Dia, Ayah Putriku

Dia, Ayah Putriku

Bab 1

" Dinda, jangan lari-lari Nak, nanti jatuh!." Teriak seorang wanita yang tengah duduk dibangku taman bermain untuk memperingatkan putrinya. Pasalnya gadis kecil berusia 4 tahun itu terus berlarian tak kenal lelah. Membuat sang ibu khawatir putrinya akan jatuh.

Puspita lantas berlari menyusul sang putri yang justru pergi semakin jauh kearah jalan. Fokusnya hanya pada malaikat kecilnya itu, hingga sebuah mobil melaju kencang kearah putrinya.

" Dinda!!!." Teriak saat mobil hampir saja menyentuh putrinya, sebelum seorang pria datang dan menarik putrinya kesisi jalan.

" Alhamdulillah." Gumamnya, juga beberapa orang yang menyaksikan kejadian mendebarkan didepan mereka.

Segera ia berlari menghampiri putrinya, yang sedang berada dalam dekapan seorang pria berkemeja putih.

" Terima kasih." Ia mengambil alih Dinda yang tengah ketakutan. Sebuah pelukan ia berikan, guna menenangkan buah hatinya yang gemetaran.

" Tenang ya sayang, kamu gak papa." Ucapnya membelai rambut panjang putrinya. Dalam hati ia amat bersyukur, Allah masih berbaik hati pada mereka.

" Sekali lagi, terima kasih." Ucapnya dengan menunduk, pada pria yang telah menolong putrinya. Ia merasa pria itu adalah malaikat yang dikirim untuk menolong sang putri.

" Sama-sama." Pria itu sibuk membersihkan pakaiannya yang kotor, kemudian menatap gadis kecil yang baru saja ia selamatkan.

" Lain kali lebih hati-hati ya..." Ucapnya lembut.

" Ayo, bilang apa sama Om-nya?." Ucap Puspita pada putrinya.

" Terima kasih Om."

Puspita dan pria itu kompak saling menatap, menciptakan raut keterkejutan diantara keduanya. Mereka tak menyadari kehadiran satu sama lain, hingga tak sadar jika mereka tengah bicara dengan orang dimasa lalu.

" Puspita."

" Mahesa."

Keduanya bergumam bersamaan, menyadarkan pandangan terkejut yang beberapa lama tercipta.

" Puspita! Ini sungguh kamu?." Mahesa bertanya dengan antusias, melihat wanita yang telah lama dirindukannya.

Dengan ragu, Puspita mengangguk, membuat binar bahagia diwajah Mahesa kian bersinar.

Mahesa lantas menatap Dinda, lalu beralih menatap Puspita.

" Dia?."

" Putri saya." Puspita menjawab singkat. Dengan cepat ia menggendong putrinya, dan berjalan pergi. Bagaimanapun, ia tak ingin berlama-lama bertemu Mahesa.

" Tunggu!."

Langkahnya terhenti saat Mahesa memanggil, pria itu menyusul Puspita.

" Terima kasih atas bantuannya, saya akan meminta asisten saya mentransfernya segera. Katakan saja padanya nomor rekening Anda." Ujar Puspita dingin, membuat Mahesa mengernyit heran.

" Apa maksud kamu? Kamu berpikir aku..." Mahesa tak melanjutkan ucapannya, ia justru menertawakan cara Puspita menilainya.

" Kamu pikir aku seburuk itu?." Tanyanya berdiri tepat dihadapan puspita yang masih menggendong Dinda, yang kemudian diambil alih seorang wanita yang baru datang, pengasuh Dinda.

" Tolong bawa Dinda kemobil, saya akan menyusul." Titah Puspita pada pengasuh putrinya sembari memberikan Dinda dalam gendongan pengasuhnya.

" Baik Bu."

" Apa kita seasing itu sekarang, sampai kamu bicara dengan formal padaku?." Raut kecewa jelas terlihat saat Mahesa bertanya, membuat Puspita merasa bersalah. Namun ia berusaha agar terlihat tak terpengaruh.

" Sebaiknya Anda melakukan apa yang Saya lakukan sekarang."

" Pura-pura asing? Maaf, tapi aku tidak bisa." Bantah Mahesa tak mau kalah.

" Saya tidak sedang berpura-pura." Balas Puspita tenang.

" Asing? Bukankah itu yang Anda inginkan 5 tahun lalu?."

Mahesa terdiam sejenak, ia tahu betul tak ada sangkalan dari apa yang Puspita katakan.

" Pergilah sejauh mungkin! Jika suatu saat kita bertemu, anggaplah jika kita tidak saling mengenal!." Terngiang kata-katanya 5 tahun lalu.

Tapi sungguh, ia tak bisa berpura-pura layaknya wanita didepannya. Puspita, tetaplah wanita yang dari dulu sampai sekarang masih mengisi ruang hatinya. Terlepas kemarahan yang pernah melahap sisi kemanusiaannya.

" Maaf."

" Anda tidak perlu minta maaf, justru saya harusnya berterima kasih." Ucap Puspita membuat Mahesa menatap heran.

