Aira pun meninggalkan mereka berdua untuk menuju ke parkiran. Setelah mendapat panggilan dari Pandu ia pun segera meluncur untuk menemui pria itu. Di perjalanan Ai dibuat kesal sebab keadaan jalanan yang begitu macet. Ia terus menggerutu tanpa henti.
"Apa Jakarta harus seperti ini ya. Kapan jalanan di sini tidak terkena macet. Merusak mood gue aja sih ga tau apa gue lagi buru-buru." gerutu Ai di dalam mobilnya.
Sudah hampir setengah jam ia duduk diam dan terus memperhatikan sekitar. Ini sudah cukup lama membuat Ai yang sejak tadi menggerutu akan nasibnya kini telah berhenti. Ia sudah benar-benar bosan melihat rambu lalu lintas yang sejak tadi tidak ada tanda untuk berubah hijau. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi seseorang.
Me
Andin, katakan pada Kak Pandu
kakak terlamat, jalanan begitu
macet hari ini.
Andin
Baik kak, baru saja aku mau
menghubungi kakak.
Kak Pandu cemas padamu
Setelah menghubungi asistennya Ai kembali fokus melihat ke depan. Ia sudah benar-benar jenuh berada di jalanan macet ini. Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 11.20. Itu artinya sudah hampir satu jam Ai terjepit di dalam kemacetan.
Davier POV
Di ruangan Davier sedang memeriksa jadwal mengajar dan mengerjakan beberapa tugas kantor. Ia memiliki janji untuk bertemu dengan Arya di rumahnya pukul 3 sore nanti.
Davier melirik arloji yang ia kenakan. Arloji tersebut menampakkan bahwa sekarang sudah menunjukkan waktu untuk istirahat salat dan makan siang. Davier pun meninggalkan pekerjaannya sejenak dan merebahkan dirinya di sofa.
Sekilas pikiran kembali teringat dengan Ai mahasiswanya itu. Ia mendapatkan info dari beberapa dosen bahwa Ai merupakan mahasiswi yang terkenal dengan kepintaranya dan ia juga populer di kalangan para pria di kampus.
Tidak henti-hentinya Davier memikirkan tenntang Ai. Sejak pertama kali ia bertemu Ai ada rasa yang aneh yang tiba-tiba mengganggu dirinya terlebih setelah mendengar nama seorang pria. Ya nama Pandu, ia dibuat penasaran oleh sosok Pandu itu. Davier mengacak rambutnya kasar. Ia betul-betul merasa kacau.
"Apa-apan aku ini, gadis itu. Mengapa gadis itu begitu mengganggu pikiranku? Dan mengapa aku menjadi seperti ini karena gadis itu." ucapnya dengan penuh rasa kesal.
Davier POV Off
Di lain tempat Ai masih berada dalam mobil dan suasana macet. Wajahnya menampakkan raut kekesalan. Namun seketika raut wajahnya berubah ketika mendapati rambu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Ia pun mulai menancapkan gas dan meluncur untuk menuju ke lokasi tujuan.
Sekitar 20 menit pun ia telah sampai ke lokasi tujuan. Jika tidak macet mungkin ia sudah sampai sejak tadi. Jarak dari kampus menuju kemari tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu 20 menit saja itu pun jika tidak macet.
"Selamat siang nona Ai, Pak Pandu sudah menunggu anda di ruangannya." ucap seorang wanita yang tak lain adalah asisten Pandu.
"Baiklah terimakasih Kak Moza. Kalau begitu aku permisi untuk menemui Kak Pandu." ucap Ai singkat.
Ai pun mendorong knop pintu tanpa mengetuk. Bukan tanpa alasan Ai melakukan itu. Ai sudah lama kenal dengan Pandu jadi tidak heran jika Ai sesuka hati. Namun Ai juga sadar dimana dan bagaimana harus mengkondisikan sikapnya.
"Maaf Kak aku telat pake banget." ucap Ai pada Pandu.
"Santai aja kali Ai, kayak baru kenal aja kamu. Lagian kamu itu bukan karyawan biasa, kamu kan wakil direktur. Jadi kamu bebas mau gimana." ucapnya santai sambil tersenyum pada Ai.
"Ya tetap aja Kak, aku ga mau mereka berpikiran negatif soal aku. Ini dunia pekerjaan bukan dunia permainan yang bisa seenak hati." ucap Ai tak enak.
"Formal banget sih kamu Ai, udah jangan cemberut gitu ah ntar cantiknya hilang loh." goda Pandu.
"Ih kakak, bikin aku malu aja tau ga. Kenapa kakak minta aku ke kantor. Apa ada kerjaan atau meeting dengan client?" tanya Ai penuh selidik.
"Ga ada jadwal apapun kok. Kalau ada kan pasti Andin kasi kabar ke kamu." ucap Pandu santai.
"Terus kenapa dong?" tanya Ai lagi.
"Ya ampun Ai, ini kan kantor kamu juga. Bukan berarti kamu kerja secara freelance ngebuat kamu ga harus datang ke kantor kan." ujarnya sedikit kesal.
