~MTLY 2~ Tak Terduga

Aira pun meninggalkan mereka berdua untuk menuju ke parkiran. Setelah mendapat panggilan dari Pandu ia pun segera meluncur untuk menemui pria itu. Di perjalanan Ai dibuat kesal sebab keadaan jalanan yang begitu macet. Ia terus menggerutu tanpa henti.

"Apa Jakarta harus seperti ini ya. Kapan jalanan di sini tidak terkena macet. Merusak mood gue aja sih ga tau apa gue lagi buru-buru." gerutu Ai di dalam mobilnya.

Sudah hampir setengah jam ia duduk diam dan terus memperhatikan sekitar. Ini sudah cukup lama membuat Ai yang sejak tadi menggerutu akan nasibnya kini telah berhenti. Ia sudah benar-benar bosan melihat rambu lalu lintas yang sejak tadi tidak ada tanda untuk berubah hijau. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi seseorang.

Me

Andin, katakan pada Kak Pandu

kakak terlamat, jalanan begitu

macet hari ini.

Andin

Baik kak, baru saja aku mau

menghubungi kakak.

Kak Pandu cemas padamu

Setelah menghubungi asistennya Ai kembali fokus melihat ke depan. Ia sudah benar-benar jenuh berada di jalanan macet ini. Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 11.20. Itu artinya sudah hampir satu jam Ai terjepit di dalam kemacetan.

Davier POV

Di ruangan Davier sedang memeriksa jadwal mengajar dan mengerjakan beberapa tugas kantor. Ia memiliki janji untuk bertemu dengan Arya di rumahnya pukul 3 sore nanti.

Davier melirik arloji yang ia kenakan. Arloji tersebut menampakkan bahwa sekarang sudah menunjukkan waktu untuk istirahat salat dan makan siang. Davier pun meninggalkan pekerjaannya sejenak dan merebahkan dirinya di sofa.

Sekilas pikiran kembali teringat dengan Ai mahasiswanya itu. Ia mendapatkan info dari beberapa dosen bahwa Ai merupakan mahasiswi yang terkenal dengan kepintaranya dan ia juga populer di kalangan para pria di kampus.

Tidak henti-hentinya Davier memikirkan tenntang Ai. Sejak pertama kali ia bertemu Ai ada rasa yang aneh yang tiba-tiba mengganggu dirinya terlebih setelah mendengar nama seorang pria. Ya nama Pandu, ia dibuat penasaran oleh sosok Pandu itu. Davier mengacak rambutnya kasar. Ia betul-betul merasa kacau.

"Apa-apan aku ini, gadis itu. Mengapa gadis itu begitu mengganggu pikiranku? Dan mengapa aku menjadi seperti ini karena gadis itu." ucapnya dengan penuh rasa kesal.

Davier POV Off

Di lain tempat Ai masih berada dalam mobil dan suasana macet. Wajahnya menampakkan raut kekesalan. Namun seketika raut wajahnya berubah ketika mendapati rambu lalu lintas berubah menjadi warna hijau. Ia pun mulai menancapkan gas dan meluncur untuk menuju ke lokasi tujuan.

Sekitar 20 menit pun ia telah sampai ke lokasi tujuan. Jika tidak macet mungkin ia sudah sampai sejak tadi. Jarak dari kampus menuju kemari tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu 20 menit saja itu pun jika tidak macet.

"Selamat siang nona Ai, Pak Pandu sudah menunggu anda di ruangannya." ucap seorang wanita yang tak lain adalah asisten Pandu.

"Baiklah terimakasih Kak Moza. Kalau begitu aku permisi untuk menemui Kak Pandu." ucap Ai singkat.

Ai pun mendorong knop pintu tanpa mengetuk. Bukan tanpa alasan Ai melakukan itu. Ai sudah lama kenal dengan Pandu jadi tidak heran jika Ai sesuka hati. Namun Ai juga sadar dimana dan bagaimana harus mengkondisikan sikapnya.

"Maaf Kak aku telat pake banget." ucap Ai pada Pandu.

"Santai aja kali Ai, kayak baru kenal aja kamu. Lagian kamu itu bukan karyawan biasa, kamu kan wakil direktur. Jadi kamu bebas mau gimana." ucapnya santai sambil tersenyum pada Ai.

"Ya tetap aja Kak, aku ga mau mereka berpikiran negatif soal aku. Ini dunia pekerjaan bukan dunia permainan yang bisa seenak hati." ucap Ai tak enak.

"Formal banget sih kamu Ai, udah jangan cemberut gitu ah ntar cantiknya hilang loh." goda Pandu.

