Neva merasakan kalau kepalanya sakit. Namun bunyi bel pintu terus terdengar membuat ia yang masih tertidur di sofa ruang tamu perlahan bangun. Siapakah penghuni apartemen ini yang datang mengunjunginya? Karena jika tamu itu berasal dari luar penghuni apartemen maka satpam penjaga lobby pasti akan menghubunginya lebih dulu.
Jantung Neva bagaikan berhenti berdetak saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya.
"Eldar?" tenggorokan Neva rasanya menjadi kering saat ia melihat pria berwajah Turki itu.
Eldar menatap Neva tanpa berkedip. Matanya langsung tertuju pada dahi Neva yang nampak sedikit membengkak dan ada luka dengan darah yang sepertinya sudah mengering.
"Kamu kenapa?" spontan Eldar memegang dahi Neva namun dengan cepat Neva mundur beberapa langkah sambil menggeleng.
"Siapa yang sudah menyakitimu? Apakah suamimu?"
"Apa peduli mu?" tanya Neva lalu ia meraih daun pintu. "Pergilah! Aku tak mau suamiku sampai memergoki kamu di sini."
Eldar menahan daun pintu dengan kakinya. Ia bahkan melangkah masuk sekalipun sang tuan rumah tak mengijinkannya masuk. Pandangan Eldar langsung menyapu seluruh isi ruangan tamu apartemen ini. Matanya terpaku pada sebuah foto pernikahan berukuran jumbo. Neva nampak bahagia dalam dekapan seorang pria yang wajahnya sama persis dengan yang Eldar lihat tadi di club malam.
"Pergilah Eldar! Aku capek ! Aku ingin istirahat." Neva berusaha tak bicara kasar karena ia memang tak mau berdebat dengan Eldar. Cukuplah sudah selama satu hari ini ia mengalami tekanan yang sangat berat.
Eldar membalikan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Neva. "Kemana suamimu?"
"Ia keluar sebentar untuk membelikan aku obat."
Eldar tersenyum mengejek. "Kamu memang tak pandai berbohong, Neva. Jelas-jelas tadi aku melihat suamimu ada di club malam. Ia sedang asyik bercumbu dengan seorang perempuan di sana."
"Jangan menjelek-jelekan suamiku. Dia bukan lelaki sepertimu!"
"Oh ya? Aku pikir dia lebih brengsek dari pada aku."
Neva merasakan kalau sakit di kepalanya semakin bertambah. "Tinggalkan aku!"
"Kamu merasa pusing?" tanya Eldar sambil memegang lengan Neva.
"El, lepaskan....!" Neva berusaha melepaskan dirinya namun yang terjadi adalah perempuan itu justru tak bisa lagi menahan rasa pusing yang mendera tubuhnya. Ia hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya, namun dengan cepat Eldar langsung menyanggah tubuhnya dengan kedua tangan Eldar yang kokoh lalu mengangkat tubuh Neva dan membaringkannya di atas sofa.
"Pergilah, El! Aku nggak butuh kamu. Aku hanya ingin tidur." kata Neva diantara kesadarannya yang semakin melemah.
Eldar mengeluarkan gawainya dari dalam saku celananya. Ia menelepon Rangga, asisten pribadinya yang menunggu ia di bawah. "Rangga, hubungi dokter Heru dan minta datang ke tempat ini."
30 menit kemudian, dokter pribadi keluarga Eldar, tiba di apartemen ini. Ia langsung memeriksa Neva tanpa banyak bertanya siapa perempuan ini. Ia sudah tahu sikap dingin sang tuan muda ini. Ia juga tak akan memberitahukan siapa perempuan ini kepada anggota keluarga yang lain kecuali sang tuan muda yang ingin mengatakan kepada mereka.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Eldar.
"Sepertinya dia hanya kelelahan . Mungkin dia juga belum makan. saya juga sudah mengobati luka di dahi nya." kata dokter Heru lalu menuliskan resep setelah ia menutupi luka di dahi Neva.
Rangga mengantarkan dokter Heru pulang dan ia langsung pergi untuk menebus obat bagi Neva.
Eldar pergi ke dapur dan memeriksa lemari makan. Tak ada makanan. Ia kembali menemukan kebohongan Neva yang mengatakan kalau ia dan suaminya akan makan malam bersama. Ia kemudian menghubungi Rangga dan meminta untuk dibelikan makanan.
***********
"Ibu......ibu......" Neva mengigau dalam tidurnya.
"Nev.....Neva.....ayo bangun! Kamu harus makan dan meminum obatmu."
Neva membuka matanya saat merasakan tepukan lembut di pipinya. Saat pandangan matanya semakin fokus, ia langsung memalingkan wajahnya saat melihat Erdan yang ada di depannya. Cowok itu sedang berlutut di samping sofa yang menjadi tempat Neva membaringkan tubuhnya.
