Sah

"Saya terima nikahnya Kanaya Tabitha binti Mujianto dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin emas seberat 2 gram dibayar tunai!"

"Alhamdulillah, bagaimana para saksi sah?"

"Sah."

"Sah."

"Sah."

Semua orang yang hadir, yang tak lain adalah paman dan bibi Kanaya mengangkat tangan untuk mendoakan pernikahan Kanaya dan Reyhan. Meski tak ada raut wajah bahagia ataupun khawatir karena keponakan mereka menikah dengan orang asing.

Mereka justru terlihat enggan dan acuh tak acuh pada Kanaya, bahkan mereka hanya menyebut Kanaya dengan gadis itu. Bukan dengan nama, hanya Catur yang terlihat berbeda, ia sesekali tersenyum pada Kanaya.

Setelah acara pernikahan sederhana itu selesai. Pak Broto baru membagikan sertifikat tanah dan rumah yang telah di wariskan sesuai dengan yang ia umumkan tadi.

"Hari ini sebaiknya kamu menginap di sini dulu Rey, besok baru kamu bawa pulang Kanaya kerumah kamu," pesan Pak Broto, Reyhan mengangguki perkataan Pak Broto.

"Kanaya, apa kamu yakin dengan keputusan kamu?" Tanya pak Broto sekali lagi.

"Iya Pak, Naya capek. Enggak bertengkar terus, lagi pula Naya kan udah ada suami, jadi tinggal minta aja kalau mau apa-apa hehehe,"jawab Kanaya malu-malu meong.

Reyhan mengerutkan keningnya, melirik heran pada Kanaya yang sangat berbeda. Ia terlihat seperti kucing yang baru selesai di mandikan saat kumpulan keluarga. Tapi berubah begitu periang, seperti ayam yang baru lepas kandang saat dengan orang lain.

"Aku tahu kamu anak yang baik, Naya." Pak Broto menepuk pelan kepala Kanaya.

"Pak, anak baik nggak butuh pujian. Butuhnya uang saku," ujarnya sambil menyengir kuda.

"Hahaha ... Ini ambil buat beli, Es." Pria paruh baya itu mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompet kemudian memberikannya pada Kanaya.

"Yeah, Pak Broto memang terbaik. Terima kasih Pak," ucap Kanaya sumringah.

"Naya, nggak sopan!" Tegur Reyhan pada istri barunya. Bibir Kanaya langsung manyun lima senti.

"Nggak apa-apa Rey, santai. Anggap saja ini hadiah pernikahan kalian," sahut Pak Broto.

"Tuh kan, Pak Broto Baik. Om Reyhan aja yang nggak peka, nggak kasih uang jajan sama istri." Kanaya menjulurkan lidahnya, mengejek sang suami.

Reyhan memijit kepalanya, sepertinya Reyhan butuh stok kesabaran lebih untuk menghadapi Kanaya. Pak Broto tersenyum, ia senang melihat Kanaya kembali ceria.

"Naya, bisa kasih kami waktu sebentar. Berdua untuk ngobrol." Pak Broto menunjuk dirinya dan Reyhan secara bergantian.

Kanaya memicingkan mata, menajam menatap Pak Broto penuh selidik.

"Mau ngomongin apa?"

"Urusan laki-laki," jawab pak Broto tersenyum.

"Hemm ... Mencurigakan. Oke, Kanaya kasih waktu lima menit, awas ya Pak. Kalau sampai suami naya kurang gantengnya."

"Hahaha ... Tenang saja, Bapak jamin nggak akan kurang," sahut Broto dengan terkekeh.

"Om, aku tunggu di kamar," ucap Kanaya sambil mengedipkan matanya nakal.

Reyhan hanya bisa melongo dengan tingkah istri ABG-nya itu. Pak Broto mengajak Reyhan berjalan mendekat ke mobilnya. Agar sedikit menjauh dari rumah.

"Aku tahu ini mendadak buat kamu ataupun Kanaya. Saya juga sebenarnya tidak menyangka Ibu Eni akan berpulang secepat ini, padahal kemarin sore saya masih sempat berkunjung dan bercengkrama dengan beliau di rumah ini." Broto membalikkan badannya, menatap rumah lawas model joglo itu dengan helaan nafas panjang.

"Saya juga, ini pertama kali saya mengunjungi beliau ke rumah. Kemarin malam beliau menelpon dan ingin bertemu dengan saya, menyuruh saya kemarin. Ternyata, hah." Reyhan pun menunduk dengan helaan nafas yang sama beratnya dengan Broto.

Broto menepuk pundak Reyhan.

