"Dih tuh orang gila amat dah, ini itu waktu istirahat dan kumpul bareng keluarga." ujar Arrayn kesal.
"Udah lah Aa ga usah dibahas tadinya emosi aku uda mode off, eh sekarang jadi mode on lagi nih." balas gue ketus.
"Sanss dong, jangan emosi ntar cantiknya hilang." ledek Arrayn.
"Arrayn, kamu jangan mulai keributan disaat gini bisa kan?" perintah Ayah, yang di sebut cuma bisa nyengir doang.
"Loh Ar, emang anak kamu kerja?" kali ini Hardi angkat suara.
"Ya gitu deh, padahal udah aku larang buat ga kerja masih aja ngeyel. Resiko punya anak perempuan yang keras kepala Di." balaa Arya pada Hardi.
"Ya ga papa lah. Kamu hebat juga yaa bisa ngatur waktu kuliah dan kerja. Emang kamu kerja di kantor apa Ai" tanya Hardi pada Ai.
"Kantor biasa aja Om. Kantor Penerbitan, namanya ICE Medi Om.Freelance aja kok, bantuin temannya Aa Rayn sekaligus nambah pengalaman aja" jawab Ai pada Hardi.
"Bagus dong, apalagi kamu bisa memporsikan antara kuliah sama kerja kamu." ujar Hardi.
"Hidup harus ada planning dong buat kedepannya supaya jelas tujuannya. Ai udah kelar makannya, Ai permisi ke kamar dulu yaa" ucap Ai sok bijak.
"Ai, tunggu bentar, besok kan hari Minggu, jadi kamu temenin Bunda ya di Butik, bisa kan?" ujar Surraya.
"Maaf Bun, Ai ga bisa. Ai udah janji sama Kak Pandu buat ngabulin kemaun Disti untuj jalan sama Mami Papinya Bun." jelas Ai pada Surraya.
"Ya uda ga papa, Bunda ngerti kok. Kamu juga udah lama kan ga quality time sama mereka terutama Disti cucu Bunda." ucap Surraya yang membuat pipi Ai merona
| Ciee ada yang salah tingkah nihbtau ga sih readers. |
"Ah Bunda bisa aja, ya uda Good Night everyone." ucap Ai kemudian meninggalkan meja makan.
Davier POV
Aku mendengarkan semua pembicaraan keluarga ini dengan penuh kecermatan. Hingga aku mendengar pujian dari Papa untuk dia.
"Ya ga papa lah. Kamu hebat juga yaa bisa ngatur waktu kuliah dan kerja. Emang kamu kerja di kantor apa Ai" tanya Papa.
"Kantor biasa aja Om. Kantor Penerbitan, namanya ICE Medi Om.Freelance aja kok, bantuin temannya Aa Rayn sekaligus nambah pengalaman aja" jawabnya dengan memperlihatkan seulas senyum.
"Bagus dong, apalagi kamu bisa memporsikan antara kuliah sama kerja kamu." ujar Papa lagi.
"Hidup harus ada planning dong buat kedepannya supaya jelas tujuannya. Ai udah kelar makannya, Ai permisi ke kamar dulu yaa" gumamnya pada Papa .
Aku yang mendengar jawabannya itu begitu takjub. Di kampus ia terlihat malas,tapi ketika di luar kampus ia berubah 180°. Ia penuh tanggung jawab dan dewasa. Namun aku kembali mendengar nama pria itu lagi tetapi, kali ini diikuti dengan 'quality time' dan 'cucu'.
Davier POV Off
Mereka semua sudah selesai makan malam. Kini mereka telah bebincang kecil di ruang keluarga Maheswari. Perbincangan santai yang dibicarkan membuat mereka tidak sadar dengan waktu.
Davier melihat jam di handphonenya sudah menunjukkan pukul 20.18. Ia pun meyenggol lengan sang Papa, memberi intruksi untuk pulang.
"Arya saya dan anak saya pamit pulang, maaf telah merepotkan. Terimakasih atas jamuan makan malamnya." ujar Hardi kemudian bangkit dari duduknya.
"Terimakasih kembali, jangan sungkan jika kalian kemari. Anggap saja rumah sendiri. Oh yaa, jangan lupa mengenai pembicaraan kita." ujar Arya sambil tersenyum.
"Tentu, aku akn segera memberimu kabar baik." ujar Hardi seraya tersenyum tipis dan melirik Davier.
"Baiklah, Om Bunda kami pamit pulang dulu." ujar Davier.
