"Cincin ku mungkin ada di apartemen." ujar Eldar setelah ia pusing memikirkan di mana cincin nya itu.
"Jangan sampai dilepas apalagi hilang. Itu tak baik." kata Neva lalu mulai menikmati makannya.
Keduanya pun makan dalam diam. Tak ada yang bicara. Neva berusaha menikmati makannya yang memang sangat enak. Eldar yang awalnya tak ada selera makan, ikut merasa senang melihat Neva yang menikmati makannya. Ia akhirnya bisa menikmati makan siang itu.
"Sekarang, konsep seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Neva setelah mereka selesai makan dan pelayan restoran sudah membersihkan meja.
"Aku tidak tahu."
Neva mengerutkan dahinya. "Jadi, untuk apa kamu mengajak aku makan siang di sini?"
"Sejujurnya, aku hanya ingin berbincang denganmu."
Neva segera memasukan notes dan pulpennya ke dalam tas. "Kamu sudah membuang waktuku, El." kata Neva lalu segera meninggalkan Eldar.
"Neva......!" Eldar mengejarnya. Setelah ia berhasil menahan tangan perempuan itu, Neva pun berbalik dan melihatnya.
"Ada apa? Aku mau pulang."
"Aku antar."
"Aku bisa sendiri."
"Eva, kamu kan tahu kalau ini di luar kota. Ayo.....!" Eldar dengan cepat menarik tangan Neva menuju ke mobilnya.
Sepanjang jalan kembali ke kota, keduanya saling diam. Neva tak tahu mengapa ia tak bisa menolak keinginan Eldar. Harusnya tadi dia naik taxi saja.
Eldar sengaja ikut jalan belakang agar mereka lebih cepat sampai. Tak akan terjebak macet jika harus lewat jalan utama.
Hujan turun dengan sangat deras. Sampai akhirnya, Eldar merasa ada yang aneh dengan mobilnya. Ia memeriksa layar mobilnya dan diberitahukan kalau ban mobil belakang sebelah kanan, kempes. Mereka kini berada di jalan yang sepi dan hujan pun semakin deras turunnya.
"Ada apa?" tanya Neva saat melihat Eldar nampak kesal.
"Ban mobilnya kempes. Kamu tunggu di sini saja, ya? Aku akan menggantinya."
"El, hujannya deras. Nanti kamu sakit." Entah mengapa Neva menjadi khawatir.
"Hujannya mungkin agak lama baru berhenti. Kamu nanti terlambat pulang. Aku ganti saja. Di belakang ada payung." Eldar menuju ke jok belakang lalu meraih payung dari bagasi mobil. Ia kemudian turun lewat pintu belakang dan membuka bagasi untuk menurunkan pengait tempat ban serepnya berada. Neva yang melihat Eldar nampak kesulitan, segera turun dan meraih payung dari tangan Eldar.
"Nanti kamu basah, Va." ujar Eldar merasa tak enak hati.
"Supaya kamu lebih cepat gantinya."
Eldar pun mengalah. Ia mulai mengganti ban yang kempes.
Hujan dan angin semakin deras melanda daerah itu. Neva mulai menggigil. Ia sendiri melihat kalau Eldar juga sudah basah.
"Akhirnya selesai." ujar Eldar lalu memasukan ban yang kempes itu ke dalam bagasi mobilnya. Ia menggunakan air hujan untuk mencuci tangannya.
Angin bertiup dengan sangat kencang. Neva tak bisa menahan payung yang dipegangnya sehingga payung itu akhirnya terbang.
"Ya, El....!" Neva hendak mengejar payung itu namun Eldar menahan tangannya. Kilat dan Guntur dan saling sahut-sahutan membuat Eldar menarik tangan Neva untuk segera masuk ke dalam mobil. Namun, bukannya duduk di jok depan, keduanya masuk ke jok belakang.
"Duh....dingin....." keluh Neva sambil memeluk dirinya sendiri.
Eldar mencoba mencari sesuatu di jok belakang. Ia sering membawa baju ganti dan ia menemukan sebuah kaos.
"Eva, buka bajumu dan pakai ini. Nanti kamu sakit." ujar Eldar.
"Kamu sendiri bagaimana?" tanya Neva. Ia juga melihat kalau Eldar nampak menggigil.
"Aku cowok. Jadi suhu tubuhku lebih panas." Eldar segera berbalik membelakangi Neva. Ia pun membuka kemejanya yang sudah sangat basah lalu memakai kaos yang diberikan Eldar padanya. Namun sekalipun kemejanya sudah diganti, namun pakaian dalamnya yang basah tetap saja membuat Neva masih kedinginan. Apalagi roknya juga ikut basah.
"Masih dingin?" tanya Eldar.
"Iya. Aku basah kuyup gara-gara payungnya terbang."
Eldar meraih tissue dan menyerahkannya pada Neva. "Bersihkan wajahmu yang basah."
Eldar sendiri membuka kaos yang dipakainya. Neva langsung memalingkan wajahnya melihat tubuh Eldar yang kekar. Sepertinya Eldar sudah banyak berubah. Ia kini lebih berotot. Neva berusaha membuang semua perasaan aneh yang menjalar di seluruh kulit tubuhnya. Ingatannya kembali disaat ia dan Eldar melakukan hubungan intim untuk pertama kali. Itu juga terjadi saat hujan deras.
Neva memeluk dirinya semakin erat karena rasa dingin yang mulai membuat ia gemetar.
"Maafkan aku!" Eldar tanpa di duga langsung menarik Neva ke dalam pelukannya. Neva sempat menolak namun kehangatan yang ia rasakan mengalahkan penolakan dirinya. Neva memejamkan matanya, saat wajahnya menyentuh dada bidang Eldar yang hangat. Tanpa sadar tangan Neva melingkar di punggung kekar Eldar.
Sesuatu yang sebenarnya sangat Neva rindukan selama ini. Pelukan yang memberikan dia kehangatan raga dan juga ketenangan batin.
Pelukan yang tak pernah dia dapatkan dari Genald.
Neva merasakan tangan Eldar yang mengusap punggungnya. Neva tak mampu membohongi dirinya. Apa yang dilakukan Eldar saat ini menyejukkan hatinya. Agak lama keduanya saling berpelukan sampai akhirnya Neva sadar dan berusaha melepaskan diri.
"El, kita nggak boleh kayak gini." Neva mendongak. Tatapan mereka bertemu dan entah siapa yang memulai, bibir mereka menyatu dalam ciuman hangat yang saling berbagi rasa.
Neva adalah perempuan biasa yang tak pernah merasakan belaian hangat setiap kali Genald menyentuhnya. Suaminya itu bahkan tak pernah mencium bibir Neva.
Sesuatu yang panas terjadi di dalam mobil itu. Tak ada lagi kontrol saat Eldar dengan lembut mengangkat tubuh Neva untuk duduk dalam pangkuannya. Sungguh, Eldar tak bisa lagi mengontrol dirinya. Di detik itu juga Eldar sadar, bahwa ia masih mencintai Neva seperti 5 tahun yang lalu.
**********
Genald menatap perempuan yang kini tertidur di sampingnya. Dia adalah Silva. Mantan pacarnya saat kuliah dulu. Silva adalah perempuan yang merebut keperjakaan Genald. Saat mereka ketemu di hotel itu, keduanya seakan tak mau lepas lagi.
Silva punya bisnis di Jakarta, dan disinilah mereka, memadu kasih di dalam apartemen Silva.
Jauh sebenarnya di lubuk hati Genald, ia memuji kepribadian Neva. Sejak ia SMA, ia sudah mengagumi kecantikan Neva dan kepribadiannya yang lembut. Genald tahu kalau Neva bakal menjadi istri ideal.
Namun, karena orang tuanya sangat memuji Neva dan selalu membandingkan Neva dengan para pacar Genald, lelaki itu pun jadi kesal. Apalagi saat tahu kalau Neva ternyata sudah tak perawan lagi. Ia benci bukan menjadi lelaki pertama bagi Neva. Pada hal Neva adalah gadis pertama yang membuatnya jatuh cinta.
Ponsel Genald berbunyi. Ia melihat kalau itu adalah panggilan dari papanya. Pasti papanya akan bertanya apakah Genald sudah ada di apartemen atau tidak.
"Hallo, pa."
"Di mana kamu? Kenapa papa telepon Neva dan kamu belum berada di apartemen? Bukankah pesawat mu sudah tiba tiga jam yang lalu? Kamu kemana saja?"
"Genald hanya ketemu dengan beberapa teman, pa. Ini juga sudah otw ke apartemen."
"Ya sudah."
Genald mengenakan lagi pakaiannya. Kembali bertemu Silva, Genald tak perlu lagi mengeluarkan uang untuk menyewa para perempuan pemuas dahaganya sebagai seorang lelaki.
Ia mencium dahi Silva dan membangunkan Perempuan itu.
"Honey, kamu akan pergi?" tanya Silva dengan suara yang masih terdengar mengantuk.
"Iya. Papa menelepon. Istriku melapor karena aku belum ada di apartemen."
"Pergilah. Mungkin istrimu juga sudah rindu denganmu."
Genald hanya tertawa. Inilah yang ia sukai dari Silva. Tak cemburuan dan sangat pengertian. Ia pun segera meninggalkan kamar Silva lalu menghubungi taxi online.
Begitu ia tiba di apartemen, ia melihat Neva yang sementara menyiapkan makan malam.
"Kamu sudah tiba, mas?"
Genald mendekat. Ia memegang lengan Neva dengan kasar. "Kamu sengaja melapor ke papa ya?"
"Papa yang telepon menanyakan kamu, mas. Aku nggak mungkin bohong ke papa."
"Alasan kamu saja!" Genald mendorong tubuh Neva dengan keras. Ia menatap makanan yang Neva sajikan di atas meja. Neva sangat pintar memasak. Genald menyukai masakan Neva walaupun ia tak pernah mengakuinya.
"Buatkan aku kopi." ujar Genald lalu menarik kursi dan duduk di depan meja makan.
Neva menyalahkan mesin pembuat kopi. Ia kemudian menyajikan kopi di dekat Genald. Setelah itu Neva duduk di depan Genald. Keduanya makan dalam diam.
"Telepon papa dan bilang aku sudah tiba, makan sudah makan malam denganmu." ujar Genald setelah selesai makan. Ia kemudian segera menuju ke lantai dua untuk mandi.
Neva menelepon mertuanya. Setelah itu ia membereskan meja makan dan mencuci peralatan makan yang mereka gunakan.
*********
"Sayang, dimana cincin mu?" tanya Kintan saat mereka makan malam bersama di rumah orang tua Eldar.
"Oh, tadi aku membukanya. Lupa lagi dipakainya. Ada kok di apartemenku. Cincinnya akan longgar." Eldar mencari alasan karena memang ia tak tahu di mana cincin itu berada. Seingatnya, di malam pertunangan itu, ia membuka cincin itu dan menyimpannya di saku jaketnya sesaat sebelum ia mengetuk pintu apartemen Neva.
"Kok bisa longgar sih? Apakah karena berat badan kamu turun? Mami melihat kalau kamu agar kurus." ujar Elif. Gina mengangguk. Ia juga setuju dengan maminya. Eldar terlihat agak kurus.
"Mungkin kamu terlalu capek, El." ujar Kintan lalu mengusap tangan Eldar.
"Banyak proyek yang harus aku kerjakan. Aku sempat berpikir untuk menunda dulu pernikahan kita, Ki." kata Eldar membuat wajah Kintan langsung panik.
"Kok di tunda sih? Aku nggak mau, ah." Kintan langsung membersihkan mulutnya dengan tissue yang ada lalu ia segera meninggalkan meja makan.
"Eldar, kok ngomong kayak gitu sih?" Elif nampak tak suka.
"Aku berkata yang sebenarnya, mi. Aku baru saja memenangkan proyek yang besar."
"Kamu sama seperti papi mu. Selalu mementingkan pekerjaan. Ingat, berapa usiamu sekarang?"
Eldar meninggalkan meja makan dan pergi menyusul Kintan yang nampak menangis di teras belakang.
"Ki.....!" Eldar menyentuh bahu Kintan.
"Aku nggak mau sampai pernikahan kita batal, El. Aku sangat mencintaimu." Kintan langsung memeluk Eldar.
Eldar terdiam. Ia justru membayangkan Neva saat ini. Apa yang dilakukan Neva? Apakah suaminya menyakiti dia atau tidak? Sungguh, Eldar tak bisa jika harus tak peduli dengan mantannya itu.
*********
Bagaimana menurut kalian....
Apa yang terjadi antara Eldar dan Neva apakah sebuah kesalahan?
Sebekum dihujat, dilihat genre novel ini ya : Rumah tangga, selingkuh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
gia nasgia
Genald nggak sadar klau sdh menyia"kan Perempuan/istri sebaik Neva
2024-07-17
1
sherly
impas,cuman emang agak sulit diposisi Neva yg statusnya istri..
2023-07-19
1
Uswatun
genald udh ketemu mantan jg, sama" ketemu mantan dong
2023-07-14
1