~MTLY 4~ 180°

"Dih tuh orang gila amat dah, ini itu waktu istirahat dan kumpul bareng keluarga." ujar Arrayn kesal.

"Udah lah Aa ga usah dibahas tadinya emosi aku uda mode off, eh sekarang jadi mode on lagi nih." balas gue ketus.

"Sanss dong, jangan emosi ntar cantiknya hilang." ledek Arrayn.

"Arrayn, kamu jangan mulai keributan disaat gini bisa kan?" perintah Ayah, yang di sebut cuma bisa nyengir doang.

"Loh Ar, emang anak kamu kerja?" kali ini Hardi angkat suara.

"Ya gitu deh, padahal udah aku larang buat ga kerja masih aja ngeyel. Resiko punya anak perempuan yang keras kepala Di." balaa Arya pada Hardi.

"Ya ga papa lah. Kamu hebat juga yaa bisa ngatur waktu kuliah dan kerja. Emang kamu kerja di kantor apa Ai" tanya Hardi pada Ai.

"Kantor biasa aja Om. Kantor Penerbitan, namanya ICE Medi Om.Freelance aja kok, bantuin temannya Aa Rayn sekaligus nambah pengalaman aja" jawab Ai pada Hardi.

"Bagus dong, apalagi kamu bisa memporsikan antara kuliah sama kerja kamu." ujar Hardi.

"Hidup harus ada planning dong buat kedepannya supaya jelas tujuannya. Ai udah kelar makannya, Ai permisi ke kamar dulu yaa" ucap Ai sok bijak.

"Ai, tunggu bentar, besok kan hari Minggu, jadi kamu temenin Bunda ya di Butik, bisa kan?" ujar Surraya.

"Maaf Bun, Ai ga bisa. Ai udah janji sama Kak Pandu buat ngabulin kemaun Disti untuj jalan sama Mami Papinya Bun." jelas Ai pada Surraya.

"Ya uda ga papa, Bunda ngerti kok. Kamu juga udah lama kan ga quality time sama mereka terutama Disti cucu Bunda." ucap Surraya yang membuat pipi Ai merona

| Ciee ada yang salah tingkah nihbtau ga sih readers. |

"Ah Bunda bisa aja, ya uda Good Night everyone." ucap Ai kemudian meninggalkan meja makan.

Davier POV

Aku mendengarkan semua pembicaraan keluarga ini dengan penuh kecermatan. Hingga aku mendengar pujian dari Papa untuk dia.

"Ya ga papa lah. Kamu hebat juga yaa bisa ngatur waktu kuliah dan kerja. Emang kamu kerja di kantor apa Ai" tanya Papa.

"Kantor biasa aja Om. Kantor Penerbitan, namanya ICE Medi Om.Freelance aja kok, bantuin temannya Aa Rayn sekaligus nambah pengalaman aja" jawabnya dengan memperlihatkan seulas senyum.

"Bagus dong, apalagi kamu bisa memporsikan antara kuliah sama kerja kamu." ujar Papa lagi.

"Hidup harus ada planning dong buat kedepannya supaya jelas tujuannya. Ai udah kelar makannya, Ai permisi ke kamar dulu yaa" gumamnya pada Papa .

Aku yang mendengar jawabannya itu begitu takjub. Di kampus ia terlihat malas,tapi ketika di luar kampus ia berubah 180°. Ia penuh tanggung jawab dan dewasa. Namun aku kembali mendengar nama pria itu lagi tetapi, kali ini diikuti dengan 'quality time' dan 'cucu'.

Davier POV Off

Mereka semua sudah selesai makan malam. Kini mereka telah bebincang kecil di ruang keluarga Maheswari. Perbincangan santai yang dibicarkan membuat mereka tidak sadar dengan waktu.

Davier melihat jam di handphonenya sudah menunjukkan pukul 20.18. Ia pun meyenggol lengan sang Papa, memberi intruksi untuk pulang.

"Arya saya dan anak saya pamit pulang, maaf telah merepotkan. Terimakasih atas jamuan makan malamnya." ujar Hardi kemudian bangkit dari duduknya.

"Terimakasih kembali, jangan sungkan jika kalian kemari. Anggap saja rumah sendiri. Oh yaa, jangan lupa mengenai pembicaraan kita." ujar Arya sambil tersenyum.

"Tentu, aku akn segera memberimu kabar baik." ujar Hardi seraya tersenyum tipis dan melirik Davier.

"Baiklah, Om Bunda kami pamit pulang dulu." ujar Davier.

"Davier, seringlah mampir ke mari ya nak, ngobrol bareng Bunda dan yang lain." ujar Surraya .

"Iya Bun, jika ada waktu saya mampir." ujar Davier.

