ai, Ai ga akan lepasin Aa Rayn sebelum dia jawb pertanyaan Ai." gumam gue yang berusaha mendekati Aa Rayn lagi namun di tahan oleh Aa Syad.
"Ai, udah jangan di siksa lagi Rayn nya kasian dja udah kesakitan." ujar Arsyad.
"Tau nih, sakit tau jiwa dan raga gue lo siksa gini. Tuh tanya aja ama Aa Syad dia juga tau kok." ujar Arryn sambil meringis kesakitan lalu bangkit dari sofa menuju ke lantai 3.
Ai berhenti untuk menerkam Rayn dan melirik Arsyad seolah meminta penjelasan. Arsyad tersenyum dan kemudian mengusap pucuk kepala Ai. Ia tau apa yang ada dipikiran Ai yang ingin ia tanyakan pada dirinya.
"Ai, Pandu dan Disti udah nungguin kamu cukup lama. Gih berangkat sana kasian Disti udah bosan tuh." ujar Arsyad lembut.
"Tapi Aa-" ucapan Ai terpotong oleh suara Disti.
"Mami, ayo, Disti penyen main dan jayan-jayan cekarang." ujar gadis kecil itu.
"Iya sayang, ya uda kita berangkat. Aa masih ada hutang penjelasan sama Ai." gumam gue. Arsyad tersenyum simpul lalu meninggalkan mereka.
"Holeeeee!!" teriak Disti girang.
"Ayo Papi, kiya pelgi cekarang." gumam Disti sembari menarik tangan Pandu dan Ai.
"Iya ayo sayang." jawab mereka serempak, lalu menuju halaman dan kemudian memasuki mobil, dan mereka pun berangkat.
----------------Next Update--------------
Sabtu, 6 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Inten Love
terganggu sama kata2 gue, gak pas maaf ya thor🙏🙏🙏
2021-06-05
1
무나✨
pandu suka sama aira?
2020-12-14
4
Mia Mobateng
lanjut thoor ❤️❤️❤️❤️
2020-08-30
1