"Saya harap kamu bisa menjaga Kanaya dengan baik Rey, dia mungkin sedikit berlebihan. Tapi dia anak yang baik, jauhkan dia dari semua orang itu. Dan ingat Rey, semua yang terlihat baik belum tentu baik."

"Maksudnya?"

"Tidak ada, hanya mencoba untuk jadi bijak, hehehe. Yang penting ingat janji kamu pada Bu Eni, jalankan amanahnya dengan baik. Aku tahu kamu bisa," lanjutnya sambil menepuk pundak Reyhan lagi.

"Saya tahu, saya banyak hutang budi dan-

"Jangan teruskan, ini bukan tempat yang baik untuk membicarakan hal itu. Oke Rey aku pamit. Selamat menikmati malam pertama, anak muda. Hahaha ..." Broto tertawa lepas, sebelum masuk ke mobilnya.

"Hati-hati Pak." Reyhan melambaikan tangan pada mobil hitam yang memulai menjauh.

Reyhan kembali berjalan masuk. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sepasang mata yang ternyata mengawasi dirinya. Sadar telah ketahuan, orang itu segera menutup tirai dengan cepat. Reyhan tidak bisa melihat siapa itu, karena ia hanya mengintip dari celah kecil tirai.

Reyhan melangkah kaki, masuk menuju kamar Kanaya. Jangan tanya kenapa Reyhan bisa tau kamar Kanaya tanpa bertanya. Semua pintu kamar terlihat sama, kecuali kamar Kanaya yang terlihat sedikit nyentrik dengan stiker nama Kanaya dengan warna hijau stabilo yang menyilaukan mata. Belum lagi tirai dari gantungan berbentuk hati yang menjuntai sampai lantai.

Ceklek.

"Masuk Om," Kanaya menyambut sang suami senyum termanis yang ia punya.

Ia duduk bersila di atas ranjang, memakai tank top dan celana jeans gemes, yang memperlihatkan paha mulusnya. Ia bahkan sengaja berdandan dan memakai minyak wangi, untuk sang suami.

Tapi Reyhan. Dia malah menghela nafas panjang, ia segera menutup pintu, berjalan cepat menghampiri Kanaya. Dan segera menutupi ikan asin itu dengan selimut.

"Pake baju yang bener!" Ketus Reyhan. Ia kembali merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di kamar itu.

Kanaya membuka selimutnya, menatap Reyhan dengan wajah masan dan bibir manyun seperti ikan ******. Bukannya dapat pujian, malah dapet omelan.

"Om kenapa tidur di sana, kasurnya cukup kok buat Naya sama Om." Kanaya turun dari ranjang, ia berjalan mendekati Reyhan.

Namun, langkahnya terhenti saat pria tampan itu mengarahkan tangan mengisyaratkan, gadis itu untuk berhenti.

"Sebelum kamu pake baju yang pantas jangan mendekat!" Tegas Reyhan dengan tatapan dingin.

"Tapi Om-"

"Tidak ada tapi, Kanaya!" Potong Reyhan cepat.

Kanaya mendengus kesal, ia pun berjalan ke lemari mengambil celana panjang dan kaos oblong untuk berganti. Kanaya mulai membuka kancing celana pendeknya, saat Reyhan berteriak.

"Kanaya!"

"Apa Om?" Tanya gadis itu dengan polosnya.

"Ganti di kamar mandi, cepat!"

"Ih, Om Reyhan ribet. Aku biasanya ganti di sini," protes Kanaya dengan manyunnya.

Reyhan segera bangkit dari sofa, ia mendorong tubuh Kanaya ke sebuah pintu yang Reyhan yakin itu kamar mandi.

"Dulu kamu sendiri Kanaya, sekarang ada aku di sini. Hargai diri kamu sendiri sebagai seorang wanita!" ucap Reyhan penuh penekanan.

Kanaya membalikkan tubuhnya, menatap laki-laki itu dengan heran.

"Tapikan Om Reyhan suamiku, bukankah suami istri biasa yang seperti ini Om?" Tanya Kanaya.

Skakmat.

Reyhan langsung kicep, tak bisa menjawab pertanyaan istrinya itu.

"Kita berbeda," jawab Reyhan singkat.

"Beda? Apanya yang beda?"

"Udah jangan banyak tanya, cepat ganti!" Reyhan membuka pintu kamar mandi, mendorong Kanaya masuk dan segera menutup pintu.

Terpopuler

Comments

Isna Maria Prianti

Isna Maria Prianti

lucu banget sih kamu kanaya🤣🤣

2024-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!