"Kami pamit dulu, Assalamu'alaikum." ujar Davier lagi.

"Wa'alaikumussalam." jawab semua serempak.

Di Rumah Davier

"Pa, Vier ke kamar dulu ya, Papa langsung istirahat aja." ujar Davier lembut.

"Tunggu dulu Vier,Papa mau bicara." ujar Hardi.

"Mau bicara apa Pa?" tanya Davier.

"Duduk dulu Vier." pinta Hardi. Davier pun duduk kembali  ke sofa. Ia duduk berhadapan dengan sang Papa.

"Vier, kamu belum punya pacar kan?" tanya Hardi penuh selidik.

"Kenapa Papa tiba-tiba tanya persoalan ini?" tanya Davier.

"Papa berencana akan menjodohkan kamu, makanya Papa tanya kamu uda ada pacar apa belum." ujar Hardi dengan santai.

"Menjodohkan?Aku?" tanya Davier penuh selidik.

"Iya kamu lah, ga mungkin Papa kan, dan ga mungkin kakak kamu juga kan." ujar Hardi menegaskan.

"Tapi kenapa Pa, apa mama tau soal ini? Ini terlalu cepat. Lagi pula Vier ga kenal gadis yang akan Papa jodohkan itu." ujar Davier.

"Mama udah tau, dan setuju juga kok Vier. Mama kamu juga senang mendengar kamu mau dijodohin. Kamu mau yaa?" gumam Hardi.

"Vier ga bisa jawab sekarang sebelum ketemu langsung dengan gadis itu dan keluarganya Pa." ujar Davier dingin.

"Baiklah, Papa akan atur pertemuan keluarga kita dengan keluarga gadis itu, setelah mama kamu pulang dari Bandung. Bagaimana kamu setuju?" tanya Hardi.

"Baiklah Pa, atur saja sebaik mungkin Davier hanya memberikan keputusan finalnya nanti." ujar Davier dingin. Ia pun berdiri dan menaiki tangga menuju ke kamarnya.

Di Kamar

Davier masuk ke kamar lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia kembali teringat dengan dengan ucapan sang Papa mengenai perjodohan tersebut.

"Perjodohan? Dengan siapa? Kenapa secepat ini?" ujar Davier pada dirinya.

Ia benar-benar bingung. Di sisi lain ia tak henti-hentinya memikirkan Aira. Gadis yang pagi tadi sempat berdebat dengannya. Dan ketika mereka kembali bertemu di rumah Aira.

Sungguh Davier tidak menyangka bahwa Aira bisa berubah 180° menjadi gadis yang ramah, sopan dan lemah lembut, sangat berbeda ketika berada di kampus.

Di Rumah Keluarga Maheswari

"Ayah serius, menjodohkan Aira dengan Davier?" tanya Arrayn tidak percaya.

"Ga perlu teriak bisa kan Rayn? Kalo Ai bangun gimana?" peringat Arsyad.

"Sorry Aa gue kaget tau dengernya." balas Rayn.

"Iya, Ayah dan Pak Hardi sepakat akan menjodohkan mereka, Bunda juga setuju kok." ujar Arya.

"Terus Ai dan Davier setuju Yah?" tanya Arsyad.

"Tentang Davier menjadi urusan Hardi, kemudian untuk Ai menjadi urusan Ayah." tegas Arya.

"Baik Ayah, kami mengerti. Aku dan Rayn ke kamar dulu untuk istirahat. Selamat malam semua." ujar Arsyad.

"Yah, Bunda dukung keputusan Ayah, lagi pula Bunda udah terlanjur suka sama Davier dan cocok jadi menantu kita." ujar Surraya .

"Ayah juga berpikir hal yang sama Bun." ujar Arya.

Setelah berbicara mereka pun masuk ke kamar masing-masing dan tidur. Mereka telah menjelajahi pesona alam mimpi hingga terbuai ke dalamnya.

-----------------Next Update--------------

Jumat, 5 Juni 2020

Salam Hangat

Author Halu

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Takutnya Aira udah nyaman aja sama Pandu,,gimana ya..?

