Dua bulan telah berlalu dengan cepat dan kini para mahasiswa tingkat akhir tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti sidang akhir. Berjuang untuk bisa lulus dan keluar dari kampus ini dengan membawa gelar mereka masing-masing yang akan membuat nama belakang mereka makin panjang.
Di setiap sudut kampus pun masih terlihat ramai. Nurul dan Flora yang baru saja selesai mendaftar ujian akhir pun memilih untuk segera pulang karena Flora masih harus mengerjakan bagian akhir dari skripsinya sedangkan Nurul sudah siap dari seminggu yang lalu.
"Nur, gue kebelet. Lu duluan aja ke mobil," ucap Flora yang langsung memutar arah.
Nurul hanya menggelengkan kepalanya. Ia memilih untuk duduk di depan ruangan yang kebetulan disediakan bangku sembari menunggu Flora kembali.
Sebentar lagi gue bakalan lulus dan sebentar lagi juga gue bakalan pindah. Urusan kepindahan adik-adik udah selesai. Rumah juga udah dapat, tinggal nunggu gue aja. Huhhh ... selamat tinggal kota tempat dimana gue dilahirkan dan selamat tinggal Alvaro.
Eh?
Nurul tersentak begitu ia tak sengaja membatinkan nama Alvaro dan lebih tersentak lagi, pria itu sekarang sudah berada di depannya.
"Hai cewek, boleh nggak gue duduk di sebelah lu?" tanya Alvaro dengan cengirannya.
"Kalau gue bilang nggak boleh, apa lu akan tetap berdiri?" tanya balik Nurul.
"Kalau sama lu mah emang gue bawaannya berdiri Mulu." Lagi Alvaro menampilkan cengiran khasnya sedangkan Nurul mengangkat sebelah alisnya.
"Apa coba? Kenapa lu natap gue gitu?" goda Alvaro.
"Dasar orang aneh! Nggak jelas banget sih lu, Ro."
Meskipun menjawab agak sinis nyatanya Nurul saat ini tengah berbunga-bunga karena bisa bertemu lagi dengan cowok yang mengaku menyayanginya itu setelah terakhir mereka bertemu sebulan yang lalu dengan Alvaro yang mencuri ciuman kilat di kepalanya.
"Biar kata gue aneh dan nggak jelas tapi lu harus tahu kalau cinta gue ke lu itu jelas nyata adanya. Lu mau nggak jadi pacar gue? Biar gue bisa jadi orang jelas dan nggak aneh. Gimana, lu mau nggak?"
Biar kata receh dan cukup menggelikan di telinga Nurul, nyatanya ia menemukan fakta bahwa ia mulai menyukai bualan-bualan aneh ala Alvaro.
Nurul memutar bola matanya jengah, berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan.
"Aina, gue lebih suka manggil lu Aina. Lu tahu kenapa?" tanya Alvaro lagi.
Dengan malas Nurul meladeni Alvaro. "Nggak. Emang kenapa?" Sebenarnya Nurul cukup penasaran juga.
"Karena ya biar serasi aja gitu. Gue Alvaro lu Aina, sama-sama huruf A di depannya," jawab Alvaro yang asli tidak romantis dan tidak lucu pula bagi Nurul.
Nurul tak berekspresi lain selain mengatakan 'oh' yang merupakan jawaban singkat padat dan jelas.
"Sebenarnya dari tadi gue mau nanya, lu ngapain di sini?" tanya Alvaro. Kali ini Nurul merasa Alvaro sudah berbicara dengan serius.
"Lagi nungguin Flora," jawab Nurul.
"Lu masih main sama si Flora Fauna itu?" tanya Alvaro.
Nurul melirik kesal pada Alvaro. "Namanya Flora nggak pakai fauna. Jahat amat sih lu."
Alvaro terkekeh, ia suka--bahkan sangat suka dengan wajah kesal Nurul. Wajah imut itu kalau sedang kesal malah terlihat menggemaskan. Ia juga suka membuat Nurul banyak bicara dan tersenyum karena lesung pipinya terlihat indah di mata Alvaro.
