Ruang tamu nampak sepi. Sesekali hanya terdengar suara helaan napas panjang Neva yang ada di pelukan Eldar. Keduanya masih duduk di sofa.
Tiba-tiba Neva sadar akan sesuatu. Ia melepaskan diri dari pelukan Eldar. "Jangan, El." katanya lalu menjauh dari pria itu.
"Ada apa, Eva?" tanya Eldar.
"Kita nggak boleh kayak gini. Aku tak boleh setiap kali bersedih langsung lari ke pelukanmu. Jika terus seperti ini, apa bedanya aku dan mas Genald?"
"Jelas berbeda. Genald memang pada dasarnya lelaki brengsek yang suka berselingkuh. Sedangkan kamu adalah wanita yang tersakiti. Hal yang wajar jika kamu butuh tempat untuk bersandar."
Neva menatap Eldar. "Aku ingin memberikan mas Genald kesempatan kedua. Mungkin setelah ini, dia benar-benar akan menyayangi aku."
"Bodoh! Seharusnya kamu tak memberi dia kesempatan, Ev. Dia itu tak akan pernah berubah ."
"El, bagaimana pun dia adalah suamiku."
Eldar merasakan hatinya sakit saat mendengar hal itu. "Semoga saja dia tak menyakitimu. Sebab, sekali saja aku mendengar dia menyakiti kamu, aku tak segan-segan akan membunuhnya." kata Eldar serius dengan suara yang tegas. Ia berdiri. "Kamu sebaiknya istirahat saja, Ev. Aku mau ke kantor."
"El ...!"
Tangan Eldar yang sudah memegang gagang pintu terlepas. Ia berbalik dan menatap Neva. "Ada apa?"
"Sebaiknya, kita jangan saling menelepon atau saling mengirim pesan jika bukan karena pekerjaan ku mengurus acara pernikahanmu. Aku serius ingin memperbaiki hubungan rumah tangga ku bersama mas Genald."
"Memangnya kenapa jika aku masih menghubungimu? Kamu takut dengan perasaanmu sendiri kan? Aku tahu kalau kamu masih cinta sama aku, Ev. Dan aku akan mengejarmu sampai kamu sadar bahwa kita berdua memang saling mencintai."
"El, please ....!"
"Aku nggak mau menjanjikan apapun, Ev. Kamu sendiri tahu bagaimana perasaan ku padamu." kata Eldar lalu membuka pintu dan segera pergi.
Neva menarik napas panjang. Ia memang masih mencintai Eldar. Apalagi saat tahu kebenaran dibalik menghilangnya Eldar 5 tahun yang lalu.
Merasa kepalanya sakit, Neva memilih untuk tidur. Ia terbangun saat merasakan kalau ada kecupan di dahinya. Ia membuka matanya. "Mas Genald?"
Genald tersenyum lalu duduk di tepi sofa. "Kenapa tidur di sini?"
"Tadi pas ngantuk sudah malas pindah tempat." Neva bangun dibantu oleh Genald.
"Mas kok sudah pulang. Memangnya ini sudah jam berapa?"
"Jam 2 siang. Papa mengijinkan aku pulang cepat saat aku mengatakan kalau kamu lagi tak enak badan. Kamu belum makan kan?"
Neva mengangguk.
"Aku sudah membeli makan siang untukmu. Sebentar." Genald segera membawa kantong plastik yang ada di atas meja menuju ke dapur. Ia menuangkan beberapa jenis makanan yang dibelinya, lalu mengaturnya di meja makan.
"Sayang, ayo makan!" panggil Genald dari ruang makan. Neva pun berjalan menuju ke ruang makan. Ia kaget melihat banyak makanan yang ada di sana.
"Banyak sekali." gunan Neva lalu duduk di hadapan Genald.
"Aku juga belum makan, sayang. Tadi selesai rapat, aku langsung pergi. Singgah sebentar di restoran untuk membeli makanan ini."
"Terima kasih." ujar Neva lalu mulai memindahkan makanan ke piring yang sudah tersedia di hadapannya.
"Bagaimana? Enak?" tanya Genald. Ia nampak bersemangat saat makan.
"Iya."
"Makan yang banyak ya? Supaya kamu cepat pulih. Setelah itu minum obatnya. Aku akan menemani mu hari ini." ujar Genald sambil tersenyum manis. Neva menatap Genald dengan sedikit bingung. Secepat inikah Genald berubah? Dapatkah ia mempercayainya?
Sementara itu di kantornya, Eldar melepaskan ponselnya dengan kesal saat melihat Neva dan Genald sedang menikmati makan siang bersama.
Rangga yang sedang duduk di hadapannya menatap sang bos. "Tuan, sebaiknya aku ambil lagi CCTV yang ada di apartemen nona Neva."
"Kenapa?" tanya Genald, nampak tak suka.
"Tuan akan stres sendiri jika memang nona Neva bermesraan dengan suaminya."
"Aku yakin kalau lelaki itu hanya pura-pura baik karena takut kehilangan warisan orang tuanya."
"Aku pikir, setelah tadi malam, ia akan berpikir dua kali jika menyakiti nona Neva lagi. Bagaimana jika memang tuan Genald ingin berubah? Bukankah nona Neva memberikan dia kesempatan kedua? Buktinya hari ini, dia tak bertemu siapapun setelah dari kantor. Ia membeli makanan dan langsung pulang ke apartemen."
"Kita lihat saja beberapa hari ke depan. Jika aku mendapati si brengsek itu masih main gila, aku akan langsung menyerahkan semua buktinya pada tuan Arya."
"Ok. Namun, bagaimana jika memang dia mencintai nona Neva? Apa yang akan tuan buat selanjutnya? Masih ingin merebut nona Neva dari tuan Genald?"
"Ya."
"Lalu bagaimana dengan nona Kintan?"
"Aku tidak mencintainya. Dan aku akan mencari cara untuk memutuskan hubungan kami."
"Tuan tahu konsekuensi seperti apa."
Eldar mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku tahu. Namun aku siap menanggung resikonya. Jika status Neva sudah cerai dari Genald, aku akan menikahinya dengan atau tanpa restu orang tuaku. Aku akan memberikan pengertian pada Kintan bahwa aku sudah mencobanya namun aku tak bisa mencintainya."
"Nanti tuan di cap sebagai pebinor."
"Aku tahu peduli. Kamu tahu alasan apa yang kumiliki untuk bisa bersama Neva. Ia menderita selama bertahun-tahun tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Aku yakin Genald tak akan bisa membahagiakannya. Namun aku bisa."
Rangga menggelengkan kepalanya saat melihat betapa keras kepalanya sang bos. Ia takut Eldar justru akan terluka jika Neva memang kembali akur dengan suaminya.
*********
Arya dan Tirta datang ke apartemen Neva. Mereka makan malam bersama Neva dan Genald di apartemen. Arya mendengar kalau menantunya itu sakit dan ingin mengunjunginya. Neva pun harus menyamarkan luka yang ada di sudut bibirnya dengan make up.
"Kalau Neva sudah benar-benar pulih, sebaiknya kalian pergi berbulan madu. Siapa tahu dengan pulang dari sana, Neva sudah bisa hamil. Kalian kan sudah periksa. Dokter mengatakan bahwa tak ada yang aneh dengan kalian berdua. Kalian dinyatakan sebagai pasangan yang subur." ujar Arya.
"Tapi kan minggu depan Genald harus ke Malang, pa." Kata Genald.
"Nanti dua minggu depan saja kau me Malang."
Genald senang mendengar perkataan papanya. Ia meraih tangan Neva dan menggenggamnya erat. "Kamu pernah bilang ingin pergi ke raja Ampat. Bagaimana kalau kita ke sana saja?" .
" Wah, itu tempat yang indah. Mama sama papa sudah pernah liburan ke sana." kata Tirta. "Bagaimana Nev? Kamu mau kan?" tanya Tirta.
Neva hanya mengangguk. Ia tak mau membuat mertuanya kecewa walaupun sebenarnya ia tak mau jalan-jalan saat ini.
Setelah puas mengobrol, Arya dan Tirta pun pulang. Neva setelah ke kamar untuk membersihkan diri dan tidur. Mungkin karena pengaruh obat sampai ia sudah merasa sangat mengantuk.
Neva keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gaun tidur, lengkap dengan kimononya. Nampak Genald baru saja memasuki kamar sambil membawa gelas dan cangkir dari kaca yang berisi air mineral.
"Kamu sudah mau tidur?" tanya Genald.
"Iya mas. Saya mengantuk."
"Tidurlah. Aku mau ke kamar mandi sebentar, setelah itu, aku akan menemanimu."
Neva pun segera naik ke atas ranjang. Ia mengambil guling dan memeluknya sambil membelakangi bagian sisi tempat tidur yang biasa Genald pakai untuk tidur. Tak berapa lama kemudian, terdengar pintu kamar mandi dibuka lalu ditutup kembali. Genald pun naik ke atas ranjang dan memeluk Neva dari belakang.
"Sayang, kamu sudah tidur?" tanya Genald.
Neva tak menyahut. Ia memang hampir kehilangan kesadarannya saat ia merasakan kalau tangan Genald membelai perutnya. Neva belum siap untuk bersama Genald. Ia harus memastikan dulu apakah Genald benar-benar telah berubah atau tidak.
Melihat Neva yang tak menjawab pertanyaannya, Genald pun melepaskan pelukannya. Ia menatap langit-langit kamar. Entah apa yang sedang lelaki itu pikirkan. Neva tak peduli karena kantuk sudah menjemputnya.
************
Eldar mengepalkan kedua tangannya melihat adegan itu.
"Rangga!" panggil Eldar.
"Ya, tuan."
"Cari tahu kapan Neva dan Genald akan pergi ke raja Ampat. Kita juga akan pergi ke sana."
"Tapi tuan....!"
"Nggak ada tapi-tapian. Aku takut sesuatu terjadi dengan Neva di sana."
"Baik, tuan."
Sementara itu, Kintan mendapatkan laporan dari anak buahnya. "Nona, tuan Eldar sudah menjual apartemennya yang lama beserta semua isinya. Ia sudah pindah ke apartemen baru dimana nona melihatnya masuk malam itu. Namun anehnya, tak ada nama tuan Eldar di sana sebagai penyewa unit apapun pemiliknya. Yang ada justru nama asistennya, tuan Rangga."
"Apa? Jadi Eldar tinggal dengan Rangga? Apakah dia dan Rangga sebenarnya pasangan?" Kintan jadi jijik membayangkan itu.
"Entahlah nona. Yang pasti di lantai yang sama terdapat juga apartemen milik nona Neva dan suaminya."
"Si WO yang menangani pertunanganan kami?"
"Iya. unit tuan Rangga tepat berhadapan dengan unit nona Neva."
"Kok aneh ya?" Kintan mengerutkan dahinya. Aku harus mencari tahu.
*********
Selamat menjalankan ibadah puasa ya bagi semua pembaca yang menjalankannya. Semoga puasa nya lancar. Amin.... amin...amin.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Uswatun
biar aja kintan ngira Eldar sama Rangga ada apa"🤣🤣🤣🤣
2023-07-14
1
Rahmat Mat
senang kalau Eldar dan Eva bersama
2023-05-24
1
gia nasgia
Aku di timnya Eldar dan Neva 😍 Aamiin allahumma Aamiin 🤲
2023-03-24
2