Bab 6. Kepanikan Pagi Hari

Semalam, Zivanya pulang cukup larut. Tadinya Glenka memaksanya untuk menginap dirumahnya terlebih dahulu. Namun ia tetap bersikukuh untuk pulang ke rumah. Alhasil sopir pribadi keluarga Glenka pun yang mengantarkannya.

Tepat ketika suara adzan Shubuh berkumandang, Zivanya terbangun dari tidurnya. Ia pun duduk untuk mengumpulkan kesadarannya.

Setelah beberapa saat, Zivanya turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. Seperti biasanya, ia selalu mandi pagi sebelum melaksanakan sholat Shubuh. Menurutnya tubuhnya terasa lebih segar dan menjadi jarang berkeringat ketimbang mandi pukul enam sampai delapan pagi.

Dibawah guyuran air dingin, Zivanya memejamkan mata menikmati air yang dingin itu membasahi seluruh tubuhnya. Ia pun membersihkan celah kulit dari kotoran menggunakan scrub.

Ritual mandinya hari ini lebih lama. Mengingat hari ini adalah hari libur dan waktunya Zivanya memanjakan tubuhnya dengan perlengkapan mandi yang telah disediakan oleh ibunya.

Hampir setengah jam berkutat di kamar mandi, Zivanya pun keluar dengan hanya menggunakan lilitan handuk di tubuh serta kepalanya. Rasa segar pun sangat di rasakannya. Ia segera melaksanakan sholat Shubuh.

...----------------...

Waktu telah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Zivanya keluar dari kamar setelah membereskan kamarnya untuk mengambil sapu.

Namun belum juga membuka pintu, suara pecahan piring begitu santer terdengar di telinganya.

"Astaghfirullah, siapa yang pecahin piring itu?" kata Zivanya lalu segera membuka pintu dan bergegas pergi ke dapur. Ia berjalan sampai tergopoh-gopoh.

Ternyata ibunya yang memecahkan piring itu, namun keadaan wanita yang hampir paruh baya itu tergeletak pingsan dengan raut wajahnya yang pucat.

"Ibu! Ibu kenapa? Bangun Ibu!" Zivanya teriak histeris karena panik. Ia mengangkat kepala ibunya lalu menaruh di atas pahanya.

"Ayah! Tolong Ayah!"

Zivanya kira ayahnya ada di rumah. Cukup lama dia panggil-panggil, tapi sang ayah tak kunjung datang.

Dengan sekuat tenaga Zivanya mengangkat tubuh ibunya lalu membawanya ke ruang tamu dan dibaringkan ke atas sofa. Setelah itu, Zivanya pun mencari minyak kayu putih di sebuah kotak obat yang terpasang di dinding pemisah antara kamarnya dan juga orang tuanya.

Cukup lama Zivanya berusaha membuat ibunya sadar, namun ternyata nihil. Rasa panik dan gelisah pun menjadi satu. Dipikirannya sudah campur aduk tidak keruan.

Saat dibuka pintu kamar orang tuanya, tidak ada siapapun di sana. Zivanya segera pergi ke kamarnya untuk mengambil ponsel.

"Glenka sudah bangun belum ya?" gumam Zivanya yang awalnya merasa ragu untuk menghubungi temannya itu.

Akan tetapi tiba-tiba saja ponselnya bergetar sekaligus berdering. Sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya. Namun nomor yang tertera adalah nomor asing yang tidak ia kenali.

Ditengah gentingnya keadaan, Zivanya pun menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum ... "

"Waalaikumsalam. Kamu Zivanya?"

Suara pria yang ada di ujung telepon itu membuat Zivanya terdiam beberapa saat. Ia berusaha mengenali suara pria itu.

"Ini siapa?" tanya Zivanya.

"Kamu gak ingat sama suaraku?" Pria itu justru bertanya balik.

"Memangnya siapa? Di ponselku tidak ada nama kontakmu soalnya."

"Aku, Arion. Masih ingat?"

Arion? Ada apa pagi-pagi menghubungi Zivanya? Apa dia sedang kurang kerjaan? Pikir gadis itu

"Iya tentu aku ingat."

"Jangan lupa save nomorku ya. Karena sewaktu-waktu aku ataupun kamu sedang membutuhkan bantuan, kita bisa saling berkomunikasi."

Apa sih Arion? Kenapa dia seakan begitu peduli pada Zivanya? Karena sudah sangat panik, Zivanya termakan kata-kata Arion.

"Arion ... " panggilnya dengan suara pelan sambil menatap ibunya yang tak kunjung sadar. Hatinya terasa sakit melihat sang ibu terbaring lemah.

"Ada apa? Dari suaramu seperti sedang kebingungan. Katakan saja.".

