"Nurul lu kenapa? Bangun dong Nur."
Flora yang baru saja masuk ke kamar dengan membawa beberapa toples camilan langsung terkejut dengan Nurul yang terus berteriak 'jangan' dan 'tolong' dalam tidurnya. Flora jadi panik sendiri karena Nurul tak kunjung bangun.
"Alvarooo!!!"
Flora terkejut begitu Nurul meneriaki nama pria sialan itu.
"Nurul lu kenapa?" tanya Flora yang melihat Nurul terduduk dengan napas memburu serta keringat membasahi wajahnya.
"Gu-gue --" Nurul tidak melanjutkan perkataannya, ia mengamati sekeliling dan tidak menemukan sosok Alvaro melainkan Flora yang sedang duduk di sampingnya. Ia juga melihat keadaan sekitar masih baik-baik saja.
"Hikss, Flor ... gue takut," tangis Nurul yang langsung memeluk Flora erat.
Flora yang tidak mengerti apapun hanya bisa membalas pelukan tersebut.
"Gue takut Flor. Gue takut sama Alvaro," isak Nurul.
Flora mengelus punggung Nurul mencoba menyalurkan kekuatan.
"Lu cuma mimpi, Nur. Alvaro nggak ada disini dan nggak bakal ada disini," hibur Flora.
Nurul mengurai pelukannya, ia mencoba menguasai dirinya. Setelah ia rasa cukup dan ia sudah kembali merasa stabil, Nurul memutuskan untuk menceritakan pada Flora jika ia takut pada Alvaro. Ia tidak ingin kejadian Dinda terulang padanya tanpa ia menjelaskan bahwa ia sudah tahu tentang kebusukan Alvaro. Ia tidak ingin menceritakan pada Flora jika ia sudah tahu bahwa dirinya hanyalah sebuah bahan taruhan. Ia belum sanggup menerima ceramah Flora karena saat ini pikirannya begitu kacau.
"Apa gue nggak usah ikutan wisuda? Gue pergi aja hari ini sama keluarga panti? Kalau hari ini Alvaro nggak nemuin gue, gue yakin besok gue nggak bakalan bisa lari lagi," usul Nurul.
Flora nampak diam memikirkan rencana Nurul.
"Nggak ada salahnya juga sih. Tapi gue maunya kita wisudanya barengan. Tapi dengan lu yang udah ketakutan banget kayak gini, kayaknya emang lu harus menghindar untuk beberapa waktu dari dia. Dua bulan lagi masih ada wisuda susulan. Lu bisa ikutan, gue bakalan ngasih kabar ke elu," ucap Flora setelah ia mempertimbangkan.
Nurul menghela napas, "Sepertinya hanya ini solusinya. Gue takut banget. Mimpi gue kayak nyata," lirih Nurul.
Flora hanya bisa mengelus pundak Nurul untuk menyalurkan kekuatan. Ia tidak bisa berbuat banyak. Yang ia tahu, ia hanya bisa mengumpati Alvaro dalam hatinya.
Laki-laki brengsek itu bahkan menakutkan di dalam mimpi. Gue nggak ngebayangin gimana rasanya jadi Dinda dulu. Gue harap Tuhan masih mau nolongin Nurul.
Akhirnya, rencana yang seharusnya mereka habiskan dengan bahagia karena akan berpisah justru menjadi hari paling menakutkan dan menegangkan bagi keduanya.
Hampir pukul lima sore Nurul baru berpamitan dengan Flora. Dan Flora hanya bisa memberi semangat kepada Nurul.
"Jangan lupa kabarin gue kalau lu udah mau pindahan. Gue usahain buat datang," ucap Flora begitu Nurul sudah naik di atas motor ojek.
Motor tersebut melaju dengan kecepatan sedang dan Nurul hanya bisa termenung hingga akhirnya ia menyadari bahwa jalan ini bukanlah tempat yang seharusnya ia lewati. Berlawanan arah dengan tujuannya pulang ke panti.
"Mas kita salah jalan Mas," ucap Nurul mengingatkan.
Namun Mas ojek tersebut tidak menanggapi dan justru semakin menambah laju kendaraannya.
"Mas putar balik dong. Jangan macam-macam Mas, saya bisa laporin lho. Ini namanya penculikan," gertak Nurul yang sejujurnya sudah mulai ketakutan.