" Karena Anda sudah menyelamatkan putri saya." Lanjutnya membuat Mahesa merasa kecewa, sedih, dan marah secara bersamaan. Terlebih saat Puspita menyebut 'putri saya'.

" Maaf, saya harus segera pergi." Jawabnya saat menyadari seseorang berjalan kearah mereka. Namun Mahesa langsung mencekal tangannya.

Pria itu menoleh kebelakang, mengikuti arah pandang Puspita, lantas mendapati Tania dan putri kecilnya, Salsa.

" Mas..." Panggil Tania dengan nada kesal melihat Mahesa menggenggam tangan Puspita. Pertanda meminta Mahesa melepaskan cekalannya dari Puspita.

Mahesa tak menghiraukan ucapan wanita yang telah melahirkan putrinya itu. Ia justru fokus pada Puspita.

" Bukankah ada banyak hal yang ingin kamu bicarakan? Terutama tentang Dinda." Tanyanya penuh harap.

Puspita tak menjawab, ia melirik Tania sekilas kemudian melepaskan tangannya dari cekalan Mahesa secara paksa.

" Tidak." Jawabnya singkat.

Mahesa menatapnya dengan putus asa, tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Puspita hingga wanita itu bisa bersikap sedingin ini.

" Puspita yang kukenal ramah pada setiap orang." Ucapnya

" Puspita yang Anda kenal sudah pergi 5 tahun lalu." Sekuat tenaga Puspita mempertahankan nada bicaranya. Saat kini ia merasa ingin menangis sejadi-jadinya.

" Tolong akui semuanya kesalahanmu, maka aku akan langsung memaafkanmu dan kita bisa berdamai." Desak Mahesa berusaha meraih tangan Puspita, namun ditepis oleh wanita itu.

" Cih!." Puspita berdecih sinis, menatap dua orang didepannya secara bergantian.

" Kesalahan? Anda bahkan tidak tahu apa yang terjadi, bagaimana bisa Anda dengan mudah menyimpulkan?." Balasnya menatap Tania, wanita yang juga tengah menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian. Sebuah rasa yang harusnya dimiliki olehnya.

Tak ingin semakin tersulut emosi, Puspita memilih pergi dari sana.

" Mas..." Tania mencekal Mahesa, mencegah pria itu mengejar mantan sahabatnya.

" Kamu tidak berhak mencegahku!." Sergah Mahesa melepaskan tangan Tania paksa, dengan cepat ia berlari menyusul Puspita. Namun sayang, ia terlambat. Mobil dimana wanita itu baru saja naik, telah melaju meninggalkan parkiran taman.

" Mas... Kenapa kamu harus kejar dia? Lihat, Salsa jadi sedih lihat Papa-nya ngejar wanita lain." Ujar Tania yang mengejar Mahesa.

Mahesa menatap Salsa yang berada dalam gendongannya, lantas mengambil alih gadis seusia Dinda itu.

" Kok Papa ninggalin aku sama Mama buat ngejar perempuan itu?." Dengan cemberut Salsa bertanya, membuat Mahesa melirik Tania dengan geram.

Menunjukkan jika ia marah karena Tania telah membuat putrinya berpikir seperti itu. Sedangkan wanita yang ditatapnya dengan tajam langsung menundukkan pandangan.

" Maaf ya sayang." Ucapnya pada Salsa dengan lembut. Semarah-marahnya dia, Mahesa tak akan menunjukkannya didepan anak kecil. Ia membelai rambut Salsa, namun langsung ditepis oleh gadis kecil itu.

" Em... Es krim rasa stroberi sama cokelat enak gak ya..." Mahesa sengaja menggoda Salsa. Tentu tak ada anak yang tak menyukai jenis es satu itu bukan?.

" Mau..." Rengek Salsa.

" Yakin?."

Salsa mengangguk cepat.

" Kalau gitu..." Mahesa menyodorkan pipi, yang kemudian langsung dicium oleh putri kecilnya itu.

Disisi lain, Puspita yang masih berada dalam perjalanan pulang, tak hentinya membelai rambut hitam putrinya yang sudah tertidur dipangkuannya. Seorang anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayahnya.

Jika dia boleh memilih, dia tentu akan mengatakan kebenarannya pada Mahesa, beserta bukti agar pria itu tau kebenarannya. Kemudian memberi tahu pada Dinda siapa ayahnya yang sebenarnya.

Namun, resikonya jauh lebih besar dibanding dia tetap diam. Bukan hanya dia tak bisa hidup tenang, bahkan mungkin nyawa putrinya juga bisa terancam.

" Maafkan Bunda sayang... Tapi ini yang terbaik untuk kita semua." Gumamnya, menahan sesak didada.

Tatapannya menerawang, saat teringat apa yang terjadi 5 tahun lalu. Dimana saat-saat terburuk dalam hidupnya terjadi.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Fabian Fahri

Fabian Fahri

sedih tor..lg gk enak hati..baca ini mengsedih

2023-03-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!