"Bolehkah aku meminta bantuan padamu?" tanya Zivanya dengan hati-hati.

"Boleh dong. Cepat katakan." Arion terdengar antusias.

"Ibuku pingsan, dan beliau belum sadar juga dari tadi. Aku sudah coba memberinya pertolongan pertama, tapi tidak berhasil. Bibirnya semakin membiru. Aku takut ...." Tangis Zivanya pecah juga. Meskipun apa yang dilakukan kedua orang tuanya akhir-akhir ini begitu sangat memberatkan pikirannya. Namun bilamana sang ibu telah seperti ini, anak mana yang tega membiarkan ibunya begitu saja.

"Astaga. Cepat kirim alamat rumahmu. Aku akan segera ke sana!" Arion ingin bergerak cepat. Nampaknya pria itu sedang berusaha menjadi pahlawan untuk Zivanya.

"Baik. Terima kasih Arion." Zivanya merasa terharu. Cairan bening yang keluar dari matanya itu tak hentinya mengalir.

"Sama-sama." Kemudian sambungan telepon diakhiri oleh Zivanya karena ia harus segera mengirimkan alamat rumahnya.

...----------------...

Saaf ibunya dibawa masuk ke dalam mobil, perasaan Zivanya semakin tidak menentu. Namun dibalik itu dirinya merasa lega karena Arion benar-benar datang untuk membantunya.

Meskipun sebaya, tampilan Arion seperti pria dewasa yang tampak lima tahun di atas Zivanya. Akan tetapi tetap saja tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Sejak kapan ibumu pingsan, Zivanya?" tanya Arion ketika dirinya berhasil keluar dari gang.

"Tadi, sekitar pukul enam lebih lima belas menit. Tetapi, awalnya itu aku hanya mendengar suara pecahan piring dari dapur," jelas Zivanya. Lalu Arion langsung melihat waktu pada jam tangan yang dipakainya.

Tanpa berkata apapun lagi, Arion langsung menancapkan pedal gas mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit terdekat. Beruntung jalan utama itu sedang sepi dari kendaraan dikarenakan hari minggu juga. Para pekerja pun sedang libur.

Tidak sampai sepuluh menit, Arion menghentikan mobilnya di depan pintu masuk instalasi gawat darurat pada sebuah rumah sakit. Pria itu segera turun dan Zivanya pun mengikuti.

Zivanya segera memanggil perawat supaya bisa dibawakan tempat tidur untuk ibunya. Sedangkan Arion berusaha mengeluarkan ibunya Zivanya dari dalam mobil. Namun ketika menyenguk bagian tengkuk lehernya, perasaan Arion pun mendadak tidak enak.

"Lehernya terasa dingin dan kaku, semoga saja masih bisa di selamatkan," batin Arion lalu tetap berusaha mengeluarkan ibunya Zivanya, karena tempat tidur pun sudah berada di dekat pintu mobilnya.

"Cepat tangani ibu ini! Saya akan segera mengurus administrasinya," kata Arion pada salah satu perawat itu.

"Biar aku saja Arion." Zivanya tidak ingin menambah kerepotan Arion lagi.

"Kamu tunggu saja di dalam," balas Arion memberinya tatapan tajam. Zivanya seperti terhipnotis, gadis itu mengangguk setuju.

Perawat serta dokter jaga yang ada di ruang instalasi gawat darurat itu bergerak cepat menangani ibunya Zivanya. Sementara Arion yang baru saja selesai mengurus administrasi, menghampiri Zivanya yang sedang duduk di ruang tunggu.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Arion seraya duduk di sebelah Zivanya.

"Aku hanya sedang berusaha baik-baik saja, Arion," jawab Zivanya lalu menoleh ke arah Arion dengan sorot sendunya.

"Ya, memang aku akui ... Wanita selalu punya alasan untuk kuat dan juga bermental baja karena terdesak oleh keadaan. Tetapi aku yakin dibalik itu kelemahannya pasti ada," kata Arion. Entah sarapan apa dia pagi ini sampai bisa berkata sebijak itu.

Zivanya terkekeh mengakuinya. "Sepertinya kamu sangat mengerti sekali tentang wanita."

"Tentu, karena mommy-ku itu seorang wanita dan aku sangat dekat dengannya sejak kecil."

Mereka saling bertatapan. Sepasang mata Zivanya mampu membuat Arion seketika terpukau.

Di tengah perbincangan mereka, tirai tempat ibunya Zivanya terbaring pun terbuka. Dokter beserta perawat keluar dari sana. Zivanya maupun Arion menyadari dan langsung beranjak dari tempat duduk masing-masing.

"Dok bagaimana keadaan ibu saya?"

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

lanjuttt

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!