Bab 15. Bertemu Kembali

Di negeri nan jauh dari tanah kelahiran, seorang pria baru saja merasakan duduk di kursi kebesarannya. Betapa bahagianya raut wajah pria itu karena baru saja lulus dari akademik dan sebentar lagi akan memegang kekuasaan di tempat yang sekarang ia duduki, dibalik meja besar dengan papan akrilik bertuliskan namanya. Arion Barra.

"Setelaah aku berhasil memegang saham terbesar di perusahaan daddy, aku akan membawa Zivanya ke sini dan menikahinya."

Pria itu bergumam sambil menatap ke satu arah dengan keyakinan penuh. Ia berharap apa yang diinginkannya itu akan terkabul. Namun ditengah bahagianya rasa yang membuncah di dalam hati, pintu ruangan itu ada yang mengetuk.

Arion mengerutkan alisnya, menerka orang yang ada di balik pintu itu.

"Ya, masuk!" perintahnya.

Sesaat kemudian pintu pun terbuka. Seorang pria mengenakan setelan jas dan celana berwarna hitam dipadukan kemeja formal warna putih serta dasi dengan warna yang senada dengan jasnya. Dia adalah Javier, orang yang di tunjuk oleh ayahnya Arion untuk menjadi tangan kanannya sejak kecil.

"Oh, kamu rupanya Pak Javier .... " Arion beranjak dari kursinya. "Ada apa?" tanyanya menatap heran.

"Ada yang ingin saya sampaikan pada Anda, Tuan Muda."

"Ya, katakan saja."

"Saya baru dapat kabar kalau gadis yang beberapa waktu lalu dekat dengan Anda, kini telah di serahkan kepada orang lain karena dijadikan jaminan atas hutang ayahnya."

"Zivanya maksud Pak Javier?" tanya Arion memastikan dan pria yang ada di hadapannya itu mengangguk yakin.

Kedua telapak tangan Arion langsung mengepal kuat. Hatinya bergemuruh. Pria itu sangat marah mendengar berita tersebut.

"Si alan! Padahal waktu itu aku sudah memberinya uang seratus juta. Apa uang segitu masih kurang? Ada apa sebenarnya?" batin Arion yang tidak ingin tinggal diam.

"Pak Javier, kamu tahu siapa orang yang memberi hutang pada ayahnya Zivanya?" Mata Arion melirik tajam ke arah Javier, seolah pria itu yang menjadi sasaran utamanya.

"Aries Barley."

Arion begitu tercengang ketika Javier menyebutkan nama kakak kandungnya.

"Menurut informasi yang saya terima, Zivanya dijadikan pembantu pribadinya oleh Tuan Aries. Bahkan saat ini Zivanya sedang terbaring sakit karena dehidrasi."

"Tidak mungkin!" Arion menepis berita itu.

"Tapi itulah kenyataan yang ada Tuan Muda." Javier meyakinkan Arion.

"Bukankah kak Aries sudah punya pembantu pribadi?" Arion masih sulit mempercayai hal itu.

"Iya, dan ... " Javier mengeluarkan ponsel lalu menunjukkan sebuah video pada Arion. "Lihat ini Tuan Muda."

Arion memperhatikan dengan mata jeli pemeran dalam video tersebut. Dalam video itu, terlihat seorang wanita berpakaian seksi berbicara pada sambungan telepon melalui ponselnya.

"Aku tidak mungkin resign secepat itu, Aries pasti akan sangat marah. Bagaimana kamu mencarikan penggantiku terlebih dahulu? Mungkin kamu bisa jebak temanmu, karena menjadi pembantu di rumah ini tidaklah mudah. Aku hampir mati setiap hari menghadapi Aries yang sangat tempramen. Meskipun dia kaya, tapi aku hanya ingin tubuhnya saja. Ah! Itupun sangat sulit ... Dia memiliki trauma ... Ya sudah, jangan lupa cari orang untuk menggantikanku di sini."

Arion mulai berpikir keras, terlebih ketika mendengar kata jebak.

"Apa mungkin ayahnya Zivanya dijebak?" gumamnya dengan suara yang sangat pelan.

"Pak Javier, bisa saya meminta bantuanmu?" tanya Arion dengan sungguh-sungguh.

"Apapun akan saya lakukan semampu saya Tuan Muda."