2022-11-13

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kan udah ketemu ama calon nya juga keluarganya tadi pak,,😂😂😜

2022-11-13

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wahhh berarti waktu perkenalan di kampus tadi Davier boong dong ngaku nya udah nikah,,Takut di incar mahasiswi sendiri ya pak??🤣🤣

2022-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 ~MTLY 1~ Pertemuan
2 ~MTLY 2~ Tak Terduga
3 ~MTLY 3~ Perasaan
4 ~MTLY 4~ 180°
5 ~MTLY 5~ Permintaan
6 ~MTLY 6~ Bimbang
7 ~MTLY 7~ Ternyata
8 ~MTLY 8~ Sakit
9 ~MTLY 9~ Kaget
10 ~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11 ~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12 ~MTLY 12~ Cemas
13 ~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14 ~MTLY 14~ Derita PMS
15 ~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16 ~MTLY 16~ Menghindar
17 ~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18 ~MTLY 18~ Sederhana
19 ~MTLY 19~ Dia Kembali?
20 ~MTLY 20~ Kembali Terluka
21 ~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22 ~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23 ~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24 ~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25 ~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26 ~MTLY 26~ Salah Siapa
27 ~MTLY 27~ Haruskah Aku
28 ~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29 ~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30 ~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31 ~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32 ~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33 ~MTLY 33~ Rasa Percaya
34 ~MTLY 34~ Penantian Berharga
35 ~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36 ~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37 ~MTLY 37~ Sakit Karena?
38 ~MTLY 38~Saling Memahami
39 ~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40 ~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41 ~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42 ~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43 ~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44 ~MTLY 44~ Bertengkar
45 ~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46 ~MTLY 46~ Celengan Rindu
47 ~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48 ~MTLY 48~ Masalah Lagi
49 ~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50 ~MTLY 50~ Belum Selesai
51 ~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52 ~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53 ~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54 ~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55 ~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56 ~MTLY 56~ Blushing Mode On
57 ~MTLY 57~ Toxic Bucin
58 ~MTLY 58~ Dilema
59 ~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60 ~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61 ~MTLY 61~ Peta Persaingan
62 ~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63 ~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64 ~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65 ~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66 ~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67 ~MTLY 67~ Luapan Emosi
68 ~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69 ~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70 ~MTLY 70~ Setitik Harapan
71 ~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72 ~MTLY 72~ Kasih Sayang
73 ~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74 ~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75 ~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76 ~MTLY 76~ Ragu
77 ~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78 ~MTLY 78~ Kejutan
79 ~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80 ~MTLY 80~ Hiburan
81 ~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82 ~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83 ~MTLY 83~ Pilihan
84 ~MTLY 84~ Takdir
85 ~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86 ~MTLY 86~ Manja
87 ~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88 ~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89 ~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90 ~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91 Extra Part 1
92 Extra Part 2
93 Extra Part 3
94 Vote!!
95 New !!!!
96 New Story~ Bukan Salah Takdir
Episodes

Updated 96 Episodes

1
~MTLY 1~ Pertemuan
2
~MTLY 2~ Tak Terduga
3
~MTLY 3~ Perasaan
4
~MTLY 4~ 180°
5
~MTLY 5~ Permintaan
6
~MTLY 6~ Bimbang
7
~MTLY 7~ Ternyata
8
~MTLY 8~ Sakit
9
~MTLY 9~ Kaget
10
~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11
~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12
~MTLY 12~ Cemas
13
~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14
~MTLY 14~ Derita PMS
15
~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16
~MTLY 16~ Menghindar
17
~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18
~MTLY 18~ Sederhana
19
~MTLY 19~ Dia Kembali?
20
~MTLY 20~ Kembali Terluka
21
~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22
~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23
~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24
~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25
~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26
~MTLY 26~ Salah Siapa
27
~MTLY 27~ Haruskah Aku
28
~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29
~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30
~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31
~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32
~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33
~MTLY 33~ Rasa Percaya
34
~MTLY 34~ Penantian Berharga
35
~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36
~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37
~MTLY 37~ Sakit Karena?
38
~MTLY 38~Saling Memahami
39
~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40
~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41
~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42
~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43
~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44
~MTLY 44~ Bertengkar
45
~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46
~MTLY 46~ Celengan Rindu
47
~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48
~MTLY 48~ Masalah Lagi
49
~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50
~MTLY 50~ Belum Selesai
51
~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52
~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53
~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54
~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55
~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56
~MTLY 56~ Blushing Mode On
57
~MTLY 57~ Toxic Bucin
58
~MTLY 58~ Dilema
59
~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60
~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61
~MTLY 61~ Peta Persaingan
62
~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63
~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64
~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65
~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66
~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67
~MTLY 67~ Luapan Emosi
68
~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69
~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70
~MTLY 70~ Setitik Harapan
71
~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72
~MTLY 72~ Kasih Sayang
73
~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74
~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75
~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76
~MTLY 76~ Ragu
77
~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78
~MTLY 78~ Kejutan
79
~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80
~MTLY 80~ Hiburan
81
~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82
~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83
~MTLY 83~ Pilihan
84
~MTLY 84~ Takdir
85
~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86
~MTLY 86~ Manja
87
~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88
~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89
~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90
~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91
Extra Part 1
92
Extra Part 2
93
Extra Part 3
94
Vote!!
95
New !!!!
96
New Story~ Bukan Salah Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!