Pesawat yang membawa Eldar dan Rangga sudah lama pergi. Namun entah mengapa Neva belum juga beranjak dari bandara. Ia masih beta duduk diantara para penumpang lainnya yang sedang menunggu giliran untuk berangkat.
Kata-kata Eldar sebelum berangkat tadi terngiang kembali.
"Aku tahu kalau aku penyebab ketidakbahagiaan dalam pernikahan mu yang sekarang. Keadaanmu yang sudah tidak perawan lagi saat menikah menjadi duri dalam pernikahanmu. Namun jangan biarkan Genald selalu menekan mu karena hal itu. Beranilah untuk pergi. Karena di luar sana, masih banyak lelaki yang akan menerimamu tanpa mengungkit masa lalu mu."
Neva tak tahu apa arti perkataan Eldar. Ia juga tak mengerti mengapa Eldar harus mengajaknya bicara sementara cowok itu begitu membencinya. Tak ada tatapan mata yang penuh cinta seperti dulu. Dan Neva juga tak berharap itu akan ada. Karena ia sama sekali tak akan mempercayai nya.
Ponsel Neva berbunyi. Ada panggilan dari Genald. Dengan malas Neva menggeser tanda berwarna hijau itu.
"Sayang, kamu di mana?" tanya Genald lembut. Neva yakin, Genald sedang bersama mamanya.
"Ada di luar. Menemui klien."
"Sayang, segera ke rumah mama, ya? Mama menunggu kita untuk makan malam bersama."
"Baik."
Neva tahu apa maksud mertuanya mengajak mereka makan malam. Pasti karena ingin bertanya apakah Neva sudah hamil atau tidak. Bergegas ia meninggalkan bandara untuk mampir sebentar ke toko kue sebelum menuju ke rumah mertuanya.
**********
Setiap kali Neva datang ke rumah ini, ia selalu mengingat ibunya. Memang, hanya beberapa tahun saja ibunya bekerja di sini. Karena sebelumnya keluarga Saloka ada di Malang. Setelah Neva mendapatkan pekerjaan dan membeli apartemen, ia meminta ibunya untuk pindah bersamanya. Namun ibunya tak mau. Ia tak tega meninggalkan keluarga Saloka yang menjadi tempat kerjanya semenjak ibunya itu malah gadis.
"Neva sayang.....!" begitulah sambutan Tarti Saloka, ibu mertuanya yang tetap cantik di usia 55 tahun."
"Mama...." Neva membalas pelukan itu. "Ini, aku bawa kue kesukaan papa."
"Papa pasti senang menerimanya, nak. Ayo masuk!"
Di rumah ini, dulunya Neva adalah anak pembantu. Namun tuan dan nyonya rumah ini selalu menganggap Neva sebagai anaknya sendiri. Mereka bahkan menyekolahkan Neva di sekolah yang sama dengan anak-anak mereka saat mereka masih di Malang. Nsik mobil yang sama dengan anak-anak mereka. Anak tertua keluarga ini seorang perempuan. Namanya Chantika. Ia sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Dialah yang membantu Neva mendapatkan beasiswa di Sidney.
Gerald adalah anak kedua sedangkan Genald adalah anak bungsu mereka.
Arya sangat senang dengan kehadiran menantunya. Sejak dulu memang ia menyayangi Neva seperti anaknya sendiri karena ia juga tak pernah menganggap orang tua Neva sebagai sahabatnya dan bukan pelayannya. Neva juga adalah anak pintar yang tak pernah menyusahkan orangtuanya. Itulah sebabnya ia menjodohkan Neva dengan Genald anaknya.
"Neva, sebaiknya kamu berhenti saja bekerja. Karena terlalu lelah akan membuat wanita susah hamil." ujar Arya saat mereka selesai makan malam.
"Pa, ada banyak proyek yang Neva tangani. Mungkin sampai tahun depan Neva belum bisa meninggalkan pekerjaan Neva."
"Atau tinggal saja di sini, nak. Supaya kamu nggak disibukan dengan pekerjaan rumah tanggam Kalau di sini tahunya beres kan? Di sana kalian tak punya pembantu." kata Tirta.
"Ma, jarak kantor Neva kan lebih dekat dari apartemennya." Genald langsung berkata cepat sebelum Nev setuju dengan usulan mamanya. Bisa tak bebas lagi dia kalau akan tinggal di rumah ini.
"Iya, ma." sambung Neva.
"Kalau begitu, malam ini kalian tidur di sini ya?" kata Arya. Neva hanya bisa mengangguk sedangkan Genald terlihat sedikit kesal.
