"Jadi lu nolak gue selama ini karena lu udah punya pacar?"
Suara yang begitu Nurul kenali langsung membuatnya menghentikan langkah. Ia hanya diam tanpa berbalik, biar saja orang itu yang menghampirinya.
"Lu tega ya. Harusnya lu ngomong kalau lu udah punya pacar. Setidaknya gue tahu diri dong dan nggak ngejar-ngejar lu lagi."
Nurul menghela napas, ia kembali teringat akan cerita Flora. Ia sudah menjauhi Alvaro selama beberapa hari ini. Bahkan dua hari yang lalu setelah Nurul menyelesaikan sidang skripsinya, Alvaro tidak diberitahu dan bahkan Nurul berbuat untuk tidak bertemu lagi dengan pria ini. Nurul takut tapi Nurul rindu.
"Lu udah selesai skripsi dan lu nggak ngasih gue jawaban. Jadi ini jawaban yang lu maksud. Bagus ya, gue sampai sesak napas lho. Thanks."
"Udah ngocehnya?" tanya Nurul yang membuat Alvaro menutup mulutnya yang hendak mengeluarkan kata-kata lagi.
"Yang tadi itu Kak Riswan, dia bukan pacar gue. Lu boleh tanya ke dia kalau lu nggak percaya," ucap Nurul.
Alvaro tersenyum tipis, "Terus kenapa lu pelukan sama dia? Apa coba tuh namanya?" cecar Alvaro.
"Soalnya tadi gue nggak bisa nerima cintanya dan gue minta maaf untuk itu," jawab Nurul.
Gue nggak mungkin bilang ke elu kalau itu karena gue mau pindah. Gue nggak sanggup ngucapin selamat tinggal dan gue juga nggak mau lu caritahu tentang gue.
Alvaro melebarkan senyumannya, ia langsung merangkul Nurul yang tingginya hanya sampai di bahunya saja.
"Bagus dong. Sorry tadi gue salah paham ke elu. Terus lu kenapa nolak dia? Lu lagi jaga hati seseorang ya?" goda Alvaro.
"Enggak juga sih. Soalnya 'kan gue jomblo," sahut Nurul.
Alvaro mengerucutkan bibirnya. "Ya ampun Aina gue, setidaknya berpura-pura lah dikit doang buat gue," keluhnya.
"Kan itu kenyataannya. Lu gimana sih."
"Gue 'kan lagi nungguin lu jawab perasaan gue. Wisuda dua minggu lagi lho. Lu harus jawab sehari sebelum kita wisuda. Lu nggak usah nanya kenapa sehari sebelum wisuda, itu karena gue mau pas kita wisuda nanti kita punya foto bareng dan saat itu lu udah jadi cewek gue," ucap Alvaro panjang lebar.
"Sebenarnya gue bisa sih jawab lu saat ini. Tapi--"
"Tapi apa?" serga Alvaro.
"Tapi gue mau nanya, lu tulus nggak sama gue? Gue dengar lho kisah lu sama cewek yang namanya Dinda. Lu jadiin dia taruhan dan lu tidurin dia abis itu lu buang deh kayak sampah. Dia hamil dan lu nolak tanggung jawab dan sadisnya lu nyuruh teman-teman lu buat gilir dia sampai akhirnya dia meninggal. Lu kok tega sih, Ro?"
Alvaro terdiam. Ia melepaskan rangkulannya dari Nurul dan menatap tajam wajah gadis imut itu. Nurul menjadi keki.
"Lu dengar darimana cerita itu?" tanya Alvaro penuh penekanan. Sorot matanya begitu tajam hingga Nurul merasa tertusuk.
"Nggak penting gue tahu darimana. Yang paling penting itu lu harus jawab pertanyaan gue," ujar Nurul yang sebenarnya sudah ketakutan tapi memilih terlihat santai dan bahkan ia menunjukkan aura penekanan.
"Emang itu harus? Dinda Dinda mana aja nih yang udah ngedatangin lu buat hancurin nama gue?" tanya Alvaro dengan tawa mengerikan diakhirnya.
Nurul bergidik ngeri.
"Nggak ada Dinda siapapun yang datang ke gue. Lu harusnya jawab bukan bertanya lagi. Kalau lu nggak mau jawab ya udah nggak masalah. Bukan urusan gue juga sih, gue hanya sedikit penasaran. It' okay."
Nurul berjalan melewati Alvaro namun baru dua langkah kakinya menjauh, tangannya langsung dicegat oleh Alvaro.
"Kalau cerita itu benar lu mau apa?" tanya Alvaro dengan nada penuh penekanan.
Degg ...
Nurul terdiam, kakinya seolah terpaku di bumi.
