Bab 4

Saat itu, usia Greisy Hawysia masih berada pada awal usia 7 tahun.

Gadis kecil itu terlihat berdiri sembari menggenggam boneka kecil di salah satu tangannya.

Dia melihat wajah gusar ayahnya yang telah membawanya masuk ke dalam ruang bawah tanah, wilayah pembuangan.

Wajah ayahnya terlihat berubah, tak lagi hangat dan juga bersahabat.

"Greisy, mulai sekarang kau akan tinggal di sini."

"Kenapa?" air mata gadis kecil itu jatuh deras membasahi pipi. "Kenapa aku dibuang ayah?, bukankah aku telah berhasil menguasai lebih dari 4 profesi suku? Ayah!" ketika ia hendak berlari mendekati ayahnya yang telah berdiri, "lepaskan hiks! ayah, ayah, dia menahanku, ayah!" seorang wanita paruh baya tampak menahan tubuh Greisy Hawysia kecil.

Ayah dari gadis kecil itu mulai berbalik, memunggungi putrinya yang masih meronta-ronta.

Di depan beberapa prajurit penjaga dengan pintu utama ruang bawah tanah yang masih terbuka serta penghormatan bagi bangsawan Classa utama suku Hze, laki-laki itu berkata : "mulai sekarang kau tidak perlu berlatih profesi suku bangsa lagi Greisy, kau tidak perlu berusaha, kau hanya perlu bertahan hidup dan tinggal di tempat ini dan aku akan memenuhi semua kebutuhanmu." Setelah berucap, laki-laki itu mulai menaiki anak tangga untuk menuju ke arah pintu utama tempat tersebut.

"Ayah, ayah, ayah, hiks, lepaskan! ayah, jangan tinggalkan aku! ayah aku mohon, aku tidak akan melawanmu lagi, ayah maafkan aku!"

*******

Baaaaakkk...

"Haaa!" mata Greisy Hawysia terbelalak ketika ia yang baru saja keluar dari ruang pelatihan, mendapati seorang laki-laki paruh baya jatuh terbaring lemah dan menabrak sebuah dinding tanah. "Paman!" panggil wanita itu panik lalu segera melangkah membantu.

"Ayah tidak berguna, karena kebodohanmu itu, suku Lukhi harus menanggung rasa malu!" Seorang anak laki-laki terlihat berdiri di pertengahan dua orang laki-laki bertubuh besar.

"kalau aku tidak mengalah dan menerima menjadi budak ibumu, bagaimana mungkin kau bisa lahir, Berry? bukankah kau juga sekarang telah menjadi bangsawan kerajaan?" perlahan-lahan laki-laki paruh baya itu berdiri dengan bantuan Greisy Hawysia.

"Tetapi tetap saja kau mempermalukan suku Lukhi. Hanya karena cinta, kau rela menukarkan harga diri suku lukhi, dan sekarang mereka semua membenciku. Lebih baik aku tidak dilahirkan saja ke dunia ini daripada menanggung kebencian dari keluargaku sendiri."

Pernyataan itu sungguh menusuk masuk ke dalam hati Greisy Hawysia.

Mata wanita itu mulai berkaca-kaca.

"Meskipun begitu," Greisy Hawysia mulai angkat berbicara, entah mengapa saat itu dirinya sangat ingin menuangkan isi hatinya, " kau masih bisa bebas, bukan?"

"Apa?".

"Tidak," Greisy Hawysia menggelengkan kepala, "hanya saja aku merasa kau ini kurang bersyukur."

"Berani sekali manusia sampah yang dibuang sepertimu menghinaku!" kemarahan anak laki-laki bangsawan itu telah memuncak hingga para penghuni ruang-ruang bawah tanah berkeluaran atas teriakan kemarahannya.

"Greisy, berhentilah mencari masalah!" teriak seorang laki-laki tua yang baru saja keluar dari rumahnya ketika ia melihat seorang bangsawan berada di sana.

"Aku—" Greisy Hawysia menggigit bibir bawah menahan kesabaran hati. "Aku hanya mengatakan bahwa dia kurang bersyukur saja, kakek."

"Bersyukur ataupun tidak, memangnya apa urusannya denganmu?" suara seseorang terdengar membela anak bangsawan tersebut.

"Tuan Classa, aku mohon, maafkanlah perlakuan tidak sopan dari warga kami!"

Dan seorang lainnya terlihat meminta maaf akan ucapan yang dilontarkan oleh Greisy Hawysia.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan begitu saja penghinaan yang dia ucapkan!" anak laki-laki itu memandang tajam ke arah Greisy Hawysia yang juga membalas tatapan anak laki-laki tersebut dengan kemarahan. "Distrik ini, pasti aku akan melaporkannya sebagai distrik yang dipenuhi dengan orang-orang jahat."

