"Kita lihat saja besok, apakah Alvaro akan memenangkan taruhan kita ini atau enggak. Kasihan juga sih kalau Nurul sampai ada hati ke Alvaro, padahal dia itu 'kan cuma gadis taruhan Alvaro doang. Gue keingat Dinda kalau kayak gini," ucap Ikram dengan wajah dibuat sedih.
Deggg ….
Menolak menerimanya nyatanya itu adalah yang ia dengar dengan telinganya sendiri. Itu yang ia saksikan dengan kedua matanya sendiri. Mau sekuat apapun Nurul menolak kenyataan pahit ini memanglah nyata. Ingin pura-pura bodoh tapi nyatanya otak Nurul terlalu cerdas untuk menyandang kata bodoh.
Apa ini maksud dari pengirim pesan itu? Lalu dia siapa? Apa tujuannya? Nyelamatin gue atau hancurin Alvaro?
Nurul sekuat tenaga menahan air matanya. Ia tidak ingin menangis di tempat ini.
Ro, gue kira lu baik. Gue kira lu tulus. Gue kira gue gadis beruntung karena dicintai sama lu. Tapi ternyata gue salah. Lu itu palsu. Lu nggak punya hati dan lu manusia yang paling gue benci di dunia ini. Ternyata Flora benar tentang lu. Rumor buruk tentang lu semua benar. Hanya gue yang bodoh karena menyalahkan semua itu. Gue yang bodoh karena memilih menutup mata dan telinga dengan kebusukan lu hanya karena gue kemakan sama gombalan receh lu dan gue emang bodoh!
Nurul tak kuasa untuk tidak menitikkan air matanya. Ia ingin pergi namun percakapan Alvaro Cs membuatnya seakan tidak bisa bergerak.
"Kalian jangan salah. Besok gue yakin Nurul bakalan terima gue. Gue udah susah payah berperan sebagai cowok jenaka didepan dia yang asli gue muak banget ngelakuin itu semua dan gue harus menerima jawaban tidak. Cari mati dia!"
Ucapan Alvaro membuat jantung Nurul seakan berhenti berdetak.
"Ro, dia itu cewek. Lu jangan sampai macam-macam ke dia," cegah Ikram.
"Lu tenang aja. Nggak mungkin lah gue ngajak Nurul duel. Secara gue tahu dia aja nggak ada tenaga buat menerima tamparan gue. Gue cubit aja dia pasti pingsan. Jadi gue cuma bakalan ngajak dia duel di atas ranjang," jawab Alvaro yang disambut gelak tawa oleh Kriss, Nandi, Tesa, Mona dan Indri.
"Oh … gue kira lu nggak jadi nerusin niat taruhan lu itu. Gue kira lu udah pakai feeling ke Nurul. Gue salah ya?" ledek Kriss yang kembali mendapat sambutan gelak tawa.
"Gue? Suka ke Nurul? Lu halu? Ya nggak mungkin lah. Dia itu bukan tipe gue. Gue sih akui dia itu cantik, tapi gue nggak ada niat buat jadiin dia ibu dari anak-anak gue. Dia cukup jadi ibu dari anak-anak panti asuhannya saja, hahaha."
Tawa melengking Alvaro semakin membuat Nurul sesak. Tak ingin lagi rasanya ia berlama-lama di tempat itu. Rasanya ia sudah kehabisan energi untuk bertahan dan menjadi pendengar yang baik.
Timbul niatan Nurul untuk menghampiri Alvaro namun ia teringat akan kejadian tragis yang menimpa Dinda. Ia tidak ingin langkah yang ia ambil tanpa pertimbangan justru menyusahkannya dan malah berbalik menyerangnya. Ia harus memikirkan cara dan harus dengan pikiran jernih.
^^^+62822********^^^
^^^Udah nemu jawaban yang lu cari? Lu ngapain masih disitu. Mau buat Alvaro tahu lu dari tadi nguping?^^^
Pesan singkat dari nomor yang dianggap Nurul sebagai penyelamatnya itu langsung menguatkan Nurul agar segera pulang. Ia ketakutan. Bayang-bayang kejadian yang menimpa Dinda menari-nari di kepalanya.
Siapapun lu, gue berterima kasih karena lu udah nyelamatin gue.
Nurul bergegas keluar namun karena terburu-buru ia tak sengaja menabrak anak kecil yang sedang berlarian.
"Maaf De, kakak nggak sengaja," ucap Nurul merasa bersalah.
"Nggak apa-apa Mbak. Anak saya emang selalu gini, nggak tahu tempat kalau mau main. Maaf ya," ucap wanita yang Nurul yakini adalah ibu dari anak lelaki tersebut.
Nurul mengangguk kemudian segera pergi.
"Gue kayak lihat Nurul disini?" ucap Alvaro yang ternyata memperhatikan kejadian tadi. Namun ia hanya bisa melihat punggung gadis yang menabrak anak kecil itu karena posisinya memang membelakangi Alvaro.
"Sial!"
Semua mata kini tertuju pada Ikram yang tiba-tiba mengumpat.
"Kenapa lu?" tanya Nandi.
Ikram hanya mendengus. "Gue mau balik. Bokap gue kali ini sungguh kelewatan," ucap Ikram dengan raut wajah merah padam.
"Om Ben berulah lagi?" tanya Alvaro.
Ikram mengangguk. "Dia bawa perempuan ****** itu ke rumah. Nyokap sendirian di rumah. Gue harus balik," jawab Ikram.