"Ih kakak, bikin aku malu aja tau ga. Kenapa kakak minta aku ke kantor. Apa ada kerjaan atau meeting dengan client?" tanya Ai penuh selidik.

"Ga ada jadwal apapun kok. Kalau ada kan pasti Andin kasi kabar ke kamu."  ucap Pandu santai.

"Terus kenapa dong?" tanya Ai lagi.

"Ya ampun Ai, ini kan kantor kamu juga. Bukan berarti kamu kerja secara freelance ngebuat kamu ga harus datang ke kantor kan." ujarnya sedikit kesal.

Memang benar apa yang Pandu katakan. Bukan berarti Ai freelance membuat Ai tidal datang ke kantor. Tapi Ai berpikir karena  tidak ada jadwal jadi Ai tidak harus ke kantor.

Pandu menyadarkan lamunan Ai. Ai pun tersadar dan menoleh kepadanya. Ai melihat wajahnya yang kembali ramah.

"Kenapa melamun, kamu mikirin apa Ai?" tanya Pandu pada Ai.

"Gak mikirinn apa-apa kok kak." jawab Ai.

"Ai, kamu hari Minggu pagi ada acara ga?" tanya Pandu.

"Ga ada tuh kak, emang ada apa?" tanya Ai balik.

"Disti, dia mau ngajak kamu jalan katanya. Dia minta aku nanyain ke kamu. Gimana Ai bisa kan?"  tanya Pandu lagi.

"Wah bisa dong kak. Apa sih yang ga buat anak aku." ucap Ai dengan memperlihatkan senyum tipis.

"Serius nih kamu bisa. Ga ngerepotin kan Ai?" tanya Ai lagi.

"Iya serius, lagian udah lama juga Disti ga jalan bareng sama Mami Papinya kan Kak." ucap Ai.

"Syukur deh Ai kalo kamu bisa. Makasih yaa uda mau nemenin Disti, ngerawat dan jadi orang tua buat keponakkan aku Ai." ucap Pandu.

"Iya sama-sama Kak. Lagian kakak juga tau kan kalo aku uda ketemu anak kecil itu bawaannya gemessh banget." ucap Ai semangat.

Disti adalah keponakan Pandu. Sejak 2 tahun terakhir setelah kecelakaan kedua orang tua Disti, Pandu memutuskan untuk merawat Disti. Disti adalah anak semata wayang Kakaknya Pandu.

Semenjak Ai tau Pandu merawat Disti, sejak itulah Ai juga berniat membantu Pandu untuk merawat Disti. Sehingga Disti memmanggil Ai dan Pandu dengan panggilan Mami Papi.

Jangan kalian pikir Ai itu suda menikah ya apalagi menikah sama Pandu. Jangan salah paham ya. Ai cuma jadi Ibu angkat untuk Disti supaya dia merasakan kasih sayang orang tua seutuhnya.

Sekarang usia Disti sudah menginjak 5 tahun. Dan makin banyak saja permintaan yang ia minta ke Ai ataupun ke Pandu. Kadang Pandu merasa tidak enak sama Ai, tapi Ai santai dan tidak masalah juga untuk menuruti keinginan Disti.

Ternyata perbincangan Ai dan Pandu cukup lama. Waktu sudah menunjukkan pukul 3. Jadi Ai memutuskan untuk pamit pulang sama Pandu. Ai harus balik dan bantuin Bunda masak untuk makan malam. Iya Bunda itu ga bisa masak semenjak Ai SMP Ai yang ambil alih buat menyiapkan makan malam, paling Bunda cuma naruh aja di meja makan.

Di rumah, terlihat sepasang rekan bisnis yang sedang membahas pekerjaan. Iya siapa lagi kalau bukan Davier dan Papanya Hardi serta Arya dan anak-anaknya.

"Bagaimana mengenai kerjasama kita apakah anda setuju Pak Arya?" tanya pria paruh baya yang tak lain adalah Hardi.

"Saya setuju dengan kontrak kerjasama ini Pak Hardi. Mulai hari ini kita adalah partner." ujar Arya dengan menampakkan seulas senyumnya

"Baguslah jika begitu." ujar pria tersebut.

"Oh ya Davier, kamu juga seorang Dosen 'kan, kamu mengajar di Kampus mana?" tanya Arya.

"Iya benar. Mulai hari ini saya dipindah tugaakan di Universitas Indonesia Pak." jawabnya singkat.

"Loh itu kan kampus dimana adek kuliah kan Pa." ujar Arsyad.