Memang benar apa yang Pandu katakan. Bukan berarti Ai freelance membuat Ai tidal datang ke kantor. Tapi Ai berpikir karena tidak ada jadwal jadi Ai tidak harus ke kantor.
Pandu menyadarkan lamunan Ai. Ai pun tersadar dan menoleh kepadanya. Ai melihat wajahnya yang kembali ramah.
"Kenapa melamun, kamu mikirin apa Ai?" tanya Pandu pada Ai.
"Gak mikirinn apa-apa kok kak." jawab Ai.
"Ai, kamu hari Minggu pagi ada acara ga?" tanya Pandu.
"Ga ada tuh kak, emang ada apa?" tanya Ai balik.
"Disti, dia mau ngajak kamu jalan katanya. Dia minta aku nanyain ke kamu. Gimana Ai bisa kan?" tanya Pandu lagi.
"Wah bisa dong kak. Apa sih yang ga buat anak aku." ucap Ai dengan memperlihatkan senyum tipis.
"Serius nih kamu bisa. Ga ngerepotin kan Ai?" tanya Ai lagi.
"Iya serius, lagian udah lama juga Disti ga jalan bareng sama Mami Papinya kan Kak." ucap Ai.
"Syukur deh Ai kalo kamu bisa. Makasih yaa uda mau nemenin Disti, ngerawat dan jadi orang tua buat keponakkan aku Ai." ucap Pandu.
"Iya sama-sama Kak. Lagian kakak juga tau kan kalo aku uda ketemu anak kecil itu bawaannya gemessh banget." ucap Ai semangat.
Disti adalah keponakan Pandu. Sejak 2 tahun terakhir setelah kecelakaan kedua orang tua Disti, Pandu memutuskan untuk merawat Disti. Disti adalah anak semata wayang Kakaknya Pandu.
Semenjak Ai tau Pandu merawat Disti, sejak itulah Ai juga berniat membantu Pandu untuk merawat Disti. Sehingga Disti memmanggil Ai dan Pandu dengan panggilan Mami Papi.
Jangan kalian pikir Ai itu suda menikah ya apalagi menikah sama Pandu. Jangan salah paham ya. Ai cuma jadi Ibu angkat untuk Disti supaya dia merasakan kasih sayang orang tua seutuhnya.
Sekarang usia Disti sudah menginjak 5 tahun. Dan makin banyak saja permintaan yang ia minta ke Ai ataupun ke Pandu. Kadang Pandu merasa tidak enak sama Ai, tapi Ai santai dan tidak masalah juga untuk menuruti keinginan Disti.
Ternyata perbincangan Ai dan Pandu cukup lama. Waktu sudah menunjukkan pukul 3. Jadi Ai memutuskan untuk pamit pulang sama Pandu. Ai harus balik dan bantuin Bunda masak untuk makan malam. Iya Bunda itu ga bisa masak semenjak Ai SMP Ai yang ambil alih buat menyiapkan makan malam, paling Bunda cuma naruh aja di meja makan.
Di rumah, terlihat sepasang rekan bisnis yang sedang membahas pekerjaan. Iya siapa lagi kalau bukan Davier dan Papanya Hardi serta Arya dan anak-anaknya.
"Bagaimana mengenai kerjasama kita apakah anda setuju Pak Arya?" tanya pria paruh baya yang tak lain adalah Hardi.
"Saya setuju dengan kontrak kerjasama ini Pak Hardi. Mulai hari ini kita adalah partner." ujar Arya dengan menampakkan seulas senyumnya
"Baguslah jika begitu." ujar pria tersebut.
"Oh ya Davier, kamu juga seorang Dosen 'kan, kamu mengajar di Kampus mana?" tanya Arya.
"Iya benar. Mulai hari ini saya dipindah tugaakan di Universitas Indonesia Pak." jawabnya singkat.
"Loh itu kan kampus dimana adek kuliah kan Pa." ujar Arsyad.
"Iya benar tuh Aa Syad." timpal Arrayn.
"Hmm, iyaa benar juga." tukas Arya.
"Memang nama anak Pak Arya siapa? Laki-laki atau perempuan." tanya Hardi
"Perempuan, namanya --"
Belum sempat Arya menjawab dari luar sudah terdenagar deru mesin mobil yag berarti. Ai sudah pulang. Dan Ai pun masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum." ucap Ai.
"Wa'alaikumussalam." jawab semua serempak.
"Nah itu dia anak saya, sayang sini Ayah perkenalkan pada rekan bisnis Ayah." sambil menoleh ke arah Ai.
Davier dan Hardi pun ikut menoleh kearah yang sama dengan Arya dan betapa terkejutnya Ai dan Davier.
"Bapak? Ba-Bapak ngapain di rumah saya?" kaget Ai.
"Kamu, yang di kampus tadi kan." ujar Davier dingin.
-----------------Next Update--------------
Jumat, 5 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ikaa Sri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-30
0
Qaisaa Nazarudin
Oohh baru aku ngeuh kenapa Aira manggil diri nya dan Pandu Mommy dan Daddy nya Disti,,Anak angkatnya Aira ya,kasian deh Disti yatim piatu😭😭
2022-11-13
0
Yours Bee
mampir lagiii
2020-11-12
1