Di kamarnya, Kintan tak bisa tidur. Ia kesal karena ajakannya untuk bermalam di apartemen Eldar, ditolak oleh tunangannya itu.
Kintan menatap wajahnya ke cermin. Apakah dia tak menarik lagi di mata Eldar? Ia membuka kimono gaun tidurnya sehingga bentuk tubuhnya yang seksi terpampang nyata. Tak mungkin Eldar tak tertarik dengan tubuhku lagi. Bukankah semua laki-laki sama? Mereka membutuhkan wanita yang bisa memuaskan mereka di atas ranjang.
Namun, mengapa Eldar sekarang tak ingin menyentuhnya lagi? Apakah karena ia ingin malam pertama mereka nanti jadi istimewa?
Kintan tahu bahwa Eldar sebenarnya lelaki yang baik. Dialah yang pertama kali menjebak Eldar agar mau tidur dengannya. Setahun yang lalu, Kintan dengan sengaja memasukan obat perangsang di minuman Eldar saat keduanya ada di apartemen Eldar. Kintan sungguh tergila-gila pada Eldar sehingga ia mau melakukan apa saja agar pria itu jatuh dalam pelukannya. Apalagi orang tua mereka adalah rekan bisnis. Mami Elif juga sangat menyukai Kintan. Ia berulang kali mengatakan bahwa hanya Kintan calon menantu yang ia inginkan.
Kintan menatap cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Aku harus bersabar karena tinggal selangkah lagi, aku akan menjadi nyonya Daksiano. Eldar pasti akan setia dan mencintaiku selamanya. Aku akan memberikan anak-anak yang banyak untuknya.
*********
Di apartemen Neva......
Mata Neva terus memandang pria yang kini terbaring lelap di sofa ruang tamunya.
Mengapa kau datang ke sini, El? Seharusnya kamu bersama dengan tunanganmu? Apa yang kau inginkan dengan datang ke sini? Kamu kan bilang kalau kamu memang tak punya hati lagi untukmu. Lalu kenapa sekarang kamu seakan peduli denganku?
Lelah tak mendapatkan jawaban dengan semua pertanyaannya untuk Eldar, Neva pun justru tertidur di sofa yang lain.
Pagi harinya, saat ia bangun, ia tak menemukan Eldar ada di sana. Namun, hidung Neva mencium bau masakan dari arah dapur. Ia pun bergegas ke sana. Tapi tak juga ia menemukan ada Eldar di sana. Matanya kini menatap meja makan. Neva membuka tutup saji dan menemukan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan sosis yang ada di atasnya. Sesuatu yang selalu Eldar siapkan untuknya saat mereka masih di Sidney.
Neva duduk di depan meja makan. Ia mengambil sendok lalu memasukan makanan itu ke dalam mulutnya. Rasanya masih sama. Tak berubah. Hati Neva merasa perih. Mengapa Eldar mencoba membangkitkan kembali memori diantara mereka?
*********
Bunyi notifikasi membuat Neva yang sedang melamun di ruangannya, segera membuka layar ponselnya. Ia langsung tersenyum saat melihat bonus yang dikirimkan bosnya.
Makasi ibu sayang.....
Demikianlah pesan yang Neva kirimkan padanya.
Baru saja ia akan menyimpan ponselnya, masuk lagi pemberitahuan yang baru. Ada sejumlah uang yang masuk lagi ke rekeningnya.
"Hallo pa...."
"Neva, papa kirimkan uang tugas Genald selama 1 minggu. Kamu jangan memberikan Genald uang apapun karena kepadanya papa berikan juga cash dalam jumlah 5 juta." terdengar suara papa mertuanya. Neva langsung menelepon saat tahu kalau kiriman uang itu diberikan oleh papanya.
"Baik, pa."
"Jangan lupa istirahat ya, nak."
"Papa juga."
"Sore ini, kami sudah tiba di Jakarta."
"Baik, pa." Neva mengahiri percakapannya dengan papa mertuanya. Hati Neva selalu sakit bila mengingat kebaikan mereka dan membuat ia tak bisa pergi dari Genald.
"Bu Neva, ada tamu." ujar Asti yang berdiri di depan pintu ruangan Neva.
"Siapa?"
"Tuan Eldar Daksiano."
Ngapain Eldar ke sini? Neva kaget saat Eldar menemuinya di ruangannya.
"Ya. Ijinkan saja dia masuk."
"Dia yang baru tunangan tadi malam kan, Bu?"
Neva mengangguk.
