Ketahuan

Berakit rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.

Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Peribahasa di atas sangat ditujukan pada Estria. Untuk mencapai suatu kesuksesan, dia harus bekerja keras. Suka atau tidak suka! Garis takdirnya sudah tertulis dengan tinta anti badai dan hujan.

Tria merasa cukup baik setelah mendapat titik pencerahan. Dia bahkan sudah menyusun rencana licik sebagai bentuk balas dendam kepada Lyana. Ya, hanya kepada perempuan itu saja, tidak untuk Arga.

Alasannya?

Baiklah, anggap ini sebagai kisi-kisi. Tria akan membalikkan keadaan. Dimana Arga akan memberi kepercayaan kepada Estria dan menganggap Lyana berucap dusta.

Setelah tabung karakter Estria terisi penuh, Tria tidak akan lagi menahan diri. Jika Lyana mengusik ataupun mengganggu, maka dengan senang hati Tria akan menerimanya, misalnya memberi tonjokan telak di wajah manisnya. Kemudian berpura-pura dianiaya di depan Arga. Lyana harus jadi orang paling licik di mata semua orang!

Tria tersenyum bangga hanya dengan memikirkannya.

"Nyonya terlihat ceria hari ini." Adine menuangkan susu untuk Tria, mengecilkan suara agar Arga tidak terusik.

Meja makan berbentuk panjang hanya diisi oleh dua orang. Arga duduk di sisi kiri sedangkan Tria di sisi kanan. Roti berselai kacang jadi menu sarapan.

Meskipun Adine sudah berhati-hati, tetapi pendengaran Arga cukup tajam. Secara spontan dia melirik raut wajah Tria. Ada kegembiraan yang terpancar, seolah kejadian semalam hanyalah upil yang tak berguna.

"Aku hanya merasa lebih segar setelah cukup tidur."

Arga menaikkan satu alis. Jawaban yang sangat tidak masuk akal. Cukup tidur apa? Bukankah semalam dia sendiri yang melihat Tria berkeliaran di ruang tamu? Lalu menangis pilu?

Tria menambahkan, "Meski ada bekas cakaran di pipiku."

Seketika suara-suara menghilang. Para maid tertunduk dan tidak berani menyinggung lagi. Tidak peduli seberapa besar keingintahuan mereka, yang jelas luka itu pasti ada hubungannya dengan Tuan Muda Arga.

Penghuni rumah tahu segalanya, sebelum Tria menggantikan Estria yang asli. Adine paling sering jadi saksi kekerasan antara Arga dan Estria. Dia dipaksa keadaan untuk tutup mulut, tidak jauh berbeda dengan asisten lainnya.

Dibanding Estria, predikat Nyonya Muda lebih baik diberikan kepada Lyana Anatha. Tanpa Amoura sebagai pengawas, Estria tidak ada bedanya dengan para maid. Lyana bisa keluar masuk sesuka hati, memerintah bak seorang ratu. Kadangkala menjebak Estria agar kehadirannya dianggap sebagai beban.

"Ekhem." Arga mengangkat kelopak mata dan melirik sejenak luka cakar itu. "Jangan membahas apa yang sudah terjadi."

"Aku tidak."

"Luka itu karena ulahmu sendiri."

"Ya, kau benar. Aku yang salah, dan Lyana yang benar. Orang yang kau cintai adalah dia, bukan? Aku hanyalah sampah berbau busuk."

Tria menunggu beberapa saat, apakah sistem peraturan akan memberikan sanksi karena sikap arogannya? Dia hanya ingin mengetes sesuatu.

"Kau mulai berani, ya? Semalam kau juga bertingkah seperti ini."

Tria meletakkan roti di piring. "Ya, karena–"

Suara peringatan terdengar bersamaan sengatan kecil. Namun tidak sesakit dulu. Tria bisa menahannya sedikit.

"Ada apa, Nyonya?" Adine bertanya pelan.

"Sedikit pusing."

Tria terlalu percaya diri. Sudah jelas tabung karakter Estria belum memenuhi standar, tapi ia berani melanggar perintah. Beruntung rasa sakit itu tak berlangsung lama.

"Lanjutkan, apa yang ingin kau katakan?" Arga melipat tangan di dada. "Apa kau ingin dihukum?"

Tria menggeleng.

"Lalu apa? Setelah kau keluar dari rumah sakit, kau sedikit berubah. Kau lebih berani sekarang. Kau benar-benar berpikir kau punya segalanya hanya dengan status sebagai istri?"

Tria tidak menjawab. Asyik berkelana ke dunia perhaluan. Dia mengkhayalkan uang bertriliunan jatuh ke bumi.

