"Alvaro ini nggak lucu!"
Lagi dan lagi kata itu terus terucap dari mulut Nurul. Namun lagi dan lagi Alvaro tetap menulikan pendengarannya. Baginya, semakin Nurul berontak, semakin Nurul ketakutan dan semakin Nurul terus membentak maka semakin berhasrat pula dirinya.
"Kalau ini nggak lucu, maka akan kita bikin lucu. Gimana? Mau mencoba?" ucap Alvaro dengan seringainya.
Entah kekuatan darimana, Nurul langsung menampar pipi Alvaro. Terlihat jelas di wajah cowok tampan itu bekas jari Nurul yang tercetak merah.
"Ck, lu nampar gue? Oh jadi lu minta gue main kasar. Oke kalau itu memang mau lu," ucap Alvaro yang langsung mendorong Nurul hingga jatuh terlentang di atas ranjang.
"Lu yang minta ini Aina. Gue bakalan kabulin. Sebentar lagi lu bakalan menjerit keenakan dibawah kungkungan gue," ucap Alvaro yang langsung menindih tubuh Nurul.
Alvaro berusaha mencium Nurul namun gadis itu terus memalingkan wajahnya hingga Alvaro geram dan langsung menampar pipi Nurul.
"Kalau lu diam maka gue bakalan lembut ke elu. Diam!" bentak Alvaro.
Satu tangan Alvaro mulai membelai wajah Nurul dan satu tangannya lagi sibuk mengeksplor bagian tubuh Nurul yang lainnya.
"Lu cantik, tapi sayang gue nggak ada hati sama lu," bisik Alvaro di telinga Nurul dan ia langsung menciumi telinga Nurul.
Ciuman itu beralih menyusui pipi Nurul, lalu ia menciumi leher Nurul yang membuat gadis itu merasakan desiran aneh namun sekuat tenaga ia menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara yang menjijikan.
"Ck ...." Alvaro berdecak. "Jangan lu tahan, atau gue bakalan bikin lu bungkam selamanya!" ancam Alvaro namun Nurul tidak mengindahkannya.
Alvaro tersenyum. Ia semakin tertantang karena baru kali ini ia memaksa untuk bercinta. Selama ini, hanya dengan sedikit meminta atau bahkan ia yang dipaksa untuk bercinta. Tapi Nurul, gadis ini menolak.
"Lebih baik lu bunuh gue daripada lu giniin gue!" teriak Nurul yang sudah merasa frustrasi.
Nurul tidak tahu harus berbuat apa. Melawan pun percuma. Pasrah, tapi ia tidak ingin dinodai. Jika dibunuh, itu lebih baik daripada ia diperkosa lalu ditinggal dan menderita menanggung semua ini sendirian seumur hidupnya.
"Gue nggak suka bunuh orang. Gue sukanya menyenangkan orang, khususnya kaum perempuan. Sayangnya keinginan lu nggak bisa gue kabulin," ucap Alvaro. Ia menghentikan aktivitasnya yang sedang menikmati dua gundukan kenyal Nurul yang kini sudah terpampang nyata di depannya. Alvaro sudah berhasil membuka pakaian atas Nurul.
Nurul diam dan terus menggigit lidahnya agar ia tidak ikut menikmati perlakuan Alvaro. Sangat sulit untuk tidak terbuai apalagi gerakan yang dilakukan Alvaro begitu lihai dan mampu membuatnya terangsang. Namun Nurul tetap menggunakan kesadarannya sebisa mungkin.
Nurul terus mencari cela dan membiarkan Alvaro bermain-main di bagian atasnya. Hingga ia melihat di atas meja terdapat pisau yang tadi digunakan untuk membuka ikatan Ikram. Nurul dengan kekuatannya yang tersisa menendang organ intim Alvaro dan cowok tampan itu langsung meringis kesakitan. Saat itulah Nurul langsung berlari menuju ke arah meja dan mengambil pisau tersebut.
"Baiklah kalau lu nggak mau bunuh gue, biar gue yang bunuh diri gue sendiri," ucap Nurul dengan gemetar memegang pisau tersebut.
"Aina nggak gitu," teriak Alvaro masih kesakitan.
"Udah cukup lu mau hancurin gue. Lu datang tanpa gue minta, bikin gue baper dan jatuh cinta sama lu tapi lu ternyata cuma datang untuk hancurin gue tanpa gue tahu dimana kesalahan gue. Ini 'kan yang lu mau. Lu mau lihat gue hancur. Kalau lu perkosa gue maka lu hanya akan nyakitin gue dan itu bakalan bunuh gue pelan-pelan. Tapi kalau gue bunuh diri sekarang, semua akan berakhir."
Alvaro terdiam. Entah apa yang ia pikirkan dan pada saat ia tersadar ia melihat Nurul sudah hendak mengiris nadinya. Meskipun masih merasa sakit ia dengan cepat menendang tangan Nurul hingga pisau itu terlempar dan sempat melukai pergelangan tangan Nurul.