"Kalau gue sejahat itu emang kenapa? Apa yang salah dengan itu. Gue kaya gue ganteng dan semua cewek berbaris teratur buat jadi pacar gue. Bukan gue yang ngejar-ngejar mereka tapi mereka yang menyerahkan diri ke gue. Lu aja yang terlalu munafik! Lu sebenarnya suka sama gue tapi pura-pura ogah-ogahan.
"Lama-lama gue malas juga pakai cara lembut ke elu. Karena sekarang lu udah tahu tentang itu, gimana kalau lu jadi Dinda yang selanjutnya. Pas banget tuh, kalian sama-sama anak panti asuhan yang orang tuanya nggak jelas siapa. Lu tenang aja, gue bakalan main lembut kok kalau lu patuh. Gue juga nggak langsung buang lu kayak Dinda. Ya setidaknya lu bisa ngelayanin teman-teman gue dulu baru setelah itu lu bisa per--"
Plakkk ....
"Lu manusia terkeji yang pernah gue dengar. Enyah lu. Jauh-jauh dari gue. Sampai mati pun gue nggak mau diperlakukan seperti itu sama lu," teriak Nurul.
Alvaro berdecih. "Tamparan lu lumayan juga. Tapi, ada harga yang harus lu bayar karena udah berani nampar gue. Sekarang lu harus ikut gue dan gue bakalan tunjukin seperti apa balasan bagi orang yang berani pada Alvaro Genta Prayoga."
Alvaro menarik tangan Nurul dengan kasar, yang ditarik terus meronta ingin dilepaskan.
"Gue udah kasih hati sama lu, ternyata itu bukan solusi. Harusnya dari dulu gue maksain lu biar lu tahu kalau nggak ada seorang pun yang bisa nolak Alvaro Genta Prayoga!"
"Gue nggak--"
"Nurul, hei ... lu kenapa diam aja sih? Gimana, lu mau 'kan jadi pacar gue sehari sebelum kita wisuda?"
Eh?
"Lu ngelamun? Lagi mikirin apa? Kata-kata indah buat nerima cinta gue atau baju kebaya lu buat wisuda biar serasi sama gue?" tanya Alvaro.
Fix tadi gue cuma halu. Syukurlah. Gue udah takut setengah mati.
"Apa sih lu Ro. Nggak jelas banget. Gue mau pulang. Lama-lama sama lu bikin gue stress. Lu pulang aja, ngapain juga lu disini sendirian," jawab Nurul.
"Tapi lu harus janji buat kasih gue jawaban di hari itu. Nggak boleh nolak," teriak Alvaro ketika Nurul sudah meninggalkannya.
Nurul terus melangkah tanpa berniat berbalik badan.
"Dia tadi mikir apa sih? Cowok tadi atau yang lainnya? Kalau sampai cowok itu jadi penghalang gue buat dapatin Nurul, dia bakalan tahu sendiri akibatnya. Apa yang diinginkan Alvaro tidak boleh diambil oleh siapapun," ucap Alvaro dengan dingin.
"Tapi tadi Nurul mau dipeluk sama cowok itu. Kalau ke gue dia ogah-ogahan. Sial! Padahal cowok itu cuma teman kerjanya yang artinya statusnya nggak lebih daripada gue. Bahkan jauh di bawah gue. Masa gue kalah. Nggak mungkin, 'kan?"
Alvaro mendadak ingin mengunjungi Nurul. Ia sebenarnya selama ini tahu Nurul tinggal dimana dan bahkan ia memiliki nomor ponsel Nurul namun ia tidak ingin menghubungi karena tidak ingin mengganggu kegiatan Nurul. Nanti saja ketika sudah waktunya.
"Tapi ujian udah kelar, tentunya Nurul udah nggak ada beban pikiran lain. Gue main ah ke rumahnya dan kalau bisa gue selalu hubungi dia biar dia nggak lupa ada gue yang dia gantung," gumam Alvaro kemudian ia berjalan menuju ke mobilnya.
Setelah mobil Alvaro meninggalkan tempat itu, sebuah mobil yang tadi terus terparkir di depan mini market pun pergi. Di dalamnya seorang pria dengan mengenakan kacamata hitam terus mengawasi mobil Alvaro.
"Gue harap lu tetap sama Nurul. Gue harap lu nggak jadian sama Alvaro. Gue harap lu nolak dia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Chiisan kasih
udah srius bacanya ternyata nglamun🤔
2023-07-23
0
Rahmawaty❣️
At alah asuuu..trnyata cuma lg ngayal😅😅
2023-07-13
0
Santi Sukmawati
eeh kirain ngomong beneran ,gkseru Thor cuma haluu doang ah
2023-05-06
3