Akhirnya Neva bisa istirahat. Setelah mandi dan menggunakan piyamanya, perempuan itu pun membaringkan tubuhnya. Ia ingat dengan perkataan Eldar tadi di bandara sebelum pria itu berangkat.
Mengapa ia masih peduli padaku kalau memang ia tak mencintaiku? Mengapa aku juga harus terpengaruh dengan semua kata-katanya?
Pintu kamar terbuka. Genald masuk sambil membuka kemejanya. Neva tahu kalau suaminya itu baru saja mendapatkan wejangan dari ayahnya.
Ia masuk ke kamar mandi. Neva pun bangun dan menyiapkan pakaian untuk Genald setelah itu ia kembali membaringkan tubuhnya.
"Kamu mau apa?" tanya Neva saat merasakan kalau Genald memeluknya dari belakang.
"Kamu dengar tadi kan, kalau papa ingin segera melihat cucunya dari pernikahan kita. Jadi kamu layani aku makan ini."
"Aku capek, mas." Neva membalikan badannya dan terkejut melihat Genald tak menggunakan apapun lagi.
Genald tak peduli dengan keluhan Neva. Ia langsung menarik celana piyama Neva dan tanpa pemanasan, ia langsung menyatukan dirinya dengan Neva.
Air mata Neva jatuh saat merasakan luka di inti tubuhnya. Begitulah yang selalu Genald lakukan padanya.
Andai saja Genald mau memintanya dengan lembut. Andai saja Genald mau melakukan pemanasan walaupun hanya sedikit, Neva pasti tak akan merasakan sakit setiap kali mereka berhubungan.
Ingin rasanya Neva menendang Genald yang kini sedang menikmati tubuhnya tanpa peduli dengan rasa perih yang Neva alami di inti tubuhnya. Namun kamar mertuanya ada di samping kamar mereka. Neva tak ingin membuat keributan yang akan membuat mertuanya bangun.
**********
Eldar merasa lega karena ia akhirnya bisa memenangkan tender di Filipina ini. Ia sudah bisa mengembangkan usaha keluarganya ke bidang perhotelan.
Ia harus pulang hari ini karena Kintan sudah sedikit merajuk sebab Eldar belum pulang pada hal ia ingin memiliki waktu khusus bersama kekasihnya itu.
"Tuan CCTV tersembunyi di rumah nona Neva sudah terpasang. Itu hanya bisa dilihat dari aplikasi yang terhubung di ponsel baru anda." kata Rangga sambil menyerahkan ponsel baru Eldar.
"Terima kasih." Eldar membuka aplikasi itu. Ia melihat Neva sedang bertengkar dengan Genald.
Genald akhirnya pergi sedangkan Neva nampak hanya bisa menarik napas panjang. Seperti Genald minta uang dan Neva tak mau memberikannya. Eldar memang mendapatkan info kalau uang gaji Genald ditransfer ke rekening Neva.
Entah mengapa hati Eldar merasa sakit melihat Neva yang tak bahagia. Aku tidak mencintainya lagi. Aku tak menginginkannya. Jangan sampai perasaan ini mempengaruhi mood ku untuk bersama Kintan.
"Tuan, ayo kita berangkat sekarang." kata Rangga, membuyarkan lamunan Eldar.
Keduanya langsung melangkah meninggalkan kamar hotel. Rangga kemudian mampir ke resepsionis untuk cek out sedangkan Eldar duduk di salah satu sofa yang ada di lobby itu.
Matanya terpaku pada seorang anak yang sedang menikmati sebatang coklat. Ia nampak begitu asyik memakan coklat itu, tak peduli dengan mulutnya yang sudah kotor.
Tak lama kemudian seorang wanita mendekati anak itu. Sang wanita menggunakan kacamata hitam.
"My son, look at your dirty mouth because of chocolate." wanita itu mengambil tissue dan membersihkan mulut anaknya.
"Mommy.....!" anak itu nampak protes karena ibunya menganggu dirinya yang sedang makan coklat.
Eldar tersenyum melihat adegan itu. Apakah anakku sudah sebesar itu sekarang? Batin Eldar.
"Come on baby!" wanita itu menarik tangan anaknya.
"Mommy, can I borrow your sunglasses?"
"Sure!" wanita itu membuka kaca mata hitamnya dan memakaikannya di hidung mancung anaknya.
Eldar terpana saat ia menyadari siapa wanita itu. "Dona?"
********
Besok adalah acara pertunangan megah di rumah keluarga Daksiano.
Nampak Kintan akan pulang dengan wajah kesal karena calon tunangannya belum juga kembali dari Filipina.
"Dia janji akan pulang kemarin. Namun sampai hari ini, dia belum juga datang." kata Kintan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sabar nak. Yang pasti, besok Eldar akan datang." Elif memeluk calon menantunya.