"Lu nggak ada hak buat hancurin diri lu sendiri. Guelah yang harusnya bikin lu hancur. Udah cukup main-main dengan gue, sekarang gue nggak bakalan kasih lu ampun," ucap Alvaro yang langsung menyeret Nurul tanpa mempedulikan tetesan darah ditangan gadis itu.
Dengan kasar Alvaro menghempaskan tubuh Nurul ke atas ranjang. Ia langsung melepaskan seluruh pakaiannya dan mengungkung Nurul. Nurul berusaha melepaskan diri namun Alvaro langsung menamparnya. Ia menjambak rambut Nurul ketika gadis itu memalingkan wajahnya yang hendak ia ciumi.
"Percuma lu berontak. Nggak akan bisa!" teriak Alvaro yang dengan paksa memasuki Nurul.
Nurul berteriak kesakitan ketika merasa bagian tubuhnya di robek dengan paksa. Air matanya mengalir namun ia tidak bisa apa-apa. Kehormatannya telah direnggut paksa oleh pria yang ia cintai namun tidak mencintainya.
Inilah akhir untuk gue. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah memberikan aku kepahitan yang tidak berkesudahan. Entah aku harus mempercayai-Mu lagi atau tidak setelah ini.
Alvaro masih diam, ia merasakan sesak di bagian intinya karena milik Nurul begitu sempit.
****! Dia emang masih perawan.
Ada rasa kasihan dan juga bangga di dalam hati Alvaro karena dirinya berhasil memiliki Nurul dan menjadi yang pertama.
Setelah beberapa saat, Alvaro mulai menggerakkan tubuhnya dan terus mendesah dan mengerang penuh kenikmatan sedangkan Nurul hanya diam saja. Tubuhnya menerima namun hatinya begitu menolak. Ia seolah membeku. Ia tidak pasrah, hanya sadar bahwa saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam.
"Aina, lu enak banget. Arrgghh ...." erang Alvaro begitu mencapai pelepasannya setelah setengah jam bergerak diatas tubuh Nurul.
Alvaro mengecup kening Nurul sebelum ia melepaskan penyatuan mereka. Ia kemudian berbaring di samping Nurul yang masih diam. Tidak lagi ada air mata di wajah gadis yang tidak lagi gadis itu. Alvaro hanya tersenyum miring. Ia melihat tubuh Nurul yang dipenuhi oleh tanda cintanya. Ia tersenyum karena sukses meninggalkan jejak cinta di tubuh Nurul.
"Lu tidur. Ntar gue antar lu pulang sebagai ucapan terima kasih dari gue. Gue tahu lu capek. Lu istirahat dulu, nanti gue bangunin," ucap Alvaro lembut sambil mengelus rambut Nurul.
Nurul diam tak menyahut. Ia perlahan menutup matanya. Ia memang sangat lelah. Lelah hati dan fisiknya juga pikirannya. Ia berharap ketika ia menutup mata maka matanya tidak akan terbuka lagi. Ia tidak ingin melihat kehidupan lagi. Ia tidak ingin diejek oleh dunia dan merasakan kemalangan lebih dari yang sebelumnya. Ia berharap detik ini juga Tuhan mencabut nyawanya.
Bu Uswa, Nurul ingin pulang. Ingin istirahat dan ingin lepas dari dunia ini. Maafkan anakmu yang sudah mengecewakanmu. Entah apa salah Nurul tapi dunia begitu kejam padaku. Apa karena aku adalah anak yang lahir dari rahim yang tidak menginginkanku sehingga dunia pun tak ingin melihat aku tersenyum. Aku menyerah.
Perlahan tapi pasti Nurul mulai tertidur. Nafasnya yang mulai teratur membuat Alvaro yakin wanita ini sudah tidur.
Wanita ya. Sekarang sudah bukan gadis lagi karena gue yang membuatnya jadi wanita. Sorry Aina.
Alvaro membelai lembut wajah Nurul. Ia mengecup pipi gadis itu lalu mengecup puncak kepalanya.
"Sorry Aina. Setelah ini lu pasti benci ke gue. Maaf gue datang ke kehidupan lu hanya untuk buat lu menderita," bisik Alvaro yang tentu saja tidak bisa Nurul dengar.
Alvaro menarik selimut yang memang disiapkan di tempat itu. Ia tersenyum kecut kala melihat noda merah bekas percintaannya dengan Nurul.
"Gue yakin setelah ini dia pasti nggak bakalan lupain gue. Gue yang pertama untuk Aina," gumam Alvaro sambil menyelimuti tubuh polos Nurul.
Alvaro berbaring di samping Nurul dan mendekap tubuh Nurul erat.
Apa emang gue udah main hati?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Chiisan kasih
gilak😠
2023-07-23
1
Siang Terang
tanda tanda psikopat...
2023-07-14
1
Dtyas Aldric
kampret Lo elvaro 🥺🥺
2023-07-10
1