"Ingat ini." Arga menarik napas panjang. "Cepat atau lambat, kau akan keluar dari rumah ini. Bahkan ibu sendiri yang memintamu keluar."

Andai... aku jadi kaya. Punya uang sejuta-juta~~~

Dalam hati, Tria bersenandung. Tidak mengindahkan apa yang diucapkan Arga. Toh, tidak penting!

"Estria, apa kau mendengarku?"

"Hm?"

"Apa kau mendengarku?"

"Aku dengar...." Raut wajah Tria terkesan baik, tidak membuktikan adanya kesedihan mendalam.

Arga kesal. Tria seperti mempermainkan emosinya.

"Berdiri!"

"Ke-kenapa?" tanya Tria heran.

Arga terlihat ingin mengunyah mangsa. Ada api dalam dirinya. Tanpa penjelasan lebih lanjut, dia menarik Tria kasar. Diseret seperti biasanya.

"Kau harus diberi pelajaran. Aku makin muak dengan tingkahmu itu!"

"Lepas, Arga. Sakit."

Tria bertumpu pada bobot tubuhnya, mengerem mati-matian dan berpijak lebih kuat di lantai. Arga semakin mengencangkan genggamannya, pergelangan tangan pun memerah.

"Maafkan aku, tolong lepaskan...."

"Cepat!" Arga menarik lebih keras, tubuh Tria tertarik hingga jatuh.

Kekuatannya berdemeg kali! Arga pernah ikutan seni bela diri ya?

"Sakit, Arga...." Tria memohon di lantai, mengabaikan lutut kaki yang lecet terkena gesekan.

Arga berjongkok memosisikan diri sejajar. Tersenyum miring. "Apa kau takut?"

"Aku takut...."

"Katakan sekali lagi."

"Aku...."

Tiba-tiba seseorang berseru, eskpresi Arga berubah cemas. Tanpa aba-aba dia segera membantu Tria berdiri.

"Arga!" panggil Amoura bernada tajam.

"I-ibu?"

Amoura langsung menampar Arga dua kali, masing-masing di kiri dan kanan. Hal itu membuat para maid bersorak gembira karena tersangka utama mendapat balasan.

"Kenapa Ibu menamparku?" tanya Arga sok polos.

Amoura membawa Tria ke sisinya, makin naik pitam melihat adanya luka. "Kau mempermalukan Ibu!"

"Hah? Mempermalukan seperti apa?"

"Jangan pikir Ibu tidak akan tahu! Kau rupanya masih berhubungan dengan Lyana, kan?!

Wajah Arga menghitam.

"Dan dia juga yang telah melukai Estria! Kau lebih mementingkan perempuan itu daripada mengantar Estria dan mengobati lukanya!"

"Ibu mendengarnya dari mana...?"

Sekali lagi tamparan mendarat. Tria cukup prihatin.

Kasihan banget anak orang, hahahaha.

"Tidak penting siapa yang memberitahu Ibu!"

Arga menunduk. "Ibu salah paham, aku sama sekali tidak berhubungan lagi dengan Lyana. Aku... hanya... membantunya."

"Dan mengesampingkan istrimu sendiri?!"

Arga tidak mampu mencari kata sanggahan. Diri sendiri mengakuinya. Pikirannya dikhususkan untuk Lyana seorang. Jika pun ia sempat memikirkan Estria, itu hanyalah pikirin penuh kebencian. Dia tidak akan peduli.

"Siapa istrimu, Arga?!" gertak Amoura. "Jawab Ibu!"

Lirikan mata jatuh pada Tria, dendam makin merajalela, menumbuhkan kebencian sampai tembus langit.

Ini buruk! Bukannya membuka hati, Arga bisa saja menambahkan tembok besi lagi. Tria sudah sangat kewalahan menangani ini semua.

Arga belum menjawab, dia diam sejenak.

"Kenapa kau diam?" Tamparan kecil lagi-lagi didaratkan. Amoura berkacak pinggang. "Kau tidak menjawab Ibumu, Arga?"

Tubuh Tria gemetar. Pada awalnya dia senang karena dibela, tetapi setelah dipikir-pikir... bantuan seperti itu menambah prahara rumah tangga. Kematian akan segera menghampiri setelah Amoura pergi. Arga akan membunuhnya!

"Kau masih belum menjawab?" Tangan Amoura terangkat di udara.

"Ibu, sudah...." Tria berdiri di depan Arga bak pahlawan. "Jangan dipukul lagi."

"Dia harus diberi pelajaran, Estria. Dia tidak bisa seenaknya!"

