Usai pak Pajar mengantar mertuanya ke stasiun, ia kembali kerumahnya, sesampainya ia di rumah, ia segera mencari Ibu Parida, ia ingin menegur Ibunya, karena sudah berkata yang tidak pantas kepada Ayu.
''Bu, apa yang Ibu katakan kepada Ayu? Ibu jangan mengatakan kata-kata yang menyakiti hati Ayu, dia masih kecil untuk memahami ini semua,'' pak Pajar menasehati Ibu dia.
''Ibu, hanya mengatakan yang sebenarnya, apa kamu keberatan Ibu bilang dia Anak angkat, kan memang dia Anak angkat itu memang kenyataannya,'' kata bu Parida, ia merasa tidak bersalah mengatakan itu.
''Bu, sudah berapa kali ku katakan, walaupun Ayu Anak angkat, aku tetap menyayangi Ayu, sama seperti Anak ku sendiri,'' ujar pak Pajar, mendengar perkataan Anak dia, bu Parida semakin marah.
''Tetap saja tidak mengubah kenyataan, bahwa Ayu bukan Anakmu, darah yang mengalir ditubuh Ayu bukan darah keturunan kita, dan satu lagi yang perlu kau ketahui, Ibu tidak akan pernah menganggap Ayu cucu Ibu,'' kata bu Parida dengan lantang, ia berkata meninggikan suaranya karena terbawa emosi.
"Bu, kali ini saja kumohon, terimalah Ayu sebagai cucu Ibu, apa Ibu tidak kasihan sama Ayu, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain kita,'' ucap pak Pajar memohon kepada Ibu dia.
''Kenapa Ibu harus mengasihani Ayu, sementara Ibu tidak ada yang mengasihani,'' jawab bu Parida.
''Kenapa Ibu bicara seperti itu?" pak Pajar penasaran dengan perkataan Ibu dia.
''Kamu tidak mengerti gimana perasaan Ibu Jar, kamu hanya sibuk menjaga perasaan mereka, tapi kamu tidak mau tau perasaan Ibu, hanya kamu Anak Ibu harapan ibu, tapi kamu malah sibuk dengan mereka, coba kamu ingat sudah berapa lama kamu tidak pernah berkunjung ke rumah Ibu, orang tua mana yang tidak sedih dan sakit hati melihat Anak dia tidak mau lagi perduli sama orang tuanya, kamu bisa seperti sekarang ini karena Ibu yang memperjuangkan,'' tutur bu Parida, ia berkata sambil menangis ia mengeluarkan semua isi hatinya yang ada di hati dia.
''Aku melakukan itu supaya Ibu sadar dengan kesalahan Ibu dan menghindari pertengkaran, Ibu ingat setiap kali aku datang ke rumah Ibu, Ibu akan membahas masalah itu-itu lagi ujung-ujung nya adu mulut, karena itu aku tidak mau datang lagi ke rumah Ibu,'' jawab pak Pajar.
"Orang tua mana yang tidak ingin punya cucu Jar, hanya itu pinta Ibu,'' kata bu Parida.
''Itulah permasalahannya, kami bukan tidak mau tapi belum dikasih sama Allah,'' jawab pak Pajar.
"Kamu, bisa Jar punya Anak, mendiang Istrimu yang tidak bisa,'' ucap bu Parida.
"Sudah Bu, aku capek berdebat, aku mau istirahat,'' kata pak Pajar, ia sengaja ingin pergi, karena ia sudah malas berdebat dengan ibu dia, yang akan membuat darah tingginya naik.
"Jar, Ibu belum selesai bicara,'' ujar bu Parida mencegah Anak dia pergi, karena ia belum mengatakan apa yang mau ia katakan semalam.
"Apa lagi Bu?" kata pak Pajar penasaran.
"Ibu, mau menjodohkan kamu dengan Anak teman Ibu, dia janda punya Anak satu, orangnya baik kalau kamu sudah kenal pasti kamu mau,'' ujar bu Parida menawarkan.
"Ya Allah ya rab, kuburan Istriku saja masih basah, Ibu sudah sibuk menjodohkan aku, apa kata tetangga nanti, belum lagi kalau keluarga almarhum istri ku kalau tau, mereka pasti tersinggung,'' kata pak Pajar panjang lebar, agar ibu dia mengerti.
Setelah mengatakan itu, pak Pajar bangun dari duduk dia, lalu ia masuk ke kamar dia untuk beristirahat, ia stres dengan permintaan ibu dia.
**
Disinilah pak Pajar saat ini bertemu dengan wanita yang dijodohkan bu Parida, ia akhirnya menyetujui keinginan bu Parida, karena ia sudah malas berdebat dengan Ibunya, ia mengalah demi menyenangkan hati Ibu dia.
"Sudah lama Mas,'' sapa Mawar basa basi.
''Belum lama, aku juga baru sampai,'' jawab pak Pajar.
Mereka bertemu membahas perjodohan mereka, ini pertemuan mereka yang ke dua, dan pertemuan mereka sekarang membahas perjodohan mereka, dan bertanya apa-apa saja syarat yang diminta dari ke dua belah pihak.
Mereka sama-sama bawa Anak, pak Pajar bawa Ayu sedangkan Mawar bawa Anak laki-laki yang bernama Fikri, pak Pajar mengajukan syarat Mawar harus menerima Ayu dan menyayangi Ayu sama seperti Anak kandung dia sendiri, Mawar juga mengajukan syarat yang sama seperti syarat yang sama seperti syarat pak Pajar ajukan.
Mawar membawa anak laki-laki yang berusia sepuluh tahun, sedangkan Ayu berusia tujuh tahun, Anak mereka selisih tiga tahun, lebih tua anak Mawar, setelah menyetujui segalanya dan sudah mencapai kesepakatan, mereka kembali ke rumah masing-masing, pak Pajar mengantar Mawar kembali ke rumah dia, selesai mengantar Mawar pak Pajar kembali ke rumah dia.
Sesampainya pak Pajar dirumah, ia disambut pertanyaan dari Ibunya, ia hanya menjawab
seadanya, karena pak Pajar tidak bersemangat dengan pernikahan ini, tidak seperti pernikahan dia sewaktu mau menikah dengan almarhum Lia.
💟💟💟💟💟💟💟💟💟
Hai pembaca setia AYU YG MALANG. ikuti terus cerita nya, dan juga dukung dengan cara beri like dan komen dibawah ini 👇👃👃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Vernon
bu mungkin anak begitu karena ada satu hal yang buat kecewa, contohnya ya ibu gabisa nerima ayu 🙂
2023-10-17
0
Episa Panjaitan
sepetinya akan ada drama anak tiri dan ibu tiri
2023-10-13
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ●ιиɑ͜͡✦Amita Sahara ⍣⃝కꫝ
jadinya mau ya pak Pajar dijodohin?
2023-10-10
1