"Davier, seringlah mampir ke mari ya nak, ngobrol bareng Bunda dan yang lain." ujar Surraya .
"Iya Bun, jika ada waktu saya mampir." ujar Davier.
"Kami pamit dulu, Assalamu'alaikum." ujar Davier lagi.
"Wa'alaikumussalam." jawab semua serempak.
Di Rumah Davier
"Pa, Vier ke kamar dulu ya, Papa langsung istirahat aja." ujar Davier lembut.
"Tunggu dulu Vier,Papa mau bicara." ujar Hardi.
"Mau bicara apa Pa?" tanya Davier.
"Duduk dulu Vier." pinta Hardi. Davier pun duduk kembali ke sofa. Ia duduk berhadapan dengan sang Papa.
"Vier, kamu belum punya pacar kan?" tanya Hardi penuh selidik.
"Kenapa Papa tiba-tiba tanya persoalan ini?" tanya Davier.
"Papa berencana akan menjodohkan kamu, makanya Papa tanya kamu uda ada pacar apa belum." ujar Hardi dengan santai.
"Menjodohkan?Aku?" tanya Davier penuh selidik.
"Iya kamu lah, ga mungkin Papa kan, dan ga mungkin kakak kamu juga kan." ujar Hardi menegaskan.
"Tapi kenapa Pa, apa mama tau soal ini? Ini terlalu cepat. Lagi pula Vier ga kenal gadis yang akan Papa jodohkan itu." ujar Davier.
"Mama udah tau, dan setuju juga kok Vier. Mama kamu juga senang mendengar kamu mau dijodohin. Kamu mau yaa?" gumam Hardi.
"Vier ga bisa jawab sekarang sebelum ketemu langsung dengan gadis itu dan keluarganya Pa." ujar Davier dingin.
"Baiklah, Papa akan atur pertemuan keluarga kita dengan keluarga gadis itu, setelah mama kamu pulang dari Bandung. Bagaimana kamu setuju?" tanya Hardi.
"Baiklah Pa, atur saja sebaik mungkin Davier hanya memberikan keputusan finalnya nanti." ujar Davier dingin. Ia pun berdiri dan menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Di Kamar
Davier masuk ke kamar lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia kembali teringat dengan dengan ucapan sang Papa mengenai perjodohan tersebut.
"Perjodohan? Dengan siapa? Kenapa secepat ini?" ujar Davier pada dirinya.
Ia benar-benar bingung. Di sisi lain ia tak henti-hentinya memikirkan Aira. Gadis yang pagi tadi sempat berdebat dengannya. Dan ketika mereka kembali bertemu di rumah Aira.
Sungguh Davier tidak menyangka bahwa Aira bisa berubah 180° menjadi gadis yang ramah, sopan dan lemah lembut, sangat berbeda ketika berada di kampus.
Di Rumah Keluarga Maheswari
"Ayah serius, menjodohkan Aira dengan Davier?" tanya Arrayn tidak percaya.
"Ga perlu teriak bisa kan Rayn? Kalo Ai bangun gimana?" peringat Arsyad.
"Sorry Aa gue kaget tau dengernya." balas Rayn.
"Iya, Ayah dan Pak Hardi sepakat akan menjodohkan mereka, Bunda juga setuju kok." ujar Arya.
"Terus Ai dan Davier setuju Yah?" tanya Arsyad.
"Tentang Davier menjadi urusan Hardi, kemudian untuk Ai menjadi urusan Ayah." tegas Arya.
"Baik Ayah, kami mengerti. Aku dan Rayn ke kamar dulu untuk istirahat. Selamat malam semua." ujar Arsyad.
"Yah, Bunda dukung keputusan Ayah, lagi pula Bunda udah terlanjur suka sama Davier dan cocok jadi menantu kita." ujar Surraya .
"Ayah juga berpikir hal yang sama Bun." ujar Arya.
Setelah berbicara mereka pun masuk ke kamar masing-masing dan tidur. Mereka telah menjelajahi pesona alam mimpi hingga terbuai ke dalamnya.
-----------------Next Update--------------
Jumat, 5 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Takutnya Aira udah nyaman aja sama Pandu,,gimana ya..?
2022-11-13
0
Qaisaa Nazarudin
Kan udah ketemu ama calon nya juga keluarganya tadi pak,,😂😂😜
2022-11-13
0
Qaisaa Nazarudin
Wahhh berarti waktu perkenalan di kampus tadi Davier boong dong ngaku nya udah nikah,,Takut di incar mahasiswi sendiri ya pak??🤣🤣
2022-11-13
0