"Berry!" ayah dari anak laki-laki tersebut perlahan-lahan menurunkan kedua lutut kakinya. "maafkan kami tuan bangsawan!"

"Maafkan kami tuan bangsawan!"

"Maafkan kami tuan bangsawan!" diikuti oleh para warga distrik tersebut yang mulai berlutut dan memohon maaf agar tempat tersebut kembali aman tanpa adanya laporan yang akan menyebabkan Pemerintah mengurangi jatah makanan mereka.

"Bersujudlah padaku!" perintah anak laki-laki itu pada Greisy Hawysia sembari melipat kedua tangannya ke dada dan melebarkan kedua kakinya. " Di sini, bersujudlah atau aku akan melaporkan kalian semua!"

"Greisy!" bentak laki-laki tua yang telah berlutut pada Greisy Hawysia yang masih berdiri dan tak kunjung memenuhi permintaan.

Greisy melepaskan gigitan yang telah melukai bibir bawahnya, lalu menggertakan gigi-giginya geram namun sepertinya ia mengalah demi kebaikan warga distrik dimana tempat ia hidup dan tinggal selama ini.

"Maafkan aku Tuan!" perlahan-lahan langkah Greisy Hawysia mendekati anak laki-laki itu. "Maa.."

"Penghormatan garis keras!" Namun sebelum ia mendekati, suara pengeras suara terdengar berbunyi.

"Seorang Classa utama datang?"

Tanya laki-laki yang tampak berdiri di samping anak laki-laki tersebut.

"Classa utama datang, persiapkan diri kalian!"

"Classa utama segera datang, berbarislah!"

"Panggil semua warga distrik untuk memberikan penghormatan!"

"Bagaimana mungkin seorang Classa utama memasuki wilayah pembuangan?"

"Berbaris, berbaris!"

"Rapikan posisi kalian!"

"Apa yang kalian lakukan? Berdirilah!" seorang polisi militer yang diikuti puluhan polisi militer lain tampak mempersiapkan barisan.

"Berdiri dan membungkuklah!" seru seorang polisi militer lainnya.

"Kau? kenapa Classa biasa ada di sini?" tanya seorang polisi militer yang mungkin adalah salah seorang Classa suku Hze pada anak laki-laki yang memakai pin lambang Classa pada seragam yang ia kenakan.

"Maafkan saya tuan!" anak laki-laki itu mulai menghadapkan diri pada rel kereta api yang sedikit jauh dari posisinya dan di apit oleh rumah-rumah para warga di sana.

Poooommmmmmmmm....

Suara kereta api bawah tanah telah terdengar berbunyi, pooooommmm....

"Banyak sekali polisi militer yang memberikan hormat." Gumam seorang wanita tua bersamaan dengan para bangsawan Hze yang telah keluar dari ruang pelatihan.

"Benarkah hanya seorang Classa utama saja mampu membuat puluhan polisi militer mengunjungi distrik ini?" tanya guru yang melatih Greisy Hawysia tadinya ketika ia melihat para polisi militer tampak berdiri, berbaris rapi, memberikan penghormatan di depan kereta api yang perlahan-lahan akan berhenti.

Seorang laki-laki berseragam militer berwarna merah mewah yang ditutupi oleh jas hitam panjang yang juga tak kalah mewah tampak melangkah, menuruni anak tangga kereta api.

"Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota, Laksanakan!" suara keras seorang pemimpin polisi militer terdengar ketika Putra Mahkota negara NTC telah menapakan sepatu kulit mahalnya pada tanah liat di tempat tersebut diikuti oleh tiga orang bangsawan militer.

"Yang Mulia!"

"Yang Mulia!"

"Pu.. putra Mahkota datang?"

"Selamat datang Yang Mulia kami!"

Semua orang tampak membungkuk, memberikan hormat dan merendahkan diri mereka.

Pandangan mereka saling beradu.

"Haa!" karena Greisy Hawysia telah menerima sebuah senyuman dari Putra Mahkota yang tampak sedang menatap lembut ke arahnya dan hal itu membuat Greisy Hawysia tak kunjung juga untuk membungkukan tubuhnya.

"Greisy, apa yang kau lakukan? membungkuklah!" pengajar Greisy yang berdiri di samping wanita itu segera meraih bagian belakang kepala Greisy dan membungkukan tubuh wanita itu.

"Greisy Hawysia, hadapkan wanita itu pada Putra Mahkota!"

Suara teriakan seorang bangsawan militer yang baru saja datang, mengejutkan semua warga serta para polisi militer di sana begitupula dengan para suku Hze yang berada di sana.

"Greisy!"

"Aku?" tanya Greisy Hawysia tidak mempercayai dengan perintah yang baru saja ia dengarkan hari itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!