Ai terkejut melihat Davier si Dosen killer bin dingin ada di rumahnya. Bagaimana tidak, seperti yang terlihat ia duduk bersama dengan Ayah dan kedua saudaranya bahkan terlihat begitu akrab. Bukan hanya Ai yang terkejut bahkan Davier pun juga sama terkejutnya dengan Ai.
"Kalian uda saling kenal?" tanya pria paruh baya yang kelihatannya seumuran dengan Ayah gue.
"Dia mahasiswiku Pa." ujar Davier singkat.
"Loh Ai udah pulang?" tanya Bunda yang sekaligus membuat Ai tersadar dari yang tadinya menatap Davier heran.
"Eh iya Bun, baru aja nyampe nih." ucap Ai sambil melirik mereka seakan meminta penjelasan.
"Sayang, sebelum kamu ke kamar, sini duduk bentar dan sekalian Ayah kenalkan dengan rekan bisnis Ayah." pinta Ayah pada Ai, dan Ai pun menurutinya.
"Iya Yah. Perkenalkan saya Aira Anandia Maheswari Om putri dari Bapak Arya Septian Maheswari dan Ibu Suraya Anandia Maheswari." jelas Ai dengan mengulas senyum pada pria paruh baya itu.
"Putrimu sangat cantik, lemah lembut dan juga sopan Arya. Pasti kau sangat menyayanginya, apalagi dia putri tunggal dalam keluargamu. Nak panggil aku Om Hardi." ujar pria itu yang telah aku ketahui namanya.
"Om bisa aja, Ai jadi malu loh Om." ucap Ai sambil tersenyum.
"Aku menyayangi semua anak-anakku tanpa pilih kasih sedikitpun. Mereka semua adalah kebangganku." jawab Arya membalas perkataan Hardi.
"Maaf, Ai harus naik ke atas, mau mandi karena banyak juga yang harus Ai kerjain, Ai permisi dulu yaa." ucap Ai lembut.
"Iya silahkan nak." ujar Hardi pada Ai.
"Ya udah kamu mandi gih, ntar ke dapur yaa bantuin Bunda masak Ai." ujar Surraya , dan Ai balas dengan memberikan jempol sambil berjalan menaiki tangga.
~Di Kamar~
Ai masuk ke kamar lalu meletakkan kunci mobil dan tas di atas meja belajarnya. Kemudian Ai menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Rasanya hari ini sungguh melelahkan. Padahal tidak banyak kegiatan yang Ai lakukan.
Sekitar lima belas menit Ai merehatkan diri berbaring di ranjang. Merasa tubuh Ai sudah lebih leluasa bergerak Ai pun bangun, melihat jam di ponsel yang menunjukkan pukul 17.20 dan Ai pun bergegas menuju kamar mandi.
~Di Ruang Tamu~
"Kalau semuanya uda beres saya dan Papa pamit pulang dulu Om." ujar Davier.
"Ehh tungggu, jangan buru-buru, makam malam aja disini sekalian, lagian uda mau deket maghrib loh ini." ujar Surraya.
"Ya ga usah tan, ntar merepotkan. Lagi pula saya dan Papa juga belum mandi." ujar Davier.
"Eh jangan panggil tante, semua teman anak-anak Bunda, mangggilnya pake Bunda. Jadi kamu panggil Bunda aja ya." ujar Surraya lembut.
"Ehh, baik Tan eh Bun." ujar Davier canggung.
"Ga papa, kan bisa mandi di sini aja Om sama Daviernya, masalah baju ganti ga perlu dipikirin." ujar Arsyad kali ini.
"Kami merasa merepotkan keluargamu loh Arya." ujar Hardi.
"Ah, kami tidak merasa di repotkan. Lagi pula kau mengatakan bahwa istrimu juga sedang keluar kota menemani anakmu yang akan sedang hamil tua kan, jadi santai saja." ujar Arya santai.
"Terimakasih sekali lagi." ujar Davier.
"Mari saya antar Om dan Davier ke kamar tamu untuk istirahat dan mandi." ujar Arrayn kali ini berbicara.
Davier dan Hardi pun mengikuti Arryan menuju kamar tamu di lantai 2. Mereka pun segera mandi lalu beristirahat sejenak. Setelah memasuki waktu salat maghrib mereka pun meunaikan ibadah salat maghrib berjamaah begitu pula dengan keluarga Arya.
Di kamar Ai sudah selesai dengan ritual mandi dan sedang duduk sambil mendengarkan musik, berhubung ia sedang dapat tamu bulanan. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 18.13 ia pun menyudahi aktivitasnya dan turun menuju ke dapur untuk memasak.
Sejak SMP Ai lah yang menyiapkan makan malam, karena memang ia pintar memasak dibandingkan sang Bunda. Dengan lincahnya ia memasak, sedangkan bunda hanya menyiapkan meja dan meletakkan makanan di meja makan.