"Kenapa kamu di sini? Pergilah!"
"Kamu takut suamimu datang? Aku pikir sekarang ia sudah lupa kalau memiliki istri."
Neva berusaha bangun. Ia memang merasa lapar. Matanya langsung menatap makanan yang ada di atas meja. Ia juga melihat ada obat di sana. "Kamu membeli aku obat?"
"Obat yang diresepkan oleh dokter. Tadi dokter datang memeriksa mu." jawab Eldar masih dengan suara yang datar.
"Makanlah." kata Eldar setelah menuangkan makanan di piring dan meletakkannya di atas pangkuan Neva.
"Terima kasih."
Neva terkejut melihat makanan apa yang dibelikan Eldar padanya. Nasi ayam Padang. Itu adalah makanan kesukaan Neva. Dulu, waktu di Sidney, mereka berdua sering membuatnya bersama karena sangat sulit mencarinya di Australia.
"Aku belum lupa dengan makanan kesukaanmu." ujar Eldar lalu segera beranjak dari hadapan Neva. Ia melangkah menuju ke balkon yang pintunya memang sudah terbuka. Lalu Eldar mengeluarkan bungkus rokok dari saku kemejanya. Ia menarik satu batang.
Neva memperhatikan itu. Sejak kapan Eldar merokok? Bukankah pria itu dulunya sangat anti dengan rokok? Ah, orang memang bisa saja berubah.
Akhirnya, makanan yang ada di piring itu pun habis. Neva membawanya ke dapur dan langsung mencucinya. Saat ia kembali dari dapur, Eldar sudah kembali masuk. Cowok itu terlihat sedang minum sebotol air mineral yang memang ada di atas meja.
"Minumlah obatnya. Menurut dokter, sebaiknya luka di dahimu itu jangan dulu kena air. Lukanya cukup dalam. Setelah mengering, barulah kau pakai salep di kotak berwarna biru itu. Usahakan perbannya di ganti setiap hari. Aku pergi." kata Eldar lalu meraih ponselnya yang ada di atas meja. Ia melangkah menuju ke pintu keluar. Namun sebelum membuka pintu ia kemudian berbalik.
"Jika pikiranmu sudah tenang, tolong katakan di mana anakku. Aku akan merawatnya dengan baik." ujarnya lalu segera menghilang di balik pintu.
Tangis Neva langsung pecah ketika Eldar menghilang.
Mengapa kamu dulu tak kembali jika memang kamu peduli pada anak itu? Mengapa kamu harus pergi disaat aku sangat membutuhkanmu? Mengapa kamu harus menyakiti aku?
*********
Eldar belum pergi. Ia masih berada di depan apartemen Neva. Hati Eldar sebenarnya tak ingin meninggalkan Neva. Namun ia tak mungkin tetap berada di sana. Setiap saat, suami Neva bisa saja datang dan Eldar tak mau membuat Neva dalam masalah.
"Tuan, kita pergi sekarang?" tanya Rangga yang masih duduk dengan setia di belakang kemudi.
"Apakah kamu sudah mendapatkan apa yang aku perintahkan?" tanya Eldar sambil menatap asisten kepercayaan nya itu.
"Sudah. Ibu nona Neva sudah meninggal setahun yang lalu. Tepatnya seminggu setelah Neva menikah. Suami nona Neva adalah anak bungsu dari pengusaha Arya Saloka. Menurut informasi yang aku dapatkan, ibu Neva adalah pelayan yang bekerja di rumah suaminya sejak nona Neva belum lahir. Sepertinya mereka dijodohkan, tuan."
Eldar mengangguk mendengar penjelasan Rangga. Ia tak meragukan informasi yang Rangga berikan karena ia sangat tahu kalau Rangga sangat ahli di bidang itu. Kalau Eldar tak mengajak Rangga bekerja dengannya, lelaki itu pasti sudah menjadi penjahat karena kemampuannya di bidang teknologi.
"Rangga, apakah kamu boleh meletakan kamera tersembunyi di apartemen Neva?"
Rangga terkejut. Ia tentu saja tahu kalau ini bukankah tindakan yang baik. "Tuan, apakah anda ingin memata-matai kehidupan nona Neva?"
"Hanya dengan cara itu, aku bisa tahu dimana anakku berada. Aku tak peduli lagi dengan Neva. Aku serius ingin bertunangan dengan Kintan."
"Baiklah tuan. Akan ku usahakan minggu ini bisa terpasang. Oh ya, minggu depan, kita ada jadwal ke Philippina."
"Iya. Ingatkan aku lagi."
"Itu hanya berbeda 3 hari dengan tanggal pertunangan anda, tuan. Apakah tidak sebaiknya kita mengundurnya?"