Tria mencari cara untuk menenangkan. Namun otaknya sedang buntu memberi petunjuk. Hanya kalimat sederhana yang terlontar. "Ibu tenang dulu, pasti ada yang salah di sini. Arga sama sekali tidak berhubungan lagi dengan Lyana. Aku juga tidak apa-apa...."

"Estria, kau sekarang bagian dari keluarga ini. Ibu tidak suka ada yang merendahkan ataupun menyakitimu. Termasuk Arga!"

Tria terharu sekali. Berharap di masa depan, di dunia nyata, ia bisa mendapatkan mertua seperti Amoura. Kaya, cantik, sayang menantu lagi! Hidup tentram dan pastinya awet muda.

"Ibu... Arga baik. Dia menjagaku, memperhatikanku juga. Tidak ada yang salah...."

Dari belakang, Tria mendengar Arga berdecih. Pasti telinganya gatal mendengar kebohongan. Tria juga sama, mulutnya gatal membela psikopat kelas kakap!

Amoura mulai sedikit tenang. "Ibu masih butuh penjelasan mendetail."

"Iya, Bu. Arga pasti akan menjelaskan semuanya. Ini hanyalah kesalahpahaman...."

Inilah yang dinamakan lain di mulut lain di hati. Yang sebenarnya ingin terucap adalah:

"Tahu nggak? Nih cowok segila apa dan sebucin apa sampai begonya nggak bisa diselamatin lagi! Kalau bisa, lebih baik anaknya dikurung dulu sampai bener-bener bisa bedain mana yang jahat dan mana yang baik! Begonya luar binasa! Capek banget tahu!"

Setelah keadaan membaik. Arga diperbolehkan pergi. Waktu mendesaknya berangkat ke kantor. Sementara itu Amoura tetap tinggal.

Tria harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk gelombang tsunami yang akan menerjang. Bukan kurungan lagi, pasti Arga akan memukulinya sampai babak belur.

Bayangkan saja! Amoura menampar lebih dari sekali demi menantu kesayangannya. Hebat sekali! Sebagai balasannya, Tria akan diberi hadiah pukulan balok kayu!

Tria memeluk diri sendiri. Membatin, kasian banget diri ini….

“Estria, ibu ingin bertanya sebentar.”

Keduanya duduk di ruang keluarga. Tria agak gugup ditatap secara intens.

Amoura membelai punggung tangan Tria lembut, wajahnya terlihat cemas. “Kau baik-baik saja?”

“Baik, Bu…."

“Apakah Arga memperlakukanmu dengan baik?”

Tria tersenyum. Adegan ini mirip dengan salah satu sinetron yang pernah ia tonton. “Arga sangat baik, dia menyayangiku….”

“Benarkah?”

Tria mengangguk kecil. Saat mata bertemu mata, ia bisa merasakan kesedihan mendalam.

Sebagai seorang ibu, Amoura merasa gagal karena tidak pernah memberi waktu luang demi anak satu-satunya. Terbesit penyesalan karena telah memberi tamparan.

“Kalau boleh tahu, ibu mendengar berita ini dari mana?”

“Ibu mendengarnya dari rekan kerja. Ibu juga tahu dari Selena, dia anak rekan kerja ibu.”

“Selena yang menceritakannya?”

“Bukan hanya dia, tapi sepertinya semua orang tahu.”

Tria tersenyum tipis. “Ibu jangan percaya omongan orang lain, apa yang mereka lihat belum tentu benar. Ibu seharusnya bertanya kepada Arga dan aku juga.”

“Jadi bagaimana? Mengapa Lyana menyerangmu?”

Tria memasang wajah sedih. Berakting sebisanya. “Mungkin Lyana masih sangat mencintai Arga, dan dia marah kepadaku. Dia langsung menyerangku saat aku sendirian. Yang salah di sini adalah Lyana, bukan Arga.”

“Tapi mengapa Arga membantu Lyana?”

“Itu wajar Bu, mereka dulunya sangat dekat. Arga pasti tidak mau Lyana mendapat masalah lebih besar, itulah mengapa Arga mengantarnya pulang.”

“Lalu bagaimana denganmu?” Amoura menepuk kepala Tria.

“Aku datang bersama Fahrez, dia yang mengantarku pulang.”

“Tapi tetap saja itu salah! Arga seharusnya mementingkan dirimu.”

“Ibu, ini bukan masalah besar. Arga jauh mementingkan diriku daripada orang lain.” Hidung Tria kembang-kempis menahan kesal. Andai berbohong itu menumbuhkan uang, Tria bisa membeli sebuah pesawat.

Semua dilakukan demi kebaikan Estria sendiri. Demi Estria asli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!