Setelah selesai Ai pun membersihkan dapur, mencuci segala peralatan memasak. Jangan kira mereka tak mempunyai pembantu, hanya saja pembantunya hanya bekerja membersihkan rumah, mencuci, menyetrika, dan hal-hal kecil lainnya. Selebihnya dilakukan oleh Ai dan Bundanya.
"Bun, Ai keatas dulu yaa ambil handphone, Bunda panggil yang lainnya aja yaa." gumam gue ke Bunda dengan lembut.
"Ya udah buruan gih, jangan lama-lama." ujar Bunda.
"Oke Bunda sayang." ucap Ai pada Surraya, lalu berjalan menaiki tangga.
Bunda mengampiri suami, anak-anak dan tamunya di taman belakang. Terlihat mereka sedang mengobrol santai. Bunda sekilas memperhatikan Davier dengan mengulas senyum tipis di bibirnya.
"Makan malam udah siap, mari kita makan bersama." ujar Surraya membuat pembicaraan itu terhenti.
"Nah, ayoo kita makan malam." ajak Arya kepada mereka semua.
Mereka pun menuju ke meja makan dan menempati kursi masing-masing. Arya yang tidak melihat kehadiran putrinya pun bertanya kepada sang istri.
"Bun, Ai mana, ga turun untuk makan malam?" tanya Arya penasaran.
Mendengar ucapan sang Ayah, Arsyad dan Arrayn pun menatap Bundanya seakan meminta jawaban atas pertanyaan sang Ayah.
"Di kamar, katanya tadi mau ambil handphone dulu, ga tau kenapa ga balik-balik." ujar Surraya .
"Ya uda biar Aa aja yang panggil Bun." ujar Arryan yang mulai bangkit dari tempat duduknya namun tiba-tiba tangannya di tahan oleh Arsyad sembari berkata "Ga perlu, tuh dia turun, kalo pun di ga turun biar gue yang panggil dari pada ujungnya ribut karena lo ganggu Ai." ujar Arsyad sambil terkekeh kecil.
Arrayan mendengus tanda tak suka dengan ucapan sang kakak, walaupun kenyataannya memang benar adanya. Arrayan dan Aira memang tidak bisa jika sehari saja tidak damai.
"Kamu lama banget sih Ai, ambil handphone doang juga." omel Surraya pada Ai.
"Hehehehe, maaf Bun, tadi si Andin telepon jadi aku bicara dulu sama dia." ucap Ai. Tapi Ai tersadar ketika melihat ada Davier sama Papanya,
"Kok mereka belum pulang ya?" batin Ai dalam hati.
"Ya udah duduk dulu kek baru sambung ngobrolnya, kasian yang uda nunggu lama nih." ketus Arrayan, membuat Ai menjulurkan lidahnya ke Arrayan.
"Wkeeek, bilang aja Aa Rayn yang lapar, jangan bawa-bawa yang lain." ledek Ai.
"Udah berantemnya, sekarang kita makan, Ai ayo duduk di sebelah Davier." ujar Arya.
Dengan terpaksa Ai duduk di sebelah Davier. Walaupun begitu ia tetap memperlihatkan rasa hormatnya kepada tamu. Ia pun duduk di sebelah Davier.
"Ayo silahkan di makan, ini yang masak Ai loh." ujar Surraya dengan bangga, buat Ai jadi malu tau.
"Terimakasih Bun." ujar Davier.
"Apa gue ga salah dengar kan, dia panggil nyokap gue apa tadi, Bunda?" batin Ai dalam hati.
"Gimana enak ga Om, Davier? Ini bukan kali pertama kok Ai masak. Setiap hari Ai kok yang masak jadi ga perlu diragukan lagi deh." puji Arsyad.
"Luar biasa enak loh ini ga kalah sama makanan di restoran deh. Iya kan Vier?" ujar Hardi.
"Iya enak." ujar Davier singkat.
Ai merasa senang dengan pujian yang didapatnya hari ini. Ia juga merasa senang jika tamunya merasa puas dengan jamuan yang ia hidangkan. Tiba-tiba ponsel Ai berbunyi dan ternyata panggilannya dari Andin lagi. Ia izin permisi untuk mengangkat telepon.
Andin Is Calling
"*Halo"
"....."
"Iya udah kapan emang dia mau ketemuan sama aku Ndin?"
"....."
"Dia gila atau apa Ndin, ini bukan lagi jam kantor. Aku ga mau. Bilang sama dia atur jadwal sesuai jam kantor."
"....."
"Kalau gitu batalin kerja sama dan kontrak kantor kita sama kantornya."
"....."
"Profesional? Dia mengatakan aku ga profesional, apa maksudnya*?"
"....."
Mendengar Ai berteriak, sontak membuat mereka yang sedang menyantap makanan pun menoleh ke sumber suara. Menatap dengan begitu banyak pertanyaan.