"Lu nggak butuh bantuan gue?" tanya Alvaro lagi. Ia sudah sangat hafal dengan tabiat ayah Ikram yang suka bermain perempuan namun tidak mau melepas ibunya Ikram.
"Kalau keadaannya udah nggak bisa gue atasi, gue boleh 'kan menghubungi lu?" tanya Ikram balik bertanya.
"Tentu saja. Lu hati-hati," ucap Alvaro.
"Gue duluan."
Nandi dan Kriss menatap prihatin kepada Ikram. Mereka tentu saja juga mengetahui perkara dalam keluarga Ikram. Hal itulah yang membuat Ikram sulit untuk didekati perempuan apalagi perempuan gampangan. Ikram bahkan tak segan-segan menyakiti mereka karena terbawa suasana di dalam keluarganya.
"Eh tadi lu ngomong apa Ro?" tanya Nandi begitu Ikram sudah keluar dari kafe.
"Oh … tadi gue kayak lihat Nurul di kafe ini," jawab Alvaro.
Satu detik …
Dua detik …
Tiga detik …
"Buahahahaha …."
Alvaro mengernyit karena Nandi dan Kriss sama-sama tertawa.
"Ada yang lucu?" tanya Alvaro dengan tatapan bersiap menelan siapapun yang ada di depannya.
"Hahaha, sorry lah bro. Habisnya lu lucu. Lu ngira ada Nurul di sini? Lu halu atau lu emang udah main hati ke doi. Ngaku lu," ledek Kriss.
Alvaro melotot membuat kedua sahabatnya itu menutup mulut keduanya.
Nggak! Nggak mungkin gue suka sama Nurul. Mustahil! Miranda saja masih menari-nari di hati dan pikiran gue. Apa gue salah lihat ya? Salah lihat, iya salah lihat.
"Sekali lagi lu ngomong gitu, gue yakin dalam hitungan detik lu bakalan pindah alam," ucap Alvaro jengah.
"Santai bro. Awas jangan terlalu menampakkan rasa nggak suka. Bisa-bisa lu suka beneran tahu rasa lu. Karma bro, ingat karma," imbuh Nandi.
"Oh … kalian tahu yang namanya karma juga ya," ucap Alvaro dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Semoga karma kalian datang lebih cepat dari yang gue perhitungkan," tambah Alvaro dan kali ini ia melayangkan tatapan membunuh pada Kriss dan Nandi.
"Ampun boss," kekeh Nandi dan Kriss bersamaan.
. . .
Nurul berjalan sambil menyeka air matanya. Ia benar-benar terpukul dengan kenyataan dimana ia hanyalah salah satu dari gadis yang dijadikan taruhan oleh Alvaro. Itu artinya dia adalah salah satu dari daftar gadis yang dijadikan mainan oleh Alvaro.
"Dasar brengsek! Cowok bangsat! Mati aja lu sama!" pekik Nurul begitu tahu jalanan yang ia lewati sunyi sehingga ia bisa menumpahkan kekesalannya.
Nurul kembali menangis sesenggukan. Ia sebenarnya dari tadi ingin memesan taksi atau naik ojek. Namun perasaannya yang sedang kalut membuatnya menjatuhkan pilihan agar ia berjalan kaki saja dulu sambil menenangkan pikirannya. Lagipula, kemana ia akan pergi dengan keadaan seperti ini.
Ke rumah Flora?
Itu opsi kesekian untuk Nurul. Jika ia datang dalam keadaan seperti ini maka Flora akan tahu bahwa ia memang menyukai Alvaro.
Pulang ke panti?
Ia tidak mau ditanyai dan dicemaskan karena pulang dalam keadaan mengenaskan. Hatinya yang tentu saja dalam keadaan mengenaskan.
Lalu kemana ia harus pergi?
Nurul bimbang. Ia terus mengayunkan kakinya untuk melangkah lebih jauh. Ia tidak ingin bertemu siapa-siapa saat ini. Hanya ingin menenangkan hatinya saja.
"Alvaro, kenapa lu datang hanya untuk menghancurkan? Gue pernah buat salah apa sama lu sampai lu tega ke gue? Kita nggak pernah terlibat masalah apapun dan gue juga nggak pernah tahu lu siapa sampai lu datang dengan sendirinya ke gue. Kenapa harus gue? Kenapa anak-anak panti seperti kami harus mendapatkan nasib sial seperti ini. Apakah nasib malang kami tidak cukup hanya terlahir dari rahim yang tidak menginginkan kami? Kenapa Tuhan membuat kami ada padahal kami sama sekali tidak diinginkan?"
Nurul terisak. Ia selama ini tidak mau mempedulikan siapa orang tuanya. Ia bahkan lupa jika ia punya orang tua. Orang tua yang tidak menginginkannya. Namun begitu Alvaro – cowok yang diam-diam ia cintai itu menyinggung tentang statusnya, ia merasakan sakit yang amat sakit namun tidak berdarah.
"Gue kira lu udah kabur karena takut ketahuan Alvaro. Ternyata lu milih jalan kaki. Lu cari mati atau emang mau mati kalau sampai Alvaro lihat lu disini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Chiisan kasih
gak bawa motor dan gak punya uang buat naik taxi bang, makanya jalan kaki kikikik
2023-07-23
1
Santi Sukmawati
syukurlah kalo Nurul udah tau nit si Alvaro,
2023-05-06
2