"Nggak, ini jalan yang benar. Jalan yang seharusnya dari tadi kita lewati dan lu malah lupa kalau lu harus lewat disini."
Deggg ...
"Alvaro."
. . .
Beberapa jam sebelumnya ...
Alvaro mengetuk-ngetuk setir mobilnya sambil menatap panti tempat Nurul tinggal. Ia sudah berada di tempat ini dan ia masih ragu untuk turun. Ia juga melihat panti ini cukup ramai dari biasanya.
"Mungkin ada donatur berkunjung," gumam Alvaro.
Mata elangnya masih terus mengamati suasana panti tanpa memalingkan wajahnya. Ia berharap Nurul akan keluar.
"Sial! Udah hampir satu jam gue disini dan gue cuma diam doang. Apa yang bakalan gue dapat dengan begini? Gue harus turun dan nanya," ucap Alvaro.
Cowok tampan dan tajir itu pun turun dari mobilnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, ia sudah berpapasan dengan Dessy. Ia mengenali wajah wanita yang sedang mengandung itu saat kemarin malam ia datang.
"Kamu cari Nurul?" tanya Dessy.
"Iya, Mbak. Apa Nurul ada? Dari tadi saya teleponin tapi dia nggak ngangkat," jawab Alvaro.
"Oh Nurul lagi nggak ada. Dia ke rumah Flora, katanya sih gitu," ucap Dessy.
"Flora?" Alvaro memikirkan nama Flora dan akhirnya ia ingat kalau Flora adalah sahabat Nurul yang tidak ia senangi. "Oh iya, saya baru ingat. Makasih ya Mbak, saya pamit dulu," ucap Alvaro.
Jadi lu bersembunyi disana? Lu nggak bakalan bisa lari lagi kali ini.
Alvaro mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Flora. Hal yang mudah baginya menemukan alamat gadis itu karena selama ini ia tentu saja mengintai semua yang berhubungan dengan Nurul.
"Kalau dipikir-pikir gue udah kayak cowok posesif ke Nurul. Bahkan siapapun yang berhubungan dengan dia gue sampai tahu. Gue udah kayak cowok bucin bin alay ke ceweknya. Nyatanya si Nurul ini cuma bahan taruhan gue. Gue udah gila kali ya? Atau gue terlalu bersemangat karena ketiga cecunguk itu bakalan bawa Miranda buat gue. Gue udah nggak sabar untuk itu," ucap Alvaro sambil tersenyum membayangkan wajah cantik Miranda.
Alvaro sampai di depan rumah Flora dan ia kembali mencoba menghubungi Nurul namun kini ponsel gadis itu tidak aktif.
'Gue nunggu disini atau gue masuk?" gumam Alvaro.
Tringgg ....
Sebuah pesan masuk dan menampilkan foto yang membuat Alvaro membelalakkan matanya. Ia mengepalkan tangannya dan langsung menghubungi si pengirim pesan.
"Lu cari dia dan pastikan dia ada di tempat yang udah gue sediain. Disana nanti hanya akan ada kami bertiga. Gue nggak mau lu gagal," ucap Alvaro kemudian langsung mematikan teleponnya.
"Sialan! Dia berani main dibelakang gue. Hahaha, lu pikir lu siapa berani main dibelakang Alvaro. Coba halangi gue kalau lu bisa," gumam Alvaro diiringi seringai yang siapapun yang melihatnya akan bergidik ngeri.
Alvaro memperhatikan sekeliling dan tidak jauh dari sana ada pangkalan ojek. Ia pun berinisiatif untuk menyewa salah satu motor disana agar nanti bisa menjadi kejutan untuk Nurul. Ia yakin benar kalau Nurul pasti akan pulang naik ojek. Jika tidak, ia masih punya cara lain.
"Mau main-main sama gue? Cari mati! Cihh," cibir Alvaro.
Dari tempatnya sekarang memantau, Alvaro melihat Nurul yang keluar dari rumah Flora. Ia pun segera mendekati Nurul yang terlihat sedang berjalan ke arah pangkalan ojek.
Akhirnya lu datang juga ke gue dengan sendirinya.
Begitu Nurul naik di motor, Alvaro menyeringai puas.
. . .
"Nggak, ini jalan yang benar. Jalan yang seharusnya dari tadi kita lewati dan lu malah lupa kalau lu harus lewat disini."