"Pertunangan ku sudah ditangani oleh WO terbaik. Aku tahunya hanya duduk saja. Cincinnya bagaimana?"
"Sudah hampir selesai, tuan."
"Baguslah. Mari kita pulang!"
**********
Hari ini, Neva mempresentasikan rancangan acara pertunangan Eldar dan adiknya.
"Aku suka .....aku suka...., tak sabar menunggu hari itu." ujar Gina sambil bergelut manja di tangan pacarnya. Seorang pria asal Turki. Sepertinya Gina ingin mempertahankan garis keturunan Turki.
"Indah sekali. Aku sangat suka juga." ujar Kintan sambil memandang Eldar dengan mata yang berbinar. Sudah lama ia menunggu Eldar. Tak lama lagi mimpinya akan menjadi kenyataan.
"Mama juga suka." ujar Elif sambil tersenyum lega karena kekhawatirannya sebagai seorang ibu akan berakhir.
"Bagaimana menurutmu, kak?" tanya Gina.
"Lumayan." ujar Eldar. Terlihat biasa saja.
"Kok lumayan sih, sayang. Itu bagus lho. Kamu sih dari tadi main hp terus." Kintan terlihat sedikit kesal.
"Sebagus apapun konsep yang ditawarkan, tak akan mengalahkan kecantikanmu." Eldar mencolek hidung Kintan. Ia segera berdiri. "Aku permisi dulu ya." lalu ia segera meninggalkan ruang rapat.
Neva menarik napas panjang. Dari sekian ratus pasangan yang sudah ditangani acara pernikahannya, baru Eldar yang mengatakan 'lumayan.'
"Mba Neva, jangan disimpan dalam hati ya? Begitulah kakakku. Mulutnya suka berkata pedas. Mungkin karena ia harus buru-buru berangkat ke Philipina. Yang penting ibu suri sudah menyatakan suka." Gina melirik mamanya. Wanita itu mengangguk. Neva pun membereskan laptop dan peralatannya yang lain.
"Kalau begitu, aku pamit ya? Sampai jumpa di acara nanti." kata Neva lalu segera pergi meninggalkan ruangan itu. Ia menuju ke lift dan segera turun ke bawa. Namun, saat ia ada di tempat parkir, seorang pria tiba-tiba saja mendekatinya.
"Nona, tuan ingin berbicara dengan anda."
"Tuan siapa? Anda siapa?"
"Saya Rangga. Asistennya tuan Eldar." kata Rangga sambil menunjuk ke arah sebuah mobil yang terparkir. Kaca mobil itu terbuka dan Eldar duduk di sana.
"Aku harus pergi!"
"Nona tahu kalau Tuan tak akan membiarkan nona pergi. Aku mohon naiklah ke mobil itu agar tugasku menjadi ringan. Biar mobil nona saya bawa dan mengikuti kalian dari belakang."
Neva terpaksa memberikan kunci mobilnya kepada Rangga. Ia hanya menyimpan tas nya di jok belakang dan segera mendekati mobil yang dinaiki Eldar. Ia membuka pintu depan dan duduk di samping Eldar. Pria itu tanpa bicara langsung menjalankan mobilnya.
"Mau kamu apa, sih?" tanya Neva kesal saat Eldar tak juga berbicara pada hal mereka sudah ada dalam mobil selama 15 menit.
"Bagaimana lukamu?" tanya Eldar.
"Apa peduli mu? Jangan pedulikan aku."
Eldar mengulurkan tangannya dan menyibak rambut Neva yang sengaja ia sisir ke depan untuk menutupi lukanya itu. "Sudah kering rupanya."
Neva menepiskan tangan Eldar. Tubuhnya bagaikan membeku saat tangan Eldar menyentuh dahinya. Neva berulang kali berucap dalam hatinya kalau ia tak menginginkan Eldar lagi.
"Bercerai saja dari suamimu jika pernikahan itu membuatmu tersiksa. Kau punya hak untuk bahagia dengan yang lain. Apa yang kau korbankan selama satu tahun in, sudah lebih dari cukup. Kau tak punya hutang budi pada keluarga itu karena ibumu membayarnya dengan bekerja selama puluhan tahun pada keluarga itu."
Neva menatap Eldar yang berkata-kata tanpa sedikit pun menatap ke arahnya. "Mau kamu apa, Eldar?"
"Aku memang tak punya hati lagi untukmu. Namun aku masih peduli dengan kebahagiaanmu."
**********
Maksud Eldar apa ya?
Saksikan terus ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
gia nasgia
Tdk punya rasa tapi masih perduli dasar jaim 😂
2024-07-16
1
Siti Aminah
gk puny hati sm msh peduli....itu beda tipis eldar....satu rasa
2023-10-22
1
sherly
ngk punya hati cuman punya jantung kamu.. kayak pisang 🍌 hahhahah
2023-07-19
0