"Dengar baik-baik, katakan padanya aku membatalkan kontrak kerja sama. Jika ia menolak besok aku sendiri yang akan menemui dan berbicara padanya."
Ai menutup telepon dan melempar ponselnya ke sofa di ruang santai keluarga. Emosinya memuncak setelah mendengar aduan dari asistennya. Tiba-tiba ponsel Ai berdering kembali menunjukkan bahwa Pandu menelponnya, ia pun mengambil ponsel lalu sedikit meredakan emosinya.
Kak Pandu Is Calling
"*Halo Kak, ada apa?"
"....."
"Iya kak, maaf aku harus membatalkan kontrak ini tanpa bertanya dulu pada kakak, ga papa kan kak?"
"....."
"Aku ga papa, aku bisa atasin masalah aku sendiri. Don't worry."
"....."
"Iya kak aku yakin, percayalah."
"....."
"Baik kak, Bye*."
"....."
"Ai, selesaikan makanmu nak." ujar Surraya .
"Udah ga ada selera Bun." ujar Ai kesal.
"Ai, duduk dan selesaikan makanmu atau fasilitasmu Aa cabut." ujar Arsyad tegas.
"Tapi Aa, Ai --," ucapan Ai terpotong ketika Arya berbicara.
"Duduk Ai." tegas Arya.
"Baik Yah." ucap Ai terpaksa menurut.
Ai pun duduk dan kembali melanjutkan makannya tanpa berbicara sedikitpun. Ai benar-benar kesal setelah mendapatkan telepon dari asistennya. Ai hilang kesabaran karena client yang mengatakn Ai tidak profesional.
"Sekarang apa masalahnya Ai." tanya Arsyad pada Ai yang lagi badmood.
"Ga ada Aa." jawab Ai singkat.
"Kalo ga ada kenaoa tadi teriak dan marah-marah sampe ngelempar handphone segala ke sofa?" tanya Aryad lagi.
Ai paling tidak bisa berkutik kalau Arsyad dan Ayah yang angkat bicara. Ai ga bisa ngebantah atau pun ngelak sedikit pun dari mereka. Bahkan Ai pastinya hanya bisa diam aja.
"Ai, Aa kamu nanya loh, kok ga di jawab." ujar Surraya lembut.
"Biasalah Aa, masalah kecil di Kantor." ucap Ai singkat.
Mendengar Ai bicara kata kantor, terlihat Hardi dan Davier seketika terkejut. Terlihat dari raut wajah dan alisnya yang naik sebelah. Seakan mereka meminta penjelasan.
"Kalo bicara yang jelas kenapa sih dek?" kali ini Arrayn angkat bicara.
"Client aku yang super duper cerewet meminta buat diadain meeting di minghu ini. Ai setuju aja selama Ai bisa. Tapi Aa tau kan udah 3x Ai meeting sama dia, bukan bahas pekerjaan, tapi malah bahas hal pribadi seakan lagi dinner apa. Nah hari ini dia ngajak buat meeting dan yang biki kesal meetingnya malam ini jam 8. Ya aku ga tolak lah, terus aku di bilang ga profesional. Siapa yang ga marah coba." ucap Ai kesal.
"Pandu tau soal ini?" tanya Arya.
"Iya Yah, dan aku udah minta maaf karena udah ambil keputusan sepihak, dan ternyata dia ga marah malah setuju sama keputusan aku." ucap Ai lagi.
Davier POV
Aku melihat Ai menerima telepon dan ternyata itu dari asistennya. Aku berpikir untuk apa ia menyewa asisten? Dan setelah panggilan terputus aku melihat raut wajahnya yanh sedang menahan emosi. Handphone nya pun berdering kembali dan ia mengangkatnya.
Setelah usai ia ingin naik ke atas namun, tidak jadi karena ia diminta untuk melanjutkan makannya. Ia pun menurut dan duduk kembali. Keluarganya meminta penjelasan dan ia menjelaskan semuanya.
Betapa terkejutnya aku, ternyata asistennya itu adalah pegawai di tempat ia bekerja. Aku tak menyangka ia juga bekerja di saat sedang kuliah. Namun nama itu kembali ku dengar. Ya pria yang bernama Pandu. Ternyata keluarga ini juga mengenal pria itu.
"Siapa sebenarnya pria bernama Pandu itu? Mengapa aku merasa aneh ketika nama pria itu terdengar di telingaku?"
Davier POV Off
-----------------Next Update--------------
Jumat, 5 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-08-06
0
Rozh
Malam Thor👋
Hadir menyapa dan memberikan dukungan💖semangat terus ya Thor💪
Salam dari
•Suami Dadakan
•kisah danau hijau buatan kakek😘😘
2020-09-02
1
Mia Mobateng
kalo ai sama davier. .. kasian pandu juga disti
2020-08-30
4