"Iya benar tuh Aa Syad." timpal Arrayn.

"Hmm, iyaa benar juga." tukas Arya.

"Memang nama anak Pak Arya siapa? Laki-laki atau perempuan." tanya Hardi

"Perempuan, namanya --"

Belum sempat Arya menjawab dari luar sudah terdenagar deru mesin mobil yag berarti. Ai sudah pulang. Dan Ai pun masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum." ucap Ai.

"Wa'alaikumussalam." jawab semua serempak.

"Nah itu dia anak saya, sayang sini Ayah perkenalkan pada rekan bisnis Ayah." sambil menoleh ke arah Ai.

Davier dan Hardi pun ikut menoleh kearah yang sama dengan Arya dan betapa terkejutnya Ai dan Davier.

"Bapak? Ba-Bapak ngapain di rumah saya?" kaget Ai.

"Kamu, yang di kampus tadi kan." ujar Davier dingin.

-----------------Next Update--------------

Jumat, 5 Juni 2020

Salam Hangat

Author Halu

Terpopuler

Comments

Ikaa Sri

Ikaa Sri

🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-11-30

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Oohh baru aku ngeuh kenapa Aira manggil diri nya dan Pandu Mommy dan Daddy nya Disti,,Anak angkatnya Aira ya,kasian deh Disti yatim piatu😭😭

2022-11-13

0

Yours Bee

Yours Bee

mampir lagiii

2020-11-12

1

lihat semua
Episodes
1 ~MTLY 1~ Pertemuan
2 ~MTLY 2~ Tak Terduga
3 ~MTLY 3~ Perasaan
4 ~MTLY 4~ 180°
5 ~MTLY 5~ Permintaan
6 ~MTLY 6~ Bimbang
7 ~MTLY 7~ Ternyata
8 ~MTLY 8~ Sakit
9 ~MTLY 9~ Kaget
10 ~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11 ~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12 ~MTLY 12~ Cemas
13 ~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14 ~MTLY 14~ Derita PMS
15 ~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16 ~MTLY 16~ Menghindar
17 ~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18 ~MTLY 18~ Sederhana
19 ~MTLY 19~ Dia Kembali?
20 ~MTLY 20~ Kembali Terluka
21 ~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22 ~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23 ~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24 ~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25 ~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26 ~MTLY 26~ Salah Siapa
27 ~MTLY 27~ Haruskah Aku
28 ~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29 ~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30 ~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31 ~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32 ~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33 ~MTLY 33~ Rasa Percaya
34 ~MTLY 34~ Penantian Berharga
35 ~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36 ~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37 ~MTLY 37~ Sakit Karena?
38 ~MTLY 38~Saling Memahami
39 ~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40 ~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41 ~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42 ~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43 ~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44 ~MTLY 44~ Bertengkar
45 ~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46 ~MTLY 46~ Celengan Rindu
47 ~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48 ~MTLY 48~ Masalah Lagi
49 ~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50 ~MTLY 50~ Belum Selesai
51 ~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52 ~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53 ~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54 ~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55 ~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56 ~MTLY 56~ Blushing Mode On
57 ~MTLY 57~ Toxic Bucin
58 ~MTLY 58~ Dilema
59 ~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60 ~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61 ~MTLY 61~ Peta Persaingan
62 ~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63 ~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64 ~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65 ~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66 ~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67 ~MTLY 67~ Luapan Emosi
68 ~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69 ~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70 ~MTLY 70~ Setitik Harapan
71 ~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72 ~MTLY 72~ Kasih Sayang
73 ~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74 ~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75 ~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76 ~MTLY 76~ Ragu
77 ~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78 ~MTLY 78~ Kejutan
79 ~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80 ~MTLY 80~ Hiburan
81 ~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82 ~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83 ~MTLY 83~ Pilihan
84 ~MTLY 84~ Takdir
85 ~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86 ~MTLY 86~ Manja
87 ~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88 ~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89 ~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90 ~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91 Extra Part 1
92 Extra Part 2
93 Extra Part 3
94 Vote!!
95 New !!!!
96 New Story~ Bukan Salah Takdir
Episodes

Updated 96 Episodes

1
~MTLY 1~ Pertemuan
2
~MTLY 2~ Tak Terduga
3
~MTLY 3~ Perasaan
4
~MTLY 4~ 180°
5
~MTLY 5~ Permintaan
6
~MTLY 6~ Bimbang
7
~MTLY 7~ Ternyata
8
~MTLY 8~ Sakit
9
~MTLY 9~ Kaget
10
~MTLY 10~ Telah Ditentukan
11
~MTLY 11~ Jangan Formal Bisa?
12
~MTLY 12~ Cemas
13
~MTLY 13~ Tiba-Tiba
14
~MTLY 14~ Derita PMS
15
~MTLY 15~ Bayangan Itu Kembali
16
~MTLY 16~ Menghindar
17
~MTLY 17~ Pengakuan Tak Terencana
18
~MTLY 18~ Sederhana
19
~MTLY 19~ Dia Kembali?
20
~MTLY 20~ Kembali Terluka
21
~MTLY 21~ Permainan Apa Ini?
22
~MTLY 22~ Apa Karena Itu?
23
~MTLY 23~ Mengapa Begini?
24
~MTLY 24~ Dia Yang Istimewa
25
~MTLY 25~ Rasa Untuk Kita
26
~MTLY 26~ Salah Siapa
27
~MTLY 27~ Haruskah Aku
28
~MTLY 28~ Rasa Yang Terkuak
29
~MTLY 29~ Berantem Tapi Romantis
30
~MTLY 30~ Menyakiti Untuk Mengobati
31
~MTLY 31~ Bersaamamu Aku Nyaman
32
~MTLY 32~ Bertemu Masa Lalu
33
~MTLY 33~ Rasa Percaya
34
~MTLY 34~ Penantian Berharga
35
~MTLY 35~ Tangis Bahagia
36
~MTLY 36~ Arrayn Berbeda
37
~MTLY 37~ Sakit Karena?
38
~MTLY 38~Saling Memahami
39
~MTLY 39~ Rasa Nyaman
40
~MTLY 40~ Khawatir vs Jengkel
41
~MTLY 41~ Rahasia Masa Lalu
42
~MTLY 42~ Rasa Yang Terpendam
43
~MTLY 43~ Cemburu Tapi Gengsi
44
~MTLY 44~ Bertengkar
45
~MTLY 45~ Davier vs Alvaro
46
~MTLY 46~ Celengan Rindu
47
~MTLY 47~ Hari Yang Menyebalkan
48
~MTLY 48~ Masalah Lagi
49
~MTLY 49~ Ai Yang Berbeda
50
~MTLY 50~ Belum Selesai
51
~MTLY 51~ Panik vs Rasa Bersalah
52
~MTLY 52~ Mau Baikkan Tapi Gengsi
53
~MTLY 53~ Hari Untuk Bahagia
54
~MTLY 54~ Salah Mengartikan Cinta
55
~MTLY 55~ Tertawa Lepas
56
~MTLY 56~ Blushing Mode On
57
~MTLY 57~ Toxic Bucin
58
~MTLY 58~ Dilema
59
~MTLY 59~ Kejutan Untuk Fira
60
~MTLY 60~ Memberi Kebahagiaan
61
~MTLY 61~ Peta Persaingan
62
~MTLY 62~ Gara-Gara Lampu Merah
63
~MTLY 63~ Malam Yang Indah
64
~MTLY 64~ Takut Kehilangan
65
~MTLY 65~ Kenyataan Pahit
66
~MTLY 66~ Berusaha Tetap Kuat
67
~MTLY 67~ Luapan Emosi
68
~MTLY 68~ Kehilangan Kepercayaan
69
~MTLY 69~ Kembalinya Persahabatan
70
~MTLY 70~ Setitik Harapan
71
~MTLY 71~ Tak Enak Hati
72
~MTLY 72~ Kasih Sayang
73
~MTLY 73~ Menyerah Dengan Keadaan
74
~MTLY 74~ Ibarat Warna Langit
75
~MTLY 75~ Mana Yang Benar?
76
~MTLY 76~ Ragu
77
~MTLY 77~ Buah Kesabaran
78
~MTLY 78~ Kejutan
79
~MTLY 79~ Beruntung Ada Kamu
80
~MTLY 80~ Hiburan
81
~MTLY 81~ Bumil Sensitif
82
~MTLY 82~ Debat Aja Terus
83
~MTLY 83~ Pilihan
84
~MTLY 84~ Takdir
85
~MTLY 85~ Kamu Berbeda
86
~MTLY 86~ Manja
87
~MTLY 87~ Pengorbanan Seorang Ibu
88
~MTLY 88~ Sebuah Rasa Rindu
89
~MTLY 89~ Keluarga Kecil
90
~MTLY 90~ Bahagia Yang Sederhana [ END ]
91
Extra Part 1
92
Extra Part 2
93
Extra Part 3
94
Vote!!
95
New !!!!
96
New Story~ Bukan Salah Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!