My Teacher Love You
Sinar mentari menyelinap masuk membuat sosok gadis yang tengah tertidur nyenyak pun terbangun. Dengan malas ia membuka mata dan kemudian mengambil ponselnya. Ponsel menunjukkan pukul 06.50. Rasa ngantuk membuat ia ingin kembali memejamkan matanya, namun tidak jadi saat suara sang bunda memanggilnya.
"Aira sayang, ayo bangun ini sudah pagi tidak baik anak gadis bangun siang begini." ucap Bunda sambil mengetuk pintu.
"Iya Bun, Ai uda bangun kok ini mau mandi." ucap Ai.
"Ya sudah, selesai mandi langsung turun, kita sarapan bareng ya Ai." ucap Surraya.
Surraya pun turun ke bawah dan menyiapkan sarapan di meja makan. Terlihat Arya suaminya sedang menuruni tangga menuju meja makan. Diikuti oleh dua pemuda di belakangnya yang tidak lain adalah Arsyad dan Arrayn kedua putra kebanggannya.
"Bun, Ai belum bangun lagi?" ucap Arrayn pada Surraya.
"Sudah, lagi mandi dan siap-siap di kamar." ucap Surraya.
"Selamat pagi semua. Ciee ada yang kangen sama Ai sampai ditanyain ke Bunda." ledek Ai pada Arrayn hingga membuat raut wajah pria itu berubah seketika.
"Emang siapa yang kangen kamu Ai?" tanya Arsyad pada Aira sambil melirik Arrayn.
"Huh, drama di setiap pagi dimulai." decak Arryn membuat semua orang terkekeh.
"Aa Rayn yang tampan, jangan marah dong Ai kan ga lagi ngeledek Aa. Lagian Aa nyariin aku tapi pas ditanya malu-malu kan jadi bahan ledekan Aa Syad jadi bukan salah Ai dong Aa." ucap Ai dengan memperlihatkan puppy eyes pada Arrayn.
"Sudah jika kalian terus bercanda maka semua yang ada disini akan terlambat." ucap Arya sambil memainkan ponselnya.
"Ai bagaimana kuliah dan pekerjaanmu apakah lancar?" tanya Arsyad.
"Aman dan terkendali kok Aa jangan khawatir." ucap Ai.
"Ai, kenapa kamu tidak fokus kuliah saja sayang, Ayahmu ini masih sangat mampu untuk membiayai ssmua fasilitas yang kau butuhkan." ucap Arya tegas.
"Ayah benar Ai, fokuslah pada kuliahmu Aa saja juga mampu untuk memenuhinya." kali ini Arsyad menimpali.
"Ai tahu kalian semua mampu, tetapi Ai ingin menemukan pengalaman dan mengukur seberapa besar potensi yang Ai miliki. Ai juga tahu bahwa keluarga Ai mampu memenuhi apa saja yang Ai inginkan, namun Ai juga ingin melakukan sesuatu yang Ai suka di usia muda Ai. Jadi Ai mohon mengertilah." ucap Ai tegas dengan memberikam penekanan pada pengalaman dan potensi.
"Iya, tapi Ai -- " belum sempat Arya berbicara sudah dipotong oleh istrinya.
"Baiklah sayang jika itu keinginanmu kami semua selalu mendukung segala proses yang kamu lakukan." balas Surraya lembut.
"Terimakasih Bunda." gumam Ai sambil.memperlihatkan senyum manisnya.
"Apa ada yang ingin terlambat sampai ke tujuan masing-masing?" celetuk Arrayn yang entah sejak kapan sudah berdiri.
Mendengar perkataan Arrayn mereka semua pun bergegas. Namun berbeda dengan Ai yang kalang kabut entah apa yang membuatnya seperti itu.
"Yah Bun, Ai berangkat dulu yaa udah telat nih. Bye semua, Ai sayang kalian." ucap Ai smabil berlari.
~Di Kampus~
"Ya ampun kenapa kelasnya pake acara dimajukan secara mendadak sih ga tau apa gue jadi kalangkabut gini." gerutu Ai bertubi-tubi.
Di sepanjang koridor kampus, Ai terus berlari tanpa memperdulikan semua orang. Ia tak memperdulikan jika ia harus menabrak semua orang yang mengganggu jalannya. Hingga ia tak sengaja menabrak seorang pria.