"Gue tadi 'kan nanya, lu masih main sama dia? Kayak nggak ada teman lain aja sih lu," ucap Alvaro.
Kini Nurul yang imut itu merasa tersinggung dengan ucapan Alvaro. Jelas saja ia bahkan tidak memiliki teman lain karena hanya Flora sajalah yang mau berteman dengannya.
"Mungkin lu lupa, tapi emang cuma dia satu-satunya orang yang tulus ke gue. Lu lupa kalau gue ini cuma anak panti yang dianugerahi ilmu pengetahuan yang luas sehingga gue bisa masuk ke kampus ini. Beda sih sama lu dan yang lainnya. Kalian bebas nentuin mau temenan sama siapa aja. Gue bukan kalian yang bisa sesuka hati."
Alvaro tertegun, ia baru tersadar jika ucapannya barusan sudah menyinggung perasaan Nurul. Ingin meminta maaf tetapi gadis itu sudah pergi tanpa suara.
"Brengsek! Dia pasti tersinggung."
......................
Di dalam kamar Flora, Nurul baru saja selesai membantu sahabatnya itu membuat bagian akhir dari skripsinya. Keduanya pun kini tengah berbaring untuk meluruskan badan mereka yang cukup pegal. Keduanya bahkan tertidur.
Nurul terbangun ketika mendengar suara adzan sholat Ashar dan ia mendapati Flora yang masih betah berpetualang di dalam mimpinya. Ia yang sudah terbiasa di kamar Flora pun segera menuju ke kamar mandi.
"Flor, mukena lu dimana ya? Gue boleh minjam?" tanya Nurul begitu ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Flora sudah bangun.
"Di lemari ungu. Gue mau ke bawah dulu. Mau ngambil minum. Lu sholat aja," ucap Flora yang masih agak lesu.
Nurul membuka lemari yang ditunjuk oleh Flora. Ia mengambil mukena dan tak sengaja ketika ia menarik mukena tersebut. Beberapa lembar foto dan juga sebuah buku diary jatuh dari dalamnya. Awalnya Nurul hanya ingin mengembalikan namun siapa sangka jika itu semua adalah foto Alvaro dan Nurul tergerak hatinya untuk membuka buku diary.
Nurul penasaran dan mulai membuka buku tersebut. Ia tahu ini adalah privasi. Tapi ... setelah melihat beberapa lembar foto milik Alvaro, ia menjadi penasaran dan juga ia terus bertanya-tanya apakah yang sebenarnya terjadi mengingat Flora yang begitu benci pada Alvaro tapi di sisi lain ia bahkan menyimpan foto pria tersebut.
Baru halaman awal sudah membuat Nurul terkejut. Bagaimana tidak, pada lembar awal saja sudah tertulis 'Alvaro Genta Prayoga, I love you' sedangkan selama ini Flora selalu mengakui jika ia tak menyukai Alvaro. Tapi buku ini?
Bergetar jari-jemari Nurul ketika ia membuka halaman demi halaman yang ternyata berisi curahan hati Flora terhadap Alvaro.
Darah Nurul seakan mendidih begitu membaca tiap lembarnya dimana Flora menuliskan bahwa ia begitu menyukai Alvaro.
"Ada apa ini! Apa yang nggak gue tahu sampai hari ini? Atau gue yang nggak peka sama Flora? Tapi Flora kenapa terlihat natural banget saat marah sama Alvaro? Gue kok jadi pusing dan nggak suka Flora?"
Beribu tanda tanya menyempitkan ruang berpikir Nurul. Bahkan dari curhatan tersebut ia yakin bahwa sudah lama Flora suka ke Alvaro dan ia hanya butuh penjelasan tentang semua ini.
Nurul memutuskan untuk melaksanakan sholat dan biarlah ia akan menanyai langsung kepada Flora nantinya. Ia tidak marah, sama sekali tidak marah tetapi ia hanya merasa kecewa karena merasa dipecundangi.
"Udah puas lu lihatin barang gue? Lu mau apa dari gue?"
Deggg ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Chiisan kasih
eits apanya yg berdiri🤣
2023-07-23
0
Liu Zhi
wkwkw
2023-05-11
0