"Ya sudah. Aku mau pulang saja. Aku harus istirahat cepat supaya besok tak ada lingkar hitam di mataku." Kintan menghapus air matanya. Ia mendekati Neva yang nampak masih sibuk dengan para kru nya. Neva sebenarnya mendengarkan percakapan itu namun ia pura-pura cuek.
"Neva, aku pulang dulu ya?"
"Istirahat yang cukup ya? Jangan lupa minum vitamin. Gaunnya bagaimana?"
"Aku suka sekali. Ukurannya sangat pas." Kintan memeluk Neva. "Bye...."
Neva menepuk pundak Kintan sebelum melepaskan pelukannya. Ia juga merasa kalau Eldar sangat keterlaluan. Pantaslah jika Kintan khawatir. Besok sudah merupakan hari istimewa mereka namun Eldar seakan lebih mementingkan pekerjaannya.
Neva meminta para kru nya untuk berhenti karena waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Besok pagi-pagi mereka sudah harus ada di sini karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan.
Setelah pamit dengan keluarga, Neva diantar mobil perusahaan untuk menuju ke apartemen. Selama seminggu ini Neva merasa tenang karena Genald sedang ikut papanya, tugas ke Surabaya.
Saat turun dari mobil, Neva tak langsung masuk. Ia sengaja duduk di taman yang ada di halaman depan apartemennya.
"Duh, lapar banget aku. Makan coklat dulu, ah." Neva mengeluarkan sebatang coklat dari dalam tas nya. Ia memang sangat menyukai coklat.
Sementara menikmati coklatnya, Neva melihat seseorang yang berjalan mendekatinya. Saat orang itu semakin dekat, Neva baru sadar kalau itu adalah Eldar.
"Eldar, apa yang kamu lakukan di sini? Seluruh keluargamu sedang menunggu kamu." kata Neva sambil berdiri.
Eldar menatap coklat yang dipegang Neva. Ia kemudian semakin mendekati Neva.
"Eldar....!"
Neva melihat tatapan mata Eldar yang nampak berbeda. Tak ada lagi kebencian seperti yang ia tunjukan semenjak mereka bertemu kembali sebulan yang lalu.
"Ada apa?" tanya Neva. Suaranya menjadi sangat pelan karena jarak diantara mereka yang begitu dekat.
Eldar tiba-tiba memeluk Neva dengan erat. "Maafkan aku karena telah membuat hidupmu menderita. Maafkan aku karena telah meninggalkan kamu. Alasan apapun yang akan ku jelaskan padamu, itu tak mau membayar semua penderitaan yang sudah kamu alami." kata Eldar dengan saudara yang sedikit bergetar.
Neva mengerutkan dahinya. Apakah Eldar menangis?
Eldar mengurai pelukan diantara mereka. "Andai aku bisa membalikan waktu, aku pasti tak akan pernah membiarkan kamu seperti ini."
"Eldar....." hanya itu yang mampu Neva katakan. Pelukan Eldar menyesakan dadanya. Neva bahkan merasa kalau saat ini ia akan menangis.
Ponsel Eldar berbunyi sehingga mengurai pelukan diantara mereka. Eldar melihat siapa yang meneleponnya.
"Hallo, Ki. Aku tahu. Maafkan aku ya? Aku baru saja tiba di Jakarta dan dalam perjalanan ke rumah. Kamu tidur yang nyenyak ya. See you tomorrow. Love you baby."
Neva merasakan dadanya sesak. Selembut itulah dulu Eldar meneleponnya. Sangat menyakinkan untuk di dengar.
Eldar kembali menatap Neva. Tak ada percakapan yang tercipta diantara mereka sampai akhirnya Neva berinisiatif untuk masuk. "Aku mau masuk. Selamat malam." Lalu ia membalikan tubuhnya dan segera melangkah.
"Eva.....!"
Langkah Neva terhenti. Itu adalah panggilan yang khusus dari Eldar untuknya.
"Jika kau tak bahagia dengan suamimu, tinggalkan saja dia."
Neva membalikan badannya. "Aku akan berusaha bahagia bersamanya. Aku yakin kalau aku bisa." ujar Neva lalu segera melanjutkan kembali langkahnya. Eldar, mengapa kamu masih peduli padaku?
***********
Bagaimana Neva akan terus bertahan dengan pernikahannya sementara Eldar justru akan semakin dekat dengannya?
Dukung emak terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
VS
anak mama kah ?
2025-01-17
0
Siti Aminah
pasti anakny neva yg d asuh dona
2023-10-22
1
Uswatun
apakah anak ya di asuh dona
2023-07-14
1