Asti keluar dari ruangan Neva dan setelah ia kembali bersama Eldar. Pria itu menggunakan baju santai. Celana jeans dan kaos. Ia juga menggunakan topi. Neva jadi ingat dengan penampilan Eldar saat di Sidney. Seperti inilah. Asti pun pamit ke ruangannya setelah mengunci pintu.
"Kamu sedang berkerja?" tanya Eldar.
"Ya."
"Nasi goreng nya enak, nggak?"
Neva menatap Eldar. "Nggak tahu."
Eldar terkekeh. Ia tentu saja tahu kalau Neva menghabiskan nasi goreng buatannya. "Masa sih kamu nggak mencobanya?"
"Aku nggak lapar tadi pagi."
"Kalau begitu, sekarang, ikut dengan aku."
"Kemana?"
"Makan siang."
"Aku belum lapar."
"Ini sudah jam 1, Neva. Kamu mau sakit?"
"Apa peduli mu kalau aku sakit?"
"Jelaslah aku peduli."
Deg. Neva menatap Eldar. Jantungnya berdetak sangat cepat. "Maksud kamu apa, El?"
"Kalau kamu sakit karena terlambat makan, siapa yang akan mengurus pernikahan aku?"
Kamu terlalu geer, Neva. Mengira kalau Eldar peduli denganmu.
"Pekerjaan ku masih banyak." tolak Neva.
Eldar berdiri dan mendekati Neva. "Ayo kita makan siang dulu."
"Aku belum lapar, El."
Eldar memegang lengan Neva dan menarik gadis itu sehingga ia berdiri. "Makan siang dengan ku, atau aku akan mengatakan pada semua orang di kantor ini kalau aku adalah mantan pacarmu."
"Eldar ....!" Neva melotot. Bisa heboh satu kantor kalau Eldar memang benar mengatakan kalau mereka pernah punya hubungan.
"Kamu mau apa sih?"
"Hanya ingin bicara dengan kamu. Memangnya nggak boleh?"
"Tapi hubungan kita sudah selesai."
"Aku tak akan membicarakan masa lalu kita. Aku justru ingin membicarakan tentang acara pernikahanku. Sambil makan siang karena aku juga belum makan siang."
Neva meraih tasnya dan segera mengikuti Eldar. Ia pamit pada Asti untuk ijin keluar karena akan meninjau lokasi tempat pelaksanaan acara pernikahan Eldar Daksiano.
"Kita mau kemana?" tanya Neva saat ia menyadari bahwa mobil ini sedang menuju ke luar kota.
"Makan siang."
"Kok arahnya ke luar kota sih?"
"Memang kita akan makan siang di luar kota."
"Nanti aku terlambat kembali ke kantor, El."
Eldar tak menanggapi ucapan Neva.
Tanpa terasa mereka tiba di sebuah daerah pinggir kota. Tempat makan itu ada yang di atas puncak dengan pondok-pondok yang terbuat dari bambu.
Eldar ternyata telah memesan tempat dan mereka langsung diantar ke salah satu pondok yang ada di pojok.
Setelah memesan makanan, Neva langsung mengeluarkan buku kecilnya dan pulpen.
"Jadi, kamu ingin konsep acara pernikahannya seperti apa?" tanya Neva.
"Makan dulu."
"Kita bicara sampai makanannya datang."
"Malas bicara kalau perut kosong. Pikiran langsung buntu."
Neva menarik napas panjang. Eldar sepertinya sedang menguji kesabarannya. Namun bukankah ini sifat Eldar yang dulu? Selalu membuat Neva kesal lalu kemudian akan membujuknya?
Ayolah, Neva. Kalian bukan pasangan kekasih lagi. Kenapa kamu berpikir kalau Eldar akan membujuk mu dengan pelukan manis?
Neva pun memilih diam sambil menunggu makanan yang mereka pesan datang.
"Kapan suamimu datang?" tanya Eldar, memecah kesunyian diantara mereka.
"Malam ini."
"Asyik dong, setelah seminggu lebih berpisah akhirnya ketemu juga."
Neva mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu?"
"Biasakan kalau dia orang yang saling mencintai berpisah, saat ketemu pasti sangat menyenangkan."
"Tentulah." ujar Neva berusaha menunjukan rasa bahagianya.
"Eva, seandainya kamu belum menikah, kamu mau nggak kembali lagi dengan ku?" tanya Eldar sambil menatap Neva dengan intens.
"Nggak."
"Kenapa nggak?"