Deggg ...
"Alvaro."
"Hmm ... udah cukup 'kan hari ini lu main kucing-kucingan sama gue. Sekarang gue udah nangkap lu dan lu udah nggak bisa kabur lagi dari gue. So ... mari kita ke tempat yang seharusnya kita datangi sejak tadi. Lu pasti nggak sabar untuk datang ke tempat itu karena disana lu bakalan nemuin yang lu cari," ucap Alvaro yang membuat Nurul ketakutan.
Semoga Ikram ada buat nolongin gue.
Di tempat berbeda, seseorang yang tangannya terikat dengan kepala ditutupi dengan kain hitam tengah meronta-ronta minta dilepaskan.
"Kalian siapa? Beraninya main nyulik orang? Pengecut! Lu mau apa dari gue?" teriaknya.
"Kami hanya menjalankan perintah tuan muda," jawab salah seorang dari mereka.
"Tuan muda? Alvaro?"
"Ya."
"Cihh ... mau apa dia?"
"Kami tidak tahu tentang itu. Kami hanya diminta untuk membawa Anda ke tempat ini karena sebentar lagi tuan muda akan segera sampai."
Brengsek! Ini kenapa jadi begini? Apa jangan-jangan ... sial! Jangan sampai dia tahu soal rencana gue. Dia dalam bahaya.
Sementara itu, motor yang dibawa oleh Alvaro telah sampai di tempat tujuan. Nurul yang ketakutan dipaksa oleh Alvaro untuk masuk ke sebuah gubuk dan ya, saat ini mereka tengah berada di tempat yang tidak ada satupun rumah selain gubuk yang ada di hadapannya.
"Ro, kita dimana? Kita mau apa disini?" tanya Nurul dengan suara pelan, ia berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Melakukan hal yang seharusnya sudah lama kita lakukan. Nggak usah banyak nanya, mending lu ikut gue. Atau lu mau gue paksa?" ucap Alvaro dengan dingin dan itu membuat tingkat kewaspadaan Nurul bertambah.
Ya Tuhan, tolong aku. Bu Uswa, tolong Nurul.
Nurul menggeleng. Ia menolak untuk ikut namun dengan gesit Alvaro langsung membopongnya bagai mengangkat karung beras dipundaknya.
"Lepasin gue Ro. Lu mau apa ke gue?" teriak Nurul.
"Lepas? Lu udah lama jerat gue dan sekarang begitu gue udah dapat lu mau lepas? Jangan halu!"
Nurul mulai menangis, ia tidak bisa lagi berpikir jernih begitu ia memasuki tempat yang terlihat rapih dan terawat. Ia bisa melihat ada sebuah ranjang tempat tidur dan seseorang yang sedang ditawan di tempat itu.
"Alvaro Genta Prayoga! Ini nggak lucu. Gue mau balik. Lu mau jawaban gue 'kan? Ya udah gue mau jadi pacar lu asal gue bisa pulang sekarang," pekik Nurul. Ia sudah tidak bisa mencari jalan keluar. Mungkin saja dengan memberi jawaban iya maka Alvaro akan luluh dan membebaskannya, ia akan memenangkan taruhan itu dan kekasihnya akan dipaksa untuk pulang.
Alvaro berdecih kemudian ia tertawa.
"Lu pikir gue bisa lu kibulin? Nggak usah pura-pura, gue udah tahu kalau lu itu udah tahu tentang lu yang jadi gadis taruhan gue."
Ucapan Alvaro itu bagaikan pedang yang menusuk jantung Nurul.
"Lu --?"
"Alvaro menepuk tangannya dan datanglah dua orang pria berjas hitam.
"Buka penutup wajahnya dan biarkan dia melihat kekasihnya menjerit kenikmatan dibawah tubuh gue," perintah Alvaro pada kedua anggotanya.
Penutup kepala dibuka dan umpatan lah yang langsung keluar dari mulut tersebut.
"Brengsek lu Ro!"
Deggg ...
"Ikram, lu disini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Chiisan kasih
hadeh mimpi ternyata pemirsa
2023-07-23
0
Rahmawaty❣️
Si ikram ni ya psti
2023-07-13
0
Dtyas Aldric
takut untuk mencoba bab seletah ini ...
gue sumpahin loe Alvaro ...
ikram harus selamatin Nurul
2023-07-10
2