"Tukar Zivanya dengan pembantu yang ada di kediaman kedua orang tuaku. Biarkan saja untuk sementara waktu dia sebagai pembantu di sana, tapi jangan beri dia pekerjaan yang berat."

"Baik Tuan Muda. Akan saya laksanakan. Namun ... " Javier seketika tampak gugup.

"Ada apa?"

"Apa Tuan Aries harus tahu?" tanya Javier ragu-ragu.

Arion tertegun sejenak. Pria itu sangat tahu sifat sang kakak seperti apa. Sang kakak paling tidak suka ada orang lain yang mengganggu kehidupan pribadinya, itulah keras kepalanya seorang Aries semua keputusan harus sesuai dengan kenyataan yang menurutnya benar. Jika tidak, tiada satupun yang mampu mengganti keputusan itu sekalipun keluarganya sendiri.

"Kalau perlu kamu menukarnya ketika dia sedang ke kantor. Dengan begitu, Zivanya bisa aman," usul Arion.

"Baiklah saya akan berangkat sekarang, permisi Tuan Muda."

Javier pergi dari ruangan itu. Sedangkan Arion mondar mandir, tampak sangat gelisah.

"Apa aku harus ke sana juga ya? Rasanya aku tidak tenang sekali. Apalagi mendengar Zivanya sakit. Entah siapa yang salah, tapi aku yakin ada orang lain yang sengaja menjerumuskan Zivanya sampai sejauh ini."

Tidak ingin hanya ongkang kaki menunggu berita dari Javier, Arion langsung keluar dari ruangan. Namun ia memilih diam-diam pergi dari sana. Karena perkiraannya mungkin hanya dua sampau tiga hari lamanya.

...----------------...

Pesawat yang ditumpangi Arion mendarat bersamaan dengan pesawat yang ditumpangi Javier. Arion mengendap-ngendap agar tidak terlihat darinya. Pria itu tidak berpikir hal terburuk apa yang akan menghampirinya. Sebab yang ada dipikirannya hanya menyelamatkan Zivanya dari sana.

Arion langsung menuju tempat kediaman pribadi Aries. Sementara Javier pergi ke kediaman kedua orang tua Tuan Muda-nya itu untuk menarik salah satu pelayan yang usianya tidak jauh beda dengan Zivanya.

Pria itu mencoba membobol kode akses supaya bisa masuk ke dalam. Sebab selama ini Aries begitu sangat tertutup.

Setelah berhasil masuk, Arion segera menuju pintu dimana letak pusat CCTV rumah itu berada. Ia menggunakan 'jurus insting' dengan ke-sok tahuannya.

Namun siapa sangka hampir saja dibuat pusing tujuh keliling, Arion menemukan pintu itu. Satu yang pasti, ia mematikan semua CCTV yang terhubung ke ponsel Aries terlebih dahulu.

Beruntung ketika mobil yang dikendarai Javier tiba, tanpa perlu bersusah payah pintu gerbang terbuka. Rumah milik Aries itu seperti tanpa penghuni, bahkan pria dingin itu enggan menyewa satpam untuk menjaganya.

Arion melihat Javier datang bersama seorang wanita yang memiliki wajah hampir seratus persen mirip dengan Zivanya. Arion terperangah melihat wanita itu. Seulas senyum pun terbit dari kedua sudut bibirnya.

"Pak Javier kamu memang luar biasa!" gumamnya memuji tangan kanannya itu dari dalam ruang CCTV.

Sesaat kemudian, Zivanya yang tangannya sudah terlepas dari selang infus keluar dari kamar. Wajahnya masih tampak pucat dan dilihat dari cara berjalan pun masih tampak lemas. Arion menyadari itu dan langsung keluar dari ruangan tempatnya berada saat ini untuk segera menghampiri Zivanya.

Sampai ketika dimana Zivanya berada di dapur. Gadis itu membuka lemari piring yang berada di dalam salah satu laci kitchen set. Tiba-tiba saat dirinya hendak berbalik badan, ia sangat terkejut.

"Astaghfirullah!" Gadis itu tercengang dan napasnya seolah tertahan beberapa saat. Cairan bening pun seketika membendung di kelopak matanya. "Arion ... " lirihnya dengan suara bergetar.

"Zivanya, aku merindukanmu ... "

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

ihh sama aq jg rindu. authorx ja at lama up jadi memisahkan kita sekian lm bru berjumpa 🤭🤣

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!