"Duhh, jalan pakai mata dong. Minggir napa, gue buru-buru nih. Lo ngehalangin jalan gue tau. Minggir ga!" amuk Ai pada pria itu dengan garangnya.
"Kamu yang salah jalannya ga bener lalu kamu mau menyalahkan orang lain?" balas pria itu dingin.
Ai yang mendengar suara bass pria tersebut pun mendongak untuk melihat siapa yang telah ia tabrak dan menyalahkan dirinya itu.
"Loh, gue yang salah? Jelas-jelas lo yang salah. Udah ah ga ada guna berdebat sama lo yang ada gue bisa telat masuk. Waktu gue habis sia-sia ngeladenin orang yang gak muka tembok kayak lo." desis Ai emosi.
Ai pun meninggalkan pria itu dan berlari menuju ke kelasnya. Sampai di kelas ia mengintip ke kaca pintu dan terlihat belum ada sosok dosen di dalam ruangan tersebut. Ai pun bernafas dengan lega. Ia pun melangkahkan kakinya masuk kemudian duduk.
"Loh Ai kok lo ngos-ngosan gitu?" ujar Fira heran yang melihat Ai duduk sembari mengatur nafasnya.
"Gilaa siapa yang majuin jam perkuliahan tanpa konfirmasi di grup dari awal sih Fir?" tanya Ai dengan ngos-ngosan.
"Ai loh pasti lupa cek grup kelas kan malam tadi, makanya loh bilang gitu. Ai ketua tingkat udah share infonya dari jam 8 malam Ai. Dan lo pasti baru cek pagi ini kan?" ucap Fira.
"Eh yang bener, jadi salah gue dong yaa yang ga update jadwal." gumam Ai sambii menepuk jidatnya sendiri.
"Eh cepet pada duduk, dosen udah jalan ke kelas." teriak Didit si ketua tingkat.
Semuanya pun duduk di kursi masing-masing. Kelas yang seketika riuh kini mulai senyap. Tidak ada aktivitas yang dilakukan selain mengutak-ngatik ponsel yang ada di genggaman mereka. Tak lama terdengar derap langkah kaki mremasuki kelas semua yang tengah berkutat dengan ponselnya pun kini berhenti dan fokus pada pria yang berada di depan pintu.
"Selamat pagi. Maaf saya terlambat, karena ada beberapa hal yang harus saya urus dengan dekan." ujarnya.
"Baiklah, kalian bingung mengapa bukan Pak Arsen yang hadir. Mulai hari ini saya menggantikan Pak Arsen untuk mengajar di kelas Sastra 1 karena beliau telah dipindah tugaskan ke kota lain." jelasnya.
"Keren banget."
'
"Ga papa deh kan gantinya dosen tampan."
"Dosen idaman."
"Ini bakal jadi saingan gue."
"Perasaan gue ga enak."
"Calon suami gue."
"Berkharisma banget deh."
Itulah celoteh anak kelas dengan berbagai tanggapan. Ada yang senng dan ada pula yang kesal jangan tanya tanggapan gue. Gue kesal banget secara tuh orang yang gue tabrak pagi tadi di koridor kampus bahakn sempat berdebat. Bahkan gue jadi malas untuk masuk kelas dia saking kesalnya gue.
"Baiklah, perkenalkan nama saya Davier Galuh Pramono. Dan seperti yang sudah saya katakam bahwa saya akan menggantikan Pak Arsen untuk mengampu mata kuliah Sastra lokal mulai hari ini hingga akhir semester. Dan tentunya saya memiliki aturan yang wajib kalian patuhi selama satu semestet ke depan." jelas Davier.
Kemudian Davier mengambil selembar kertas di dalam map bewarna biru. Davier meminta mahasiswanya untuk mendengar, menyimak bahkan bila perlu mencatat setiap poin peraturan yang akan ia bacakan. Dengan suara lantang ia membacakannya.
PERATURAN MAHASISWA:
**1.DOSEN SELALU BENAR.
2.TOLERANSI KETERLAMBATAN 10 MENIT.
3.PRESENTASI KEHADIRAN MINIMAL 75 %.
4.PENGUMPULAN TUGAS TEPAT WAKTU.
5.JIKA DOSEN MELAKUKAN KESALAHAN MAKA KEMBALI KE POIN 1 YANG MENYATAKAN "DOSEN SELALU BENAR.
TERTANDA**
DAVIER GALUH PRAMONO
Seusai peraturan tersebut dibacakan kelas mulai riuh seakan melontarkan kata tak terima atas peraturan yang dibacakan oleh Davier. Namun hanya ocehan yang tidak jelas yang mereka lontarkan.Mereka tidak berani mengatakan langsung.
"Ocehan yang tidak ada gunanya." gerutu Ai
"Apa ada yang ingin ditanyakan? Jika tidak ada maka kelas kelas saya sudahi hari ini." ujar Davier.
"Bapak umurnya berapa?"
"Bapak sudah menikah?"
"Boleh minta nomor Whatappsnya?"
Rasaya Ai ingin muntah mendengar pertanyaan tidak jelas yang teman-temannya lontarkan. Tinggal menunggu saja apa dosen itu akan menjawab atau tidak.
"Umur saya 23 tahun dan saya belum menikah. Untuk nomor Whatapss akan saya berikan kepada PJ mata kuliah ini. Oh yaa siapa PJ nya?", gumamnya.
Fira pun mengacungkan tangan. Ya karena dia adalah PJ nya. Anak-anak yang lain pun menatap sinis ke arah Fira namun seketika nyalinya menciut ketika aku menatap mereka tajam.
"Baiklah, kalau begitu kelas hari ini saya akhiri sampai di sini. Selamat pagi." ujar Pak Davier.
Ai pun akhirnya bisa bernafas lega, dan langsung menarik lengan Fira untuk keluar dari kelas. Mereka menyusuri koridor dan tanpa sengaja berpapasan dengan Dosen Killer bin Kutub itu.
"Permisi pak." ucap Fira.
"Tunggu dulu, kamu PJ saya kan untuk kelas Sastra 1?" tanyanya dingin.
"I-iya pak benar." jawab Fira gagap.
"Kalau begitu ini kartu nama saya dan disitu ada nomor saya. Hubungi saya segera agar saya bisa memberikan info perkuliahan." ujarnya dingin.
"Baik pak akan segera saya lakukan." jawab Fira lagi
Tak lama ponsel Ai berdering. Ai mengambil ponsel dari saku tas dan terlihat nama di benda pipih itu.
Kak Pandu Is Calling
Au pun menjauh dari mereka dan menerima panggilan tersebut. Setelah selesai berbicara Ai pun kembali menghampiri mereka.
"Fir, sorry gue ga bisa nemenin lo ke kantin gue harus buru-buru karena Kak Pandu udah nungguin gue yaa." ujar Ai kepada Fira.
"Iya ga papa gue langsung balik aja kok Ai." jawab Fira ramah.
"Ya udah gue duluan. Saya permisi Pak." ucap Ai pada Pak Davier.
"Iya silakan." balas Davier dingin.
Davier POV
Aku hari ini telah selesai mengajar dan ketika melewati koridor kampus tak sengaja berpapasan dengan mahasiswiku. Mereka menyapaku. Ketika berbicara gadis yang pagi tadi menabrak dan marah-marah padaku ternyata juga mahasiswaku. Ketika sedang mengobrol ia meminta izin untuk menerima telepon.
Setelah selesai, ia izin untuk pulang duluan karena sudah di tunggu oleh seseorang yang di panggilnya Kak Pandu. Disaat itulah aku sempat tahu nama panggilannya Ai. Namun aku merasa aneh ketika ia menyebut nama seorang pria. Ya Pandu.
"Siapa itu Pandu?"
"Apa hubungan gadis ini dengan pria yang bernama Pandu itu?"
-----------------Next Update----------------
Jumat, 5 Juni 2020
Salam Hangat
Author Halu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Yenni Safitrii
hallo thorr semangat ya ceritanya menarik cukup bikin penasaran 🤭👍
2022-12-02
0
Ikaa Sri
sudahhh kepooo aja pak dosenn mahhh
2022-11-30
1
Zuny Achmad
😂😂😂 ada yng cemburu 😜😜
2022-11-15
0