"Pertama, karena aku tak mencintaimu lagi. Kedua, karena aku tak mungkin sebodoh itu mau kembali ke pelukan lelaki brengsek seperti kamu. Ketiga, karena aku tahu bahwa sebenarnya kamu tak pernah mencintai aku."
Eldar tersenyum sedih. "Kamu selalu bilang kalau aku pria brengsek tanpa pernah tahu kalau aku kembali ke Sidney untuk mencari kamu. Aku bahkan tinggal di Sidney selama sebulan sambil mencari informasi di mana kamu berada."
"Kapan kamu kembali? Aku masih ada di Sidney sampai....." Neva tak meneruskan kalimatnya. Rasa sakit itu kembali mengusik relung hatinya. "Jangan bicarakan masa lalu lagi, El." Neva berdiri. Ia meraih tasnya. "Mungkin lain kali saja kita makan siang. Aku mau pulang."
"Tunggu .....!" Eldar menahan lengan Neva.
"Kenapa lagi, El? Kisah kita sudah lama usai. Aku sudah menikah, kamu sudah bertunangan. Nikmatilah hidup dengan pasangan kita masing-masing."
Eldar membelai wajah Neva. "Rasanya aku tak rela melepaskan kamu lagi, Eva."
Tangis Neva langsung pecah. "Kamu sudah gila ya? Sekalipun aku bercerai dengan suamiku, aku tetap tak akan kembali padamu. Hatiku terlalu sakit dengan semua yang telah terjadi. Aku sudah berhasil menyembuhkan luka hatiku. Kenapa kamu ingin mengorek luka yang sudah sembuh. Kamu nggak tahu bagaimana susahnya aku membangun kembali dinding hatiku yang hancur berkeping-keping semenjak kamu tinggalkan. Aku bahkan tak berani menatap wajah ibuku setelah aku kembali dari Sidney. Aku merasa sebagai gadis yang rendah dan tak berharga lagi. Aku....."
Eldar tak tahan lagi mendengar setiap kata-kata Neva. Ia langsung memeluk perempuan itu dengan sangat erat. "Maafkan aku. Andai aku bisa membalikan waktu yang telah berlalu. Aku tahu luka hatimu. Sekarang itu yang ku rasakan. Hatiku hancur berkeping-keping saat tahu semua yang telah kau alami. Aku tak tahu bagaimana caranya menghukum diriku sendiri agar terbebas dari rasa bersalah ini." Eldar menangis. Ia sungguh menangis dengan hati yang hancur. Neva pun menangis. Tangannya memegang kuat pinggiran kaos Eldar.
"Ehm.....!"
Pelukan itu terlepas mendengar suara sang pengantar makanan. Perempuan itu nampak kikuk menemukan pasangan itu yang sedang berpelukan sambil menangis.
"Maaf tuan, nyonya. Saya mau mengantarkan makanan ini."
"Silahkan...." Neva menghapus air matanya dengan cepat, lalu membelakangi pelayan itu.
Eldar juga menghapus air matanya.
"Aku ke toilet dulu." kata Neva lalu melangkah meninggalkan pondok itu. Eldar menatapnya dengan khawatir. Ia takut jika Neva akan pergi. Namun ia akhirnya bisa bernapas lega saat dilihatnya Neva benar memasuki toilet.
Ponsel Eldar berbunyi. Itu adalah panggilan dari maminya.
"Ada apa, mom?"
"Kamu di mana? Kenapa nggak masuk kantor?"
"Mami di kantor?"
"Iya. Mami sama Kintan."
"Aku capek, mom."
"Kalai gitu kami ke apartemen kamu saja?" tanya Elif.
"Aku sedang keluar, mom. Lagi jalan sama teman. Aku butuh refreshing sedikit."
"Ya, sudah. Malam nanti pulang ke rumah, ya? Mami sama Kintan mau masak makanan kesukaanmu."
"Iya."
Eldar meletakan ponselnya di atas meja. Tak lama kemudian, Neva kembali datang dan duduk di depan Eldar.
"Ayo, kita makan!" ajak Eldar.
Neva mengangguk.
"Di mana cincin pertunangan mu?" tanya Neva.
Eldar terkejut. Ia lupa di mana cincinnya ia lepaskan.
***********
Hallo semua....
bagaimana kisah ini berlanjut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
gia nasgia
sepertinya Eldar tahu kisahnya hidupnya Neva, sejak perpisahan mereka
2024-07-17
1
Siti Aminah
eldar tau kisah neva yg terpuruk dr sahabatny dona...
2023-10-22
1
Jenn
sengaja bgtt